Episode: Consequences (10)

1.2K 137 0
                                    

"Gitu, kata Shafiya. Lo gak bakal bisa depetin kakaknya soalnya lo cuma main-main. Apa gimana gitu lupa gue, intinya gitu aja kata Shafie..."

Jonas menghela nafas. Antara lega dan tidak lega. Di satu sisi senang karena Shafiya memaafkannya dan seharusnya Kanaya sudah membalas pesannya. Tapi kemudian kembali meringis menyadari sesuatu.

Fikar yang sedang menyantap indomie kuah yang dibuatkan asisten rumah tangga rumah Jonas hanya bisa menyeruput sambil sesekali melirik Jonas

"Tapi... tapi kok gue kayak player sih? Perasaan gue gak pernah main-main kalo sama cewek..." Jonas menatap kaca mejanya sambil berpikir

Fikar mengedikkan bahunya dan kembali menyendokkan kuah mienya

"Gue janji, deh. Kalo gue sama Kanaya, gue gak akan putus sama Kanaya. Gue gak akan cari cewek lain. Pokoknya gue mau sama Kanaya. Lo gak tau aja gimana jantung gue---"

"OHHHOOOOKKKK!!!!" Fikar tersedak mendengar ucapan Jonas. Dia memukul-mukul dadanya sambil terbatuk mencari air. Setelah mendapatkan air mineralnya, Fikar menatap horor kepada Jonas yang sudah terlebih dahulu memandangnya, "Apa? Apa, Nas? Apa tadi lo ngomong apa?"

"Ck..." Jonas menjatuhkan dirinya ke kasur. Pokoknya dia mau sama Kanaya. Entah ketertarikan macam apa Jonas kepada Kanaya tapi intinya, kesulitan mendapatakan Kanaya seolah membuatnya tertantang untuk memiliki dan menaklukan gadis itu.

"Becanda lu, Nas. Mana mau kakaknya Shafiya yang udah kerja gitu sama kita anak sekolahan..."

"Kita?!" Jonas langsung duduk memegangi kepalanya, "Lo juga ngejer kakaknya?!"

"Kok ngurat lo? Kan gue cuma menjelaskan..."

"Lo bawa-bawa 'kita' tadi! Yang ngejer Kanaya gue doang, lo jangan ikutan!" Jonas kembali membanting dirinya ke kasur. Kesal dengan ucapan Fikar mengenai kejar mengejar

Sahabatnya menggelengkan kepala. Dia hanya tidak mengerti dengan perubahan mood Jonas. "Intinya mana mau sih Kanaya sama elo. Gue yakin diluaran sana banyak orang kantoran deketin kakaknya Shafiya. Secara aja orangnya cantik begitu..."

"Diem, dong. Hibur gue kek kasih masukan, bukan bikin gue tambah kecil hati goblok..." omel Jonas yang kemudian menggelung dirinya, "Itu cewek juga kenapa gak bales chat gue sih ah, kesel gue..."

...

"Kakak..." Shafiya menyerobot masuk begitu saja ke dalam kamar Kanaya.

Kakaknya sedang mengetikkan sesuatu dan terlihat sangat serius dengan berbagai macam lembaran di depannya

"Kak, gue mau bilang kalo gue udah maafin Jonas..."

"Hm..."

"Tapi lo jangan deket-deket dia... Ntar lo dimainin lagi kayak mantan-mantannya..." Shafiya menuding kakaknya. "Terus-terus, gimana dong..."

"Apanya?" Kanaya melirik bergantian lembaran di tangan kanannya dengan yang berada di atas bantalnya. Dia sedang sibuk. Sibuk menyiapkan presentasi sebagai bahan monev bulanan kantornya. Maklum, pegawai baru ada saja bahan pekerjaan dari bosnya

"Gue kirain lo bakalan mau langsung bales chatnya Jonas, kak. Sekalian bikin patah hati langsung gitu..."

Kanaya meletakkan lembarannya dengan setengah terkejut. "Oh, iya! Shafie kan kontak gue baru ya. Kan gue baru ganti hp. Jadi semuanya ke format. Lupa gue. Gue kan gak temenan sama temen lo itu di akun baru gue..."

Shafiya melongo. "Ih, temen apaan?! Bukan! Tapi gue puas sih liat mukanya yang kek bloon gitu masa. Kok bisa naksir kakak sih, ampun deh gue gak pernah paham sama selera dia..."

Kanaya mengedikkan bahunya dengan pelan. Kembali mengetikkan berbagai kalimat ke bahan presentasinya. "Lagian apaan banget? Gue biasa aja padahal. Cuma kesel aja kenapa gak nandain dia yang udah bully lo. Jahat banget"

Adiknya menganggukkan kepala mengerti, "Lo beneran gak baper gitu dideketin Jonas? Kok bisa, kak?"

"Ih, ya kan gue udah kerja. Udah beda selera. Mau baper juga males banget. Lagian model anak sma kayak kalian itu masih labil. Gue kan maunya punya pacar sekali aja, Shap..."

Shafiya mencebik mendengar panggilan kakaknya, "Inget ya, kak. Sampe lo jadian sama dia atau deket lagi sama dia? Abis lo gue ngakakin depan kak Sony sama Mama Papa..."

"Ampun, deh. Sap, lo kalo ngomong suka becanda. Tapi lucu juga, gue jadi pengen liat kalian semua ngakak..."

Shafiya melotot kepada kakaknya yang sudah cekikikan macam penunggu pohon itu

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang