Episode: Consequences (7)

1.3K 150 1
                                        

Berawal dari ditebengi pulang sampai akhirnya cowok bernama Jonas itu meminta kontak dirinya, sudah terhitung hampir dua bulan Kanaya dekat dengan Jonas.

Berkali-kali dia merasa familiar kalau keluar berdua dengan cowok itu tapi hanya sebatas itu, Kanaya tidak pernah bertanya lagi. Dia paling malas bertanya duluan sehingga sepanjang dua bulan ini, hanya Jonas yang gencar mengirimkan pesan kepadanya.

Nanas: Nay, ntr gw jpt y

Nanay: y

Nanas: Ye maen hp, kerja sana

Nanay: Sip

Kemudian Kanaya mengerjap menatap layar komputernya. Dia baru ingat kalau Jonas hari ini sekolah dan ada penambahan materi. Adiknya yang paling manis sedunia itu juga sepertinya seumuran dengan Jonas.

Nanay: Eh berarti jptnya plg lo sekolah dong?
Nanay: Jam brp?

Nanas: Jam 5 nyampe sana
Nanas: Knp?

Kanaya melirik pesan adiknya. Shafiya pulang sekitar jam setengah empat atau jam empat, dia lupa. Tapi kemudian dia kembali mengirim pesan kepada Jonas.

Nanay: Gw mau jpt adik gue
Nanay: G usah bareng deh

Nanas: Hm...
Nanas: Ntr kita bahas lg

Kening Kanaya berkerut. Memangnya mau bahas apa lagi kalau masalahnya jelas Kanaya mau menjemput adiknya. Ada-ada saja anak muda itu.

Kemarin saja tiba-tiba datang membawa empat bungkus gyoza yang Kanaya bingung kemudian karena Jonas hanya sekedar mampir ke rumah. Tapi dia oke-oke saja cowok itu pulang begitu saja tanpa pamit orang tuanya.

Dia jadi berpikir, apa dia jodohkan saja Jonas dengan adiknya yang jomblo itu? Shafiya kan cantik, lucu, pintar, adik kesayangan Kanaya. Lumayan juga. Kapan-kapan dia mau mengenalkan Jonas pada Shafiya. Perempuan itu mengangguk beberapa kali sambil mulai mengerjakan laporannya.

...

"Mampus gue..."

Fikar menoleh kepada Jonas. Sejak punya gebetan, Jonas lebih sering mengatakan mati kepada dirinya sendiri. Membuat Fikar khawatir apakah Jonas sedang depresi atau tidak.

"Ck..." Jonas berdecak dan kembali mengecek hpnya, "Kita pulang jam berapa?"

"Kalo mau bolos, jam dua udah bisa balik..."

"Gila, gue mau lulus..." ucap Jonas kemudian kembali menyendokkan kuah sotonya

Fikar mengerjap, "Hm. Emang kenapa?"

Cowok itu melirik sahabatnya, "Mau jemput gebetan..."

Fikar menganggukkan kepalanya. Mencoba mengerti Jonas yang tiba-tiba berada dalam fase kasmaran. Jonas kan memang begitu, tiba-tiba naksir, nanti kalau bosan pisah sendiri. "Ya, jemput aja..."

"Tapi doi mau ngebatalin soalnya mau jemput adeknya..." kata Jonas menggaruk kepalanya

"Ya lo barengin aja, kan lumayan sekalian kenalan adeknya. Kali aja cakep, lo kenalin ke gue, gue gebet---"

Duk! Jonas menendang tulang kering Fikar sampai cowok itu meringis. "Kampret..."

"Sakit bego..." Fikar mengeluh memegangi kakinya, ditatapinya dengan tajam Jonas yang sedari tadi meliriknya, "Tebengin aja, Nas..."

"Nah, itu dia. Adeknya satu sekolahan sama kita..."

Fikar ber-oh ria kemudian melirik Jonas kembali, "Oh, balik duluan ya adeknya makanya lo mau bolos?"

Jonas menggelengkan kepalanya. Kenapa dia malah curhat dengan sahabatnya yang satu ini, sih? "Adeknya seangkatan sama kita..."

"Lah bagus dong?" Fikar menganggukkan kepalanya kemudian menuding Jonas begitu saja, "Bisa sekalian, lo tebengin adeknya, lo jemput kakaknya. Kok ribet amat sih, Bang Jon..."

Jonas meringis. Ya kalau mereka tidak pernah cari ribut dengan Shafiya dan kakaknya mungkin akan semudah itu mengajak Shafiya pulang dan kemudian menjemput soon to be girlfriendnya itu. Tapi ini masalahnya Jonas pernah menyiram Shafiya dengan kuah makanan tepat saat soon to be girlfriendnya itu menjemput Shafiya. Bisa hilang semua reputasi baiknya di depan soon to be girlfriendnya itu. Walaupun selama ini Kanaya tidak ingat kalau dia yang menyiram Shafiya.

Fikar melihat Jonas memegangi pipinya kemudian bengong. Cowok itu lantas memukul pelan lengan Jonas untuk menyadarkannya, "Heh! Gimana sih?"

Jonas menoleh, "Nah, itu Kar. Masalahnya..."

"Hah?" Fikar mengerjap mencoba mencerna kebingungan Jonas

"Masalahnya gebetan gue itu kakaknya Shafiya..." jelas Jonas dengan setengah meringis kepada sahabatnya

Jonas sukses membuat Fikar melotot dengan mulut terbuka kepadanya.

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang