2015.
Hari ini ulang tahun Ethan, dan pria itu berjanji akan cuti untuk mendatangi Lena dan menghabiskan weekend bersama di salah satu hotel ternama yang Ethan sewa untuk mereka berdua.
Lena juga melakukan hal yang sama. Dia sudah mengosongkan jadwal sampai rela menjemput teman tapi maksiatnya itu di bandara dan membawa satu cup kopi kesukaan Ethan dari starbucks. Makanya begitu melihat Ethan dengan ranslenya berjalan sambil memainkan handphone, Lena berjalan menghampiri dengan santai.
"I'm looking to you while you looking through your phone..." Lena bersenandung dan membuat Ethan menoleh kepadanya
Pria itu tidak banyak bicara, hanya mengangkat benda pipih di tangannya dan bicara entah kepada siapa.
Hubungan Lena dan Ethan bisa di bilang berjalan baik. Jangan kira mereka menjalin hubungan kekasih. Mereka hanya teman berakhir di ranjang, mobil, ruang makan, meja makan, depan tv dan dimanapun tempat Lena dan Ethan menginginkannya.
Jangan tanyakan apakah ada yang mengetahui hubungan mereka. Tidak ada. Nihil. Tidak ada dari satupun sahabat mereka mengetahui kegiatan mereka ini. Terlebih, Adam. Yang masih saja menjabat status pemilik Lena. Yah, setelah melakukan hal gila dengan Ethan, Lena justru kembali bersama Adam. Bukan karena sayang, tapi Lena ingin memberi pelajaran kepada Adam kalau pria itu bisa kehilangan dirinya kapan saja dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
Lena mensejajarkan langkahnya dan memberikan cup kepada Ethan yang baru saja selesai menelpon. Mereka masuk ke dalam mobil dan Lena mengemudikannya dengan santai. Ethan? Masih sibuk dengan benda pipih di tangannya. Sepertinya masih sibuk dengan pekerjaan miliknya.
Ethan memundurkan sedikit kepalanya sambil mengetikkan beberapa koreksi yang dia perlukan di emailnya ketika tangan Lena menggapai dagunya dan memainkannya seolah-olah dia adalah kucing yang senang digaruk. Ethan menggigit bibirnya ketika menunggu balasan pesan yang dia kirim. Dengan santainya, Ethan menggapai kepala Lena dan membelainya.
"Masih banyak banget?"
"Hm..."
Lena hanya mengangguk. "Tapi sampe tempatnya gak pegang hp lagi, kan?"
"Hm..."
Ampun. Untung saja mereka bukan sepasang kekasih. Kalau iya, Lena pasti menyerah karena Ethan hanya menyahut seadanya begini. Baru bulan lalu mereka bertemu dan menjadi hangat-hangatnya, sekarang dingin kembali.
Setahun belakangan ini, Lena dan Ethan memang terbiasa dengan jadwal satu bulan sekali mereka. Tidak mau terlalu sering karena beresiko kecurigaan dari teman dan juga keluarga mereka. Ethan memilih mengatakan hal itu.
"Than---"
"Shit..." Ethan memaki begitu saja menghentikan ucapan Lena, "Len, Jakarta gak bisa lebih macet lagi?"
Lena melirik dengan ekor matanya dan Ethan sudah meletakkan hpnya entah dimana. Satu tangan Ethan meraih tengkuknya kemudian menarik Lena lebih dekat sampai akhirnya bibir mereka mengecap
"God, I miss you..."
"Hmmmhhh"
...
"Jadi kita berenang?" Tanya Lena begitu dia selesai memakai pelembab wajahnya, dia meliri Ethan yang masih mengenakan handuk dari cerminnya
"Jadi..."
Lena membalikkan tubuhnya, "Suka gak sama kadonya?"
Ethan terkekeh memandang sahabatnya itu, "Best gift ever, Lena. Thank you..."
Kemarin, Lena memberikan Ethan sebuah bungkusan besar. Tidak banyak tapi Ethan sangat wmenyukainya. Satu set peralatan gaming karena Ethan sangat menyukai game. Setelahnya? Ethan melepaskan persediaan satu bulannya kepada Lena. Jadi wajar, siang ini mereka baru keluar dari kamar dan menikmati makan siang di restaurant.
"Temenin ke kamar mandi, dong..."
Ethan bangun dan dengan setia berjalan di belakang Lena. Perempuan itu tiba-tiba saja menghentikan langkahnya ketika mereka melewati salah satu celah sebelum restroom area.
Ethan terdiam di ujung lorong ketika melihat Lena menarik paksa rambut seorang perempuan dan menamparnya. Alisnya terangkat sebelah ketika melihat siapa yang mereka temui sekarang.
"JADI SEKARANG JANET, DAM?!" Teriak Lena sambil mengacungkan telunjuknya kepada Janet
Janet, si perempuan yang -tadi sedang --Ethan yakin-- melumat panas bibir Adam- merupakan sahabat mereka lantas terdiam.
Adam juga sama saja, "Len aku bisa..."
"Bisa jelasin kalo kalian gak ada hubungan apa-apa?" Lalu perempuan itu mendesis memegangi kepalanya, berjalan berbalik dan menghempaskan tangan Janet begitu saja ketika sahabatnya mencoba menahannya, "Geez, i can't believe you guys... Kalian..."
"Lena..." panggil Janet dengan lemah dan kembali mengejar Lena
Lena menyentak sekali lagi lengannya yang ditahan Janet, "Lo sahabat gue, Jan..."
Sementara Adam, dia malah menemukan pandangan datar Ethan kepada mereka bertiga. Beralih memandang Lena yang berjalan meninggalkan mereka. Tapi sebelum itu memandang Ethan lagi yang menaikkan satu sudut bibirnya sambil menggelengkan kepala. Meninggalkan Lena yang berjalan di belakangnya dan Janet juga Adam yang terdiam begitu saja.
Adam menarik nafas dengan kasar. Sial. Kenapa pula Lena ada di hotel ini dengan Ethan?