Episode: Ayu dan Anjar 2

4K 395 7
                                    

"Ma, kenapa sih Mama cerai sama Papa?" Pertanyaan Arumi kepada Ayu yang sudah menjadi pertanyaan ketiga putri kecilnya ketika Ayu berhasil mendapatkan tempat duduk di salah satu restaurant jepang yang menjadi langganannya

"Rumi..." Ardan menegur adiknya dengan menarik lengan anak kecil itu sambil menunjukkan ipadnya, "This game, this is new"

"Let me finish, Mama..." Arumi mengalihkan pandangannya ke ibunya dan kakak tertua mereka juga kakak laki-lakinya, "Kayes juga kemarin nangis di kamar. Harus berapa kali aku bilang kalo Kayes gak suka sama tante itu"

Pernyataan Arumi membuat Ayu akhirnya menoleh ke anak sulungnya kemudian melihat mata Ayesha menghindari pandangannya, "Ayesha..." panggilnya dengan pelan

"Mama, kita lagi di tempat umum..."

"Gak apa-apa, just talk. Kamu tau kamu selalu bisa ngobrol sama Mama, kan?"

Ardan menggelengkan kepalanya kemudian sibuk dengan ipadnya. Lima jam yang lalu ibunya datang menjemputnya dari pondok setelah mendapatkan kedua saudaranya dari sekolah mereka. Besok, Papanya akan bertunangan dengan salah satu mbak-mbak cantik yang dikenal pria itu di salah satu auto-show pada sekitar lima bulan yang lalu. Kedua saudaranya tidak pernah suka pada perempuan yang akan menjadi calon ibu baru mereka karena entahlah, Ardan tidak mengerti.

"Mama, kenapa Mama bisa bersahabat sama Papa tapi gak bisa buat balik sama Papa?"

Ayu yang sedari tadi sibuk memandang paper menu kemudian menelan ludah ketika anak tengahnya mulai bertanya

"Jangan tanya. You all knew the reasons, kan? Mama sama Papa menikah karena punya aku" kata Ayesha kemudian menyentuh layar hpnya dengan tenang

"Ok..." Ardan mengangguk mengerti, "Then, kenapa keterusan sampai ada aku sama Arumi kalo akhirnya mereka pisah?"

Skakmat. Ayu memandang ketiga anaknya yang sibuk dengan gadget mereka. Memang benar, pernikahannya dengan Anjar dulu adalah karena cinta monyet yang begitu membara di usia muda ketika akhirnya Ayu dan Anjar masih berusia 17 belas tahun dan Ayesha hadir diantara mereka.

Anjar dengan ide cemerlang dan bahagia selamanya itu datang mempertanggung jawabkan apa yang harus dia pertanggung jawabkan. Kemudian mereka menikah dan melewati berbagai macam halangan sampai akhirnya mereka bercerai dua tahun yang lalu.

Ayesha yang sudah berusia 14 tahun sudah mengerti masalah orang tuanya dan hanya diam saja. Ardan yang melihat kakaknya diam hanya mengikuti kakaknya saja. Sedangkan si kecil Arumi, agak sulit untuk menjelaskan kepada anak itu apa yang terjadi.

"Why should we have a new one? Kenapa Mama juga suka ganti pacar? Kenapa gak sama Papa?"

"Euh..." Ayu mencoba memandang putri kecilnya kemudian tersenyum kepada Arumi, "Rumi..."

"Karena mereka orang dewasa, Rumi. Katanya itu masalah orang dewasa..." Ayesha menjawab kepada adiknya sebelum Ayu bicara kemudian meletakkan hpnya. Dia terpaksa tersenyum sebelum Ayu curiga dan kemudian menatap adiknya, "Makan ya? Kamu mau udon?"

"Euh. Ya ya ya..." Arumi akhirnya membulatkan matanya dan kembali memperbaiki jepitan rambutnya, "Mama kan putus lagi sama Om itu. Harusnya Mama balikan aja sama Papa..."

"Papa itu sudah sayang sama kunti itu..." kata Ardan yang ikut meletakkan hpnya lalu terdiam sebentar membaca menunya, "Orang dewasa kan selalu memikirkan diri mereka lebih dulu baru kita, Rumi... Kamu makan udon aja, nanti kakak bagi tempura"

Ayesha menjauhkan paper menunya tanpa menoleh kepada sang Mama yang terdiam di tempatnya. "Gak ada yang lebih penting dari maunya Papa sama Mama, yang katanya terbaik buat kita"

"At least..." Ardan menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya menatap kepada ibunya dengan terpaksa, "Mama kasih kita penjelasan kenapa Papa sama Mama harus pisah tapi masih tinggal satu kota, masih suka ketemu, masih saling kasih perhatian, masih sering mengobrol..."

"Yeah. Kenapa Mama gak bisa sayang sama Papa karena Papa sudah buat kita bertiga ada di dunia ini buat mencintai kalian berdua?" Arumi dengan mata kecilnya memandang sang Mama yang sudah kehabisan kata-kata

Ayesha juga menganggukkan kepalanya setuju, "Apa sayang kita bertiga gak cukup buat Papa sama Mama sampai kalian harus berpisah?"

Bukan. Pertanyaan sebenarnya dalam hati Ayu yang membuatnya kebingungan adalah, apa yang dia dan pria itu pikirkan dulu ketika mereka bercerai dan membuat anak mereka bertiga berpikiran dan memberondongnya seperti ini sekarang.

"Apa Mama benci sama Papa sampai Mama gak mau lihat Papa setiap hari?" Ayesha mengajukan pertanyaan

Ardan terdiam beberapa saat kemudian bertanya kembali, "Apa Papa yang benci sama Mama sampai Mama selalu menghindari Papa?"

Arumi mengerjapkan matanya, "Kak kenapa Mama sama Papa saling benci? Kenapa Rumi diajarin harus saling sayang kalo Papa sama Mama yang orang tua aku sendiri saling benci? Mama..."

Ayu menyandarkan tubuhnya di kursi kemudian menatap anak bungsunya

"Kenapa Mama biarin Rumi ada diantara orang-orang yang saling benci? Kenapa Papa benci sama Mama yang sudah melahirkan Rumi? Oh, kenapa Mama benci sama Papanya Rumi? Salah Rumi, ya? Apa salah Kayes sama Kadan?"

Dan pertanyaan putri kecilnya membuat Ayu semakin menatap mata bundar kecil yang sekarang berair memandangnya

"Apa harusnya Kayes, Kadan sama Rumi gak ada di dunia ini supaya Mama sama Papa gak saling benci?"

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang