Episode: Ayu dan Anjar 5

3.9K 415 14
                                    

"Kamu juga?" Tanya Anjar sekali lagi dengan cepat kemudian mengambil lajur kiri kembali dan menepikan mobilnya begitu saja membuat pengendara lain membunyikan klaksonnya tanpa henti

Ayu menunggu hingga pengemudi lain itu selesai menegur mereka dan kemudian menatap Anjar di hadapannya.

"Kamu juga?" Tanya Anjar sekali lagi dengan tidak percaya, "Aku pikir kamu sudah gak peduli sama aku..."

Ayu memilih menggelengkan kepalanya, "Anak-anak suka cerita soal pacar kamu"

"Mereka juga begitu ke, aku. Bikin aku ngerasa kecil dibandingin laki-laki yang deketin kamu..."

Mereka terdiam lagi pada akhirnya. Ayu memilih menyandarkan tubuhnya menatap pria yang tampak lelah itu. "Ayesha..."

"Ayesha itu segalanya buat aku, Yu. Aku gak pernah merasa terpaksa menerima Ayesha. Aku marah waktu aku tau Arumi bilang begitu tadi, aku minta maaf..."

Ayu menganggukkan kepalanya mengerti

"Ayesha, Ardan sama Arumi itu hidup aku..." Pria itu menghela nafas dengan susah payah

"Aku gak bisa biarin anak aku punya pikiran begitu..."

"Aku juga..." Anjar menganggukkan kepalanya, "Kita..."

Ayu menatap pria itu, dia menghela nafas kemudian mencoba bicara kembali kepada Anjar, "Kamu mau bilang apa?"

Pria itu sama sekali tidak menunda sedetikpun untuk akhirnya mengatakan satu kalimat yang pernah Ayu tunggu di awal perpisahan mereka, "Boleh aku kembali jadi kepala keluarga kita, Yu?"

Ayu terkesiap memegangi telapak tangannya, "Tapi... Kamu... Pertunangan kamu..."

"Kalau kamu jawab aku seperti ini berarti kamu sebenarnya..." Anjar menelan ludahnya karena takut dengan reaksi mantan istrinya ini, "Apa kamu pernah punya keinginan kembali sama aku?"

Ayu yang matanya sudah mulai tergenangi air mata akhirnya menganggukkan kepalanya. Dia tidak bisa berbohong ketika dia memutuskan untuk menghindari Anjar karena sebenarnya, sedikit hatinya masih ingin memiliki pria ini dan selalu saja pikirannya memainkan memori kenangan ketika mereka bersama.

Anjar tersenyum, menghapus air mata Ayu dengan ibu jarinya mengusapnya pelan, "Aku bodoh ya..."

Perempuan itu mengangguk sekali lagi

"Perlu Arumi, Ardan dan Ayesha marah sama kita baru aku bisa bicara sama kamu kayak gini, Yu..." Anjar menganggukkan kepalanya, "Aku mau kembali ke kamu, itu apa boleh?"

"Tapi..."

Anjar mengerti dan menyela ucapan mantan istrinya yang sedang menangis pelan itu, "Yang penting kamu bilang kamu mau, Yu. Keluarga aku, keluarga kita pasti gak masalah..."

...

"Kadan!!!!! Papa sama Mama ribut lagi!!!!"

Aduan mulut kecil Arumi langsung mendapat tatapan tajam dari kedua orang tuanya. Gadis kecil itu menjulurkan lidahnya dengan menggemaskan lalu berlari menghampiri kakaknya yang sudah menuruni tangga dengan membawa gadgetnya

"ANAK KAMU YA!"

"LIAT ITU KAMU KEBANYAKAN MANJAIN ANAK KAMU!!!!"

Ardan menghela nafasnya lalu menggendong Arumi kecil dengan satu tangannya, "Mama sama Papa, pisah ribut. Gak pisah bikin kericuhan..."

Arumi menggigiti jari kecilnya dan Ardan segera menarik tangan adiknya itu lalu menggantinya dengan satu permen kenyal kesukaan Arumi. "Nyam! Nyam! Nyam!"

Anak sulung mereka berjalan melewati Ayu dan Anjar yang masih saja bertengkar dengan argumen mereka. "Papa sama Mama ribut apa lagi sih? Gak malu sama tetangga? Belum setahun rujuk sudah berisik..."

"Ayesha..." Tegur Ayu kemudian kembali melihat Anjar, "Gara-gara kamu!..."

"Hey! Heeey! Kamu yang ajak ribut pagi-pagi..."

"Masalah apa sih, Pa, Ma?" Tanya Ardan yang sudah meletakkan adiknya di kursi makan dan mengambilkan adiknya satu piring berisi nasi goreng dengan telur mata sapi berbentuk matahari

"Urusan orang dewasa" sahut Anjar mengacuhkan ketiga anaknya yang sudah sibuk dengan sarapan masing-masing

"Oh..." Arumi menggigit putih telurnya dengan susah payah, "Kalo orang dewasa, berantemnya berisik ya, Pa? Kayak temen aku di sekolah, habis ribut pasti nangis. Iya, kan Kayes? Mama pasti habis ini nangis? Berarti kalo aku berantem di sekolah besok terus ditanyain bu guru, aku bilangnya urusan orang dewasa aja ya..."

Ayu membelalakan wajahnya mendengar penuturan putri kecilnya yang sedang menyendokkan putih telurnya itu. "Sayang..." panggil Ayu mendekati Arumi dan membelai kepala Arumi

Anjar juga sudah berdiri di samping kursi putri kecilnya, "Hei, anak Papa siapa yang ajarin ngomong begini..." pria itu mengerutkan alisnya, "Jangan berantem di sekolah oke?"

Arumi menatap Papanya dengan tatapan berbinar, "Berarti Rumi boleh berantem di rumah, ya? Kayak Papa sama Mama..."

"No!!!" Pekik Ayu dan Anjar bersamaan

Istrinya menghela nafas, "Sayang, Mama sama Papa gak berantem, oke?"

"Really?" Arumi terlihat kebingungan dan melirik ke dua kakaknya yang sudah melotot kepadanya, "Really?" Tanya anak kecil itu lagi kepada ke dua orang tuanya

Anjar mengangguk dengan mantap, "Ouh Papa sayaaaang sekali sama Mama"

Cup. Pipi Ayu bersemu ketika akhirnya Anjar mendaratkan kecupan kilat itu. "Anjar..." desisnya pelan

"Panggil 'Papa' biar anak-anak gak ikutan..." Tegur Anjar yang kemudian tersenyum kepada istrinya

Ardan mengunyah dengan pelan menatap adiknya yang mengedipkan mata dengan susah payah. Ayesha juga mendapat kedipan itu. Kemudian, kedua kakak Arumi itu saling memberikan jempol secara diam-diam satu sama lain.

...

"Rumi... Good job. Besok kalo Papa sama Mama ribut lagi, Rumi harus ngapain?"

Arumi membulatkan matanya, "Hehe, pura-pura nangis..."

"Pinternya adiknya Kadan..." Ardan mengacak pelan rambut adiknya

"Jangan lupa nangisnya sampe ingusan ya?"

"Sip, Kayes cantik!"

"Wah, kenapa gak dari dulu kita akting begini, kan cepet balikannya..." Ardan melirik dari atas kamarnya melihat Ayu dan juga Anjar sedang merapikan taman kecil mereka

Ayesha mengedikkan bahunya, "Yang penting balikan"

"Kayes, Kadan The Best!" Pekik Arumi lalu tertawa menatap kedua orang tuanya







❤️
Episode Ayu dan Anjar
Selesai

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang