Episode: Loop (3)

1.5K 129 1
                                    

"Pada bahas apaan sih, rame bener?" Galen baru saja datang dan mendudukkan dirinya diatas sofa ketika keempat temannya itu sibuk berdebat mengenai hal-hal aneh seperti biasanya

Kalau Ardi dan Rion adalah cowok nakal, maka Galen masuk ke dalam kategori, medium. Galen itu pemilih, untuk sekedar makan keluar saja, dia tidak akan mau keluar dengan gadis yang biasa-biasa saja.

Berteman saja memilih. Dekat dengan Vale dan Nia juga karena dua gadis itu berteman dengan Rion dan Ardi yang termasuk jajaran anak keren di kampus. Buat Galen, status sosial itu penting. Jadi kalau urusan ranjang, Galen lebih selektif untuk partnernya.

"Ini juga satu penjahat kelamin!" Bentak Nia dan segera menyerang Galen yang akhirnya membuat cowok itu meneriakkan kata-kata sumpah serapah saat Nia menghajarnya, "Satu jurusan tuh lo sama cowok yang ngajakin gue! Temen lo nih pasti!"

"APAAN WOY?! GUE BARU DATENG UDAH MAEN KROYOK AJA" Galen menangkap lengan Nia dan kemudian mendorong gadis itu sampai terduduk kembali ke karpet, "Kebiasaan lu kasih makan daging ya galak, Yon. Kek anjing tetangga gue..."

"Kampreeeet!" Sekali lagi Nia melayangkan pukulannya kepada Galen

"Lagian maksud lo siapa sih? Ngajakin apa sih?" Tanya Galen dengan kesal kemudian duduk begitu saja di sebelah Rion, dia mengambil satu bungkus kacang dan mengunyah dengan santai

"Ituh, si piktor, lo kenal, kan?" Tuduh Nia

Galen menaikkan satu alisnya, "Gue baru tau ada nama begitu di jurusan gue..."

"Gue lupa kalo manusia yang gak ada benefitnya di hidup lo itu sama aja kayak keresek bekas..."

"Itu tau..."

Vale menghempaskan dirinya ke sandaran sofa kemudian memeluk bantalan di tangannya, "Duh, kenapa sih gue gak pernah dapet cowok yang bener..."

"Gue jugaaa" Nia juga menggerutu menyuarakan pendapatnya

Vale kembali duduk dengan tegak dan menatap Rion dengan serius, "Gue tanya deh sama lo yang pakarnya cinta satu malam, emang gue kenapa sih kok cowok pada begitu ke gue?"

Ardi juga Galen sudah menatap Rion, menunggu jawaban apa yang kiranya akan diberikan kepala suku mereka kepada anak gadis setengah polos seperti Nia dan Vale.

Rion hampir saja tersedak mendengar ucapan Vale. Cowok itu segera menguasai dirinya dan menatap tidak habis pikir kepada Nia juga Vale yang sudah menuntut penjelasan.

Masa ya harus dijelaskan perkara seperti itu? Masa Rion harus menjawab pertanyaan seperti itu? Mau menjelaskan kalau tatapan mata Nia dan Vale itu seduktif? Atau mengatakan kalau tipe-tiper bibir Vale dan Nia itu yang enak di... sensor saja demi kebaikan bersama.

"Lo mau gue tampol gak, Le? Sekali aja biar agak pinter gitu..." Rion memberikan pertanyaan dengan nada serius

Ardi juga menganggukkan kepalanya, "Temen gue pinter tuh, Le. Kejatuhan TV pas di kepalanya, IQ dia malah nambah naik. Mungkin kalo lo digampar baru pinter"

"Lo aja yang gue tabok biar tobat gimana?" Sindir Vale dengan sinis, "Jawab aja kenapa sih!"

"Susah, Le! Nanti lo ngatain gue ngeres!" Rion mencoba membela dirinya

"Lo aja coba, Len!" Tunjuk Nia spontan dan Galen hanya mengedikkan bahunya

Cowok itu menjawab sebelum Nia melakukan tindak kekerasan kepada dirinya lagi. "Lo berdua bukan tipe gue, gue gak bakal sange liat lu berdua jadi jangan tanya gue karena udah jelas gue gak bakalan tau kenapa cowo-cowo itu doyan sama cewe kayak kalian, even gue sange sekalipun bakal drop kalo yang tersisa cuma kalian"

BUK!

"SETAN! NIA! KAN UDAH GUE JAWAB!"

Kembali, Nia melayangkan pukulannya bertubi-tubi kepada Galen yang kemudian meringkuk menghindari cubitan Nia

"Eh, udah. Galen bener kali, masa kita nafsu sama temen sendiri..." Ardi mencoba melerai dua temannya itu, kemudian menahan lengan Nia dan kembali menjelaskan, "Emang lo mau jadi bahan mimpi basah kita bertiga, ha?"

"Anjeeeeer!" Nia meraup wajah Ardi kemudian berkata kembali, "Hati-hati ya, anda. Bahasanya..."

"Intinya kan gue menjelaskan, ya masa temen sendiri kan gak mungkin..." Galen membela dirinya

Vale mendesah dengan kecewa.

Rion yang tidak tega kemudian menepuk pundak gadis itu, "Lo penasaran banget apa?"

"Ya, abis apaan coba. Gak ada deh itu kayaknya yang tau kalo kita main bareng, taunya cuma sekampus sejurusan suka ngerjain tugas bareng, ya gak sih?" Vale memanyunkan bibirnya kembali, "Tapi cowok-cowok itu masih aja begitu"

Rion menganggukkan kepalanya, "Tapi gue gak pernah bilang tuh kalo lo temen gue, gue juga gak pernah ngajakin lo berdua party kan? Mereka pengen kenalan murni tanpa tau lo berdua temen kita"

Ardi yang setuju dengan ucapan Rion kemudian menganggukkan kepalanya. "Emang mereka aja penjahat kelaminnya"

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang