Episode: 88,56,32 (5)

1.5K 165 2
                                    

Masih menangis dengan kotakan tisu di tangannya, Lena tidak menggubris Ethan yang masih setia duduk di tepi ranjangnya. Pria itu bahkan tidak banyak bicara dan menunggu Lena menghentikan tangisnya

"Oh My God, gue gak percaya Janet sejahat itu sama gue, Than..."

Ethan hanya menghela nafas

"Adam tuh, kenapa sih? Katanya mau berubah tapi kenapa jahat banget, apa kurangnya gue????"

Kembali pria itu menghela nafas

"Gue gak mau ketemu mereka lagi, jahat, jahat, jahat..."

"I'll take you home, Len..." kata Ethan, lelah dengan raungan Lena yang merasa paling tersakiti saat ini

Kalau boleh meneriaki Lena, dia ingin mengatakan kalau dirinya sakit hati. Jelas saja, melihat bagaimana Lena masih menangisi Adam membuat semua usaha Ethan selama ini seperti tidak ada apa-apanya. Masih saja perempuan itu mengatakan sakit hati dan segala macam atas perilaku Adam. Demi Tuhan, Ethan ingin mencekik Lena sekarang.

"Gue gak mau pulang, Adam pasti nyari gue ke rumah. Gue gak mau ketemu mereka dulu..."

"Gue anterin ke tempet temen lo..."

Lena mengangguk dengan pasrah. Yang dia ingat, dia berjalan di belakang Ethan dengan memakai hoodie juga masker ke dalam parkiran lalu masik begitu saja ke dalam mobil dan menangis lagi.

Kecewa. Bukan karena masih sayang tapi tega-teganya Adam menusuknya dengan berselingkuh. Dengan Janet yang notabene sahabat mereka sejak jaman sekolah menengah pertama. Tuhan, ingin rasanya Lena tadi mencabik Janet menjadi bagian kecil-kecil.

"Sakit banget hati gue..."

Ethan menggelengkan kepalanya. Mencari sekotak tisu di dekatnya dan menyerahkan kepada Lena

"Adam sialan brengsek! Pengen gue injek!"

Pria itu tidak menyahut, memilih memfokuskan diri ke jalanan yang cukup padat pada jam-jam seperti ini.

"Adam...."

Lalu Ethan menoleh kepada Lena yang sudah memegangi dadanya dan menangis sesenggukkan. Ah, dia mau menendang perempuan itu keluar dari mobil rasanya.

...

Theon mengerjapkan matanya ketika mendapati Adam datang bersama Janet. Belum sempat dia mempersilakan kedua orang itu masuk, tapi Adam sudah menerobos begitu saja.

"Lena?" Tanya Janet ketika mendapati Theon mengangkat kedua tangannya seolah bertanya kepada mereka ada apa mereka datang kemari

"Ngapain Lena di rumah gue, anjing?"

Adam menghela nafas lalu mengacak rambutnya dengan kasar, "Gue kira sama Ethan dibawa ke rumah sini..."

Theon mengerutkan keningnya. Jelas saja, pasalnya saudara kembarnya itu sedang ada masalah. Mana mungkin anak itu terbang ke Jakarta weekend ini. "Oh, gak tau. Masa itu Ethan?"

Adam terkekeh dengan pelan. Sudah gila sepertinya. Tiga minggu ini dia mencari Lena tapi perempuan itu hilang. Nihil. Dicari kerumah orang tuanya di Bandung juga hilang. "Gue ketemunya Ethan sama Lena. Gue kira dibawa kesini..."

Theon mengerjap lagi. Seingatnya, tiga minggu yang lalu kembarannya pergi begitu saja. Tidak bilang mau kemana. "Yakin sama Ethan?"

"THEOOOON!!!!!!!"

Ketiga orang itu lantas menoleh kepada sumber suara. Lena dengan nafas terengah-engah berlari dari pintu menghampiri Theon dan menampar laki-laki itu.

"Anjrit! Apaan nih?! Kenapa gue kena tampar?!" Maki Theon menyadari ada yang salah dengan sahabatnya

Lena membelalakkan matanya mendapati Adam juga Janet. Bahkan pria itu mendekat kepadanya dan menarik tangannya. "Lena aku mau minta maaf..."

"Ethan mana?!"

"Len, bukan salah Adam..."

"ETHAN MANA, THEON?!"

Theon masih memegangi pipinya, mengatupkan bibirnya lalu menelan ludah. Mendengar teriakan Lena yang seolah meredam panggilan Janet dan Adam yang meminta maaf pada gadis yang tengah mengguncang-guncangkan tubuh Theon.

"LEPASIN GUE! GUE GAK SUDI DIPEGANG PENGKHIANAT!" Lena menyentak dengan keras pegangan Janet yang sudah terisak kepadanya, "THEON! ETHAN MANA?!"

"KALIAN INI SEBENERNYA ADA APAAN SIH?! KENAPA DRAMA BANGET DI RUMAH GUE?!" Bentak Theon menghentikan semua kericuhan yang tiba-tiba timbul itu

Lena sudah menjambak rambutnya dengan cukup keras dan meluruh ke lantai begitu saja. Menangis lebih tepatnya. Tiga minggu yang lalu, Ethan menurunkannya di kosan Danisha dan Tere tanpa berkata apa-apa dan menghilang begitu saja. Lena sudah mencoba menghubunginya, nihil. Ethan seperti hilang ditelan bumi.

Bukan itu saja yang semakin menambah frustasi Lena. Pasalnya Ethan pasti mengira kalau dia masih menyayangi Adam, makanya pria itu marah besar. Sedangkan baru tiga hari yang lalu Lena menyadari dia terlambat datang bulan. Demi Tuhan dia butuh Ethan sekarang. Laki-laki itu harus tahu kalau mereka punya...

"Lena, what's wrong?"

Pertanyaan Theon membuat Lena mengadahkan wajahnya. Air matanya sudah membasahi pipi putih Lena. "Ethan mana, The?"

Theon mengedikkan bahunya. "Lo kenapa? Disini ada Adam, kenapa nyari Ethan?"

Lena menggelengkan kepalanya.

Adam memilih menarik Theon dan menjelaskan kepada pria itu. "Terakhir kali gue ketemu Lena, gue sama Janet..."

Theon menaikkan telapak tangannya memotong ucapan Adam. Mengerti sudah dia. "Gila. Terus lo sama Janet nyari Lena mau jelasin kalo kalian gak ada apa-apanya? Ya, kali. Gue jadi Lena, gue jambakin lu, Net..."

Janet menunduk. Dia mendekati Lena dengan pelan. Lalu menarik tangan Lena yang bergetar. "Len gue bener..." lalu menghentikan ucapannya kebingungan karena tangan Lena mendingin, "Lo kenapa Len?"

"ETHAN MANA?!" Teriak Lena sekali lagi membuat Theon dan Adam memandang dengan bingung, "Yon, please. Ethan mana? Ethan marah sama gue, kan? Makanya lo diem aja?"

Adam mengernyitkan keningnya. "Len..." satu praduga muncul dikepalanya ketika dia mengingat Lena dengan Ethan tiga minggu lalu bertemu dengan mereka di hotel yang sama. Tanpa menunggu lebih lama, Adam menarik kerah Theon dan menatap tajam, "Anjing mana kembaran, lo?!"

"DAHELL DUDE! INI SEBENERNYA KENAPA WOY KENAPA GUE LO---"

Bugh!

"ANJRIT DAM, MUKA GUE!"

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang