Episode: Consequences (9)

1.2K 138 0
                                    

Shafiya sedang memainkan selang air ketika melihat mobil yang familiar berhenti di depan rumahnya kemudian kakaknya turun bersamaan dengan Jonas yang membuat Shafiya menganga di tempatnya.

"Nay, nay maafin gue dulu..." Jonas mengejar kakaknya

Kanaya berjalan dengan santai walaupun lengannya dipegangi oleh Jonas, perempuan itu dengan santai menyapa adiknya kemudian berkata, "Shafie, bilang sama orang ini gue mau ngomong sama dia kalo lo udah maafin dia. Kakak mau maskeran terus mandi..."

Shafiya masih terbengong melihat Jonas menatapnya meminta bantuan sementara Kanaya sudah melotot kepada Jonas dan melepaskan pegangan cowok itu

Jonas melihat Kanaya masuk ke dalam rumah dan meninggalkan mereka berdua. Dia langsung menoleh kepada Shafiya dan baru saja akan bicara ketika Shafiya akhirnya berkata

"Gue gak mau maafin lo. Mending lo balik sekarang sebelum gue siram pake selang..."

"Please, Shaf..."

"Gue gak mau lo deket-deket kakak gue, Nas. Lo pasti mau ngerjain gue lagi, kan? Jadi gini cara mainnya? Gue gak mau..."

Lalu Jonas memundurkan tubuhnya ketika Shafiya menyiramnya menggunakan selang air yang gadis itu pegang. "Shaf!"

"Pulang lo sana!" Bentak Shafiya kemudian

Jonas menyerah dan mengikuti kata-kata Shafiya dan beralih menuju mobilnya sementara anak gadis itu langsung beralih mematikan keran dan berlari menuju kamar kakaknya.

Shafiya menemukan Kanaya sedang menyeruput jus strawberri dan menonton acara televisi sambil sesekali mengata-ngatai pembawa acara yang sedang ditontonya itu

Gadis itu mendekat dengan kebingungan luar biasa langsung menodong kakaknya dengan pertanyaan, "Kenapa kakak bisa barengan sama Jonas?"

"Ck..." Kanaya menoleh kepada adiknya, "Panjang cerita. Ih, masa kakak lupa kalo dia yang nyiram lo. Maklum sih waktu ke sekolah lo kakak lupa pake softlens rada burem deh..."

"Terus?!" Sewot Shafiya tidak terima karena kakaknya bisa dekat dengan manusia paling jahat seantero sekolah yang sudah membuat hampir tiga tahun masa sma Shafiya hancur berantakan, "Gak bisa begitu aja deket dong gara-gara lupa, kak..."

Kanaya menganggukkan kepalanya, "Waktu gue nganterin Arini pulang dari klabing gak jelas itu, gue ketemu dia terus diannterin balik. Kan gue gak enak ya, sama orang yang udah baik hati nganterin gue balik subuh-subuh. Dia minta kontak gue, gue kasi. Eh deket deh... Ya, terus gue baru inget kalo dia yang bully lo. Pantesan gue ngerasa pernah liat dimana gitu itu anak..."

Shafiya menepuk keningnya dengan kesal. Bisa-bisanya kakaknya melupakan manusia selicik Jonas. "Pokoknya lo gak boleh deket-deket Jonas sama temen-temennya, kak"

"Emang siapa sih yang deket-deket ih, gue kan cuma gak enak karena dia anterin gue balik mulu..."

"Ih, koneng! Makanya hati tuh dipake jangan di diemin aja. Biar tau kalo ada yang pdkt, ih. Kak Naya!" Shafiya sudah sangat kesal kemudian melemparkan bantal kepada perempuan yang kemudian melotot kepadanya itu

...

Jonas uring-uringan. Sudah hampir sebulan Kanaya tidak membalas pesannya. Bahkan pesan di instagram saja tidak dibalas perempuan itu.

Shafiya sama saja. Gadis itu bahkan sengaja menghindari Jonas dengan mengambil langkah seribu setiap kali mereka bertemu.

Pernah Jonas mencoba menahan Shafiya tapi gadis itu memperingatkan kalau sekali saja Jonas menyentuhnya, Shafiya akan berkata kepada Kanaya kalau cowok itu melakukan tindak kekerasan kepadanya.

Jonas jelas tidak ingin soon to be girlfriendnya -tapi pending sampai jangka waktu tidak ditentukan- itu semakin menjauh dari dirinya. Dia sudah tidak mengerti kenapa dia semakin tidak tenang kalau Kanaya semakin jauh dari dirinya. Jonas rindu.

Fikar yang melihat sahabatnya uring-uringan lantas menemui Shafiya dengan inisiatifnya ketika jam istirahat tiba.

"Duh, bosnya gak dateng, anak buahnya nongol..." komentar Shafiya dengan kesal kepada Fikar

Cowok itu melambaikan tangan ke udara seolah menyudahi acara sindir-menyindir Shafiya, "Jonas udah kayak orang stres, lo gak kasian?"

Shafiya melipat kedua tangannya, "Gak..."

"Parah..." Fikar menggelengkan kepalanya, "Tapi gue akui sih, itu emang balesan yang pas buat Jonas yang suka gangguin lo..."

Shafiya menaikkan satu alisnya, "Terus?"

"Maafin, gih. Kasian, Shaf. Kakak lo beneran---"

"Sssh!" Shafiya menghentikan ucapan Fikar dengan cepat, "Kar, lo bilangin temen lo ya. Kakak gue itu malahan gak ada rasa sama dia. Ngapain sih pake ngejer kakak gue, gak waras itu anak. Lagian kakak gue gak marah-marah amat sama dia. Tandanya apa coba?"

"Suka?" Tebak Fikar dengan antusias

Gadis di depannya nyaris tertawa, "Bego. Tandanya kakak gue emang gak ada rasa ama dia. Cuma kesel aja karena gak nandain Jonas. Udahan ah, gue maafin deh bosen juga gue liat komen dia dimana-mana. Tapi tetep aja loh, kakak gue gak bakalan ngaruh buat jadi mainannya Jonas..."

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang