Episode: Loop (1)

2.4K 130 0
                                    

"Tau gak sih, di kelas kita ada yang ketagihan gitu..."

Vale membalikkan tubuhnya demi menatap langsung mata sahabatnya untuk mencari kejujuran. Siapa tahu saja ini hanya gosip yang belakangan ini sering beredar di kampusnya. Bukan sebuah fakta penting yang dia perlukan.

Sejak kapan perempuan bicara hal penting kecuali perasaan dan keinginan mereka.

"Maksudnya?" Tanya Vale dengan kebingungan menangkap maksud gadis yang sedang duduk di atas kasurnya

Nia, sahabatnya sejak semester pertama lalu, mulai duduk dengan serius. Minggu lalu mereka mendapatkan kabar kurang menyenangkan yang menimpa salah satu adik tingkat mereka. Dengar-dengar anak perempuan itu menikah karena tengah hamil duluan.

Jadi semenjak peristiwa adik tingkatnya itu, Vale dan Nia sering membicarakan hal-hal yang berbau sex edukasi. Judulnya saja sex edukasi, aslinya pembahasan tentang ciri-ciri perempuan yang sudah tidak gadis dan beberapa teman mereka yang sudah pernah disentuh lelaki.

Jangan tanya mereka tahu darimana. Vale dan Nia satu permainan dengan cowok-cowok yang sudah berpengalaman dalam bidang itu.

"Kemaren gue keluar kan sama Ardi..."

Vale menyimak dengan seksama. Tidak ingin ketinggalan satu informasi apapun tentang hal ini. Karena tentu saja dia tidak menyangka ada penggila hal seperti itu diantara teman-temannya yang tampak kalem.

Nia memainkan rambutnya dengan menggulung-gulung jarinya. "Ada tapi gue gak mau sebutin namanya..."

Vale mencelos. Dilemparnya bantal ke arah Nia dan kemudian menggeram kesal. "Kalo gak niat cerita gak usah mulai..."

"Gak penting buat kita tau gituan, Val. Lagian ya, gue kemaren kenalan sama cowok nih..."

Vale kembali sibuk dengan parutan bengkoang yang dia tiriskan diatas piring. "Hm..." hanya itu jawabannya. Vale tidak berniat menyahut lebih jauh karena sudah jelas kemana arah pembicaraan mereka

"Gue diajakin ke apartement dia. Terus gue mikir pasti gak bener nih..."

"Sejak kapan sih mereka ngeliat kita kayak cewek bener?"

Sampai saat ini, Vale tidak mengerti dengan semua lelaki yang berkenalan dan dekat dengan mereka. Semuanya hampir sama.

Fasenya selalu dimulai dengan perkenalan, komunikasi via sosial media, kemudian mereka akan bicara intim mengenai hal-hal dewasa yang Vale tahu kalau hal itu adalah tabu untuk dilakukan sebelum menikah. Tapi herannya banyak orang yang menyukainya.

Satu hal yang Vale pertanyakan. Dia ini jelas perawan tulen. Masih bersegel dan tidak tahu bagaimana cara berciuman dengan lawan jenis. Bukan berarti dia tahu bagaimana caranya dengan sesama jenis, ya. Vale dan Nia seratus persen pecinta laki-laki, terutama yang tampan.

Tapi ajaibnya, semua pria yang mendekati mereka seolah memandang mereka itu prempuan yang liar. Dalam artian tertentu. Membuat Vale sampai saat ini berpikir dua kali jika dia ingin melanjutkan hubungan ke tahap lebih serius.

Lebih seringnya, mempertanyakan untuk apa hubungan yang disebut pacaran itu. Kalau hanya sekedar nonton, memberi perhatian, makan dan jalan bersama, bukannya berteman juga seperti itu?

Lalu kalau untuk melakukan hal-hal intim lainnya seperti yang orang-orang dewasa maksud. Bukankah itu hal yang dilakukan pasangan suami istri.

Vale jadi pusing sendiri. Di usianya yang sudah 23 tahun, Vale masih setia dengan kesendirian. Bukan tidak laku, banyak yang dekat. Hanya saja mereka itu menginginkan sesuatu yang Vale tidak bisa berikan.

Ya dipikir saja, masa baru kenal sudah mengajak Vale untun tidur bersama? Sudah jelas gadis itu akan mendepak jauh laki-laki seperti itu.

"Jadi pensaran, Le? Dapet apasih emangnya kalo mau gituan..."

"HAH?!" Vale nyaris terjungkal dari kursinya mendengar pertaan Nia

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang