Episode: Heksa dan Sara 2

7.8K 478 0
                                    

Heksa terbatuk beberapa kali sambil memainkan gelasnya dan bersandar menatap Sara yang kesal kepadanya. Sesekali Heksa menaikkan salah satu alisnya untuk mengejek perempuan itu sampai akhirnya Sara membalas dengan memutarkan bola matanya

"Sa..."

Heksa mengedikkan dagunya, menaikkan satu sudut bibirnya dan menyentuh lembut salah satu ujung kaki Sara, "Apa?"

Sara mengerjapkan matanya dengan tetap memandang laki-laki itu, "Tomorrow is the D-day"

Dengan ucapan Sara yang memperjelas acara untuk besok, membuat kedua anak manusia itu terdiam. Tidak ada yang saling bicara. Heksa memandang ke arah lain dengan satu tangannya yang menyangga kepalanya. Sara dengan dirinya yang menatap pria itu.

Perempuan itu menghela nafas dengan berat, kemudian setelah keheningan menemani mereka selama beberapa menit, perempuan itu bertanya "Karena ini hari terakhir, can we do something we never did?"

Heksa menolehkan kembali kepalanya kepada Sara kemudian menatap perempuan itu seolah bertanya. Semua hal yang pernah mereka lakukan berdua. Semua kenangan yang mereka punya bersama hanya akan menjadi kenangan yang hanya mereka berdua ketahui sampai besok. Mulai besok, semua hal yang mereka pernah lakukan menjadi tidak ada sama sekali.

"Satu hari..."

"Satu hari?" Heksa mengulang pernyataan perempuan itu dan membalas tatapan Sara dengan sama putus asanya

"Bisa satu hari kan, Sa?" Tanya perempuan itu dengan putus asa kepadanya

Heksa tidak pernah bisa menolak keinginan Sara. Karena pada dasarnya, semua pikirannya dan seluruh hatinya sudah menjadi milik perempuan ini. "Satu hari buat apa, Sar?"

Perempuan itu menaikkan satu sudut bibirnya dan satu lengannya mencoba menjelaskan kepada Heksa mengenai keinginannya. Hanya satu hari. Dia hanya punya satu hari. "Stay here..."

"Lo sober..." kata Heksa dengan tiba-tiba kemudian memindahkan kedua kaki Sara ke sofa dan memperkecil jarak tubuh mereka berdua. Heksa menumpukan beban tubuhnya pada kedua lengannya seperti sedang mengurung perempuan itu dengan tubuhnya kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Sara, "Satu hari..."

Sara tersenyum. Dia tahu dia akan selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Heksa adalah semua hal yang dia inginkan di dunia ini. Tapi ketika mereka sama-sama menginginkan satu sama lain, mereka tidak akan pernah memiliki satu sama lain bukan?

Heksa mencium puncak kepala perempuan itu. Selalu menjaga kehormatan perempuan itu walaun dia tahu akan sangat susah menolak Sara. "What you wanna do? Gue disini. Satu hari..."

"Boleh gak kalo kita jalan-jalan, Sa? Dufan sounds nice..."

Heksa menggelengkan kepalanya kemudian kembali terduduk dan memandang Sara, "Gue masakin sesuatu deh. Lo besok berangkat, kan?"

"Lo gak bisa pergi sama gue aja, Sa?"

Sekali lagi pria itu menggelengkan kepalanya dan mencoba tersenyum kepada Sara untuk meyakinkan perempuan itu, "Lo bakalan baik-baik aja tanpa gue, Sar"

Sara menutup kupingnya, mencoba menatap ke arah lain dengan dingin dan berkata kepada Heksa, "Gue gak mau denger soal besok, Sa"

Pria itu menelan ludah dan mengambil handphonenya, "Turn of your phone"

Sara menatap dengan bingung ketika pria itu mematikan hpnya dan beralih menatapnya, "Maksudnya?"

"Matiin hp lo, Sar. Cuma ada kita berdua kan hari ini. Itu yang lo mau..." Pria itu memutuskan untuk mengatakan keinginan Sara kemudian meraih ponsel perempuan itu karena Sara sama sekali tidak beralih untuk mengambil ponselnya

Sara menelan ludah dan menarik nafas dengan panjang, "Setelah bertahun-tahun kita sama-sama, sekarang gue cuma boleh satu hari doang sama lo. Miris banget jadi gue, Sa..." katanya kemudian memandang Heksa

"Lo yang minta satu hari. Tolong jangan begini ke gue, Sar. Habis lo berangkat, lo bakalan punya hidup baru di sana. Have a good one..."

Bukan anggukkan kepala yang di dapatkan Heksa sebagai jawaban. Tetapi Sara menggelengkan kepalanya dengan menahan tangisnya yang membuat mata perempuan itu berair, "Apa gunanya kalo tanpa lo, Sa?"

Heksa memandang Sara yang menatapnya dengan terluka. Bibir perempuan itu terkatup rapat dengan bergetar dan bulir air mata yang dengan cepat Heksa hapus kemudian dengan ibu jarinya

Sara tidak menyukai Heksa menyentuhnya dengan tangan kanan pria itu. Dia menepisnya dengan kasar, kemudian menatap Heksa dengan susah payah mengumpulkan suaranya walaupun dia masih bergetar, "Do you love me? Even once? Have you ever?"

Heksa menganggukkan kepalanya dan menatap perempuan itu sama terlukanya dengan dirinya, "I love you..."

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang