Episode: Archer (3)

2.1K 231 0
                                    

Esa semakin tidak mengerti kenapa dia bertemu kembali dengan Nadya di tempat ini. Bukan hotel, bukan tempat makan, tapi pinggir pantai.

Tadi dia baru saja selesai rapat dengan salah satu pengelola hotel di sekitar sini. Dan menemukan gadis itu sedang menjilati eskrim dengan asiknya tanpa menyadari beberapa pasang mata memandangnya. Esa menggeleng tidak percaya ketika melihat bagaimana Nadya bisa menjilati eskrim itu di tempat keramaian begini.

"Nad..."

Bukannya tersenyum. Nadya malah melompat mundur ketika Esa menyapanya. Dia nyaris saja tertawa tapi kemudian menarik tangan kecil Nadya dan membawanya lebih dekat, "Hampir nabrak orang. Santai kenapa sih? Kayak liat setan aja..."

"Ih, lo tuh udah kayak setan, tau?" Nadya menggelengkan kepalanya. "Siang-siang lo ngapain di sini?"

Esa mengedikkan dagunya ke dalam hotel sederhana yang berada di belakang mereka. "Oh, kumpul-kumpul manajemen. Lo syuting di tempat begini?"

Nadya menganggukkan kepalanya dan sesekali menjulurkan lidahnya untuk menjilat eskrimnya

"Nad, gue ngilu liatnya. Udahan dong..." ucap Esa begitu saja

Gadis itu mengernyitkan keningnya dan memasukan sedikit ujung eskrimnya yang berbentuk lonjong itu. Esa menelan ludah sekali lagi dengan susah payah.

Susah memang untuk menyingkirkan pikiran negatif kepada orang yang sudah terlanjur mendapat predikat perempuan seksi dan panas seperti Nadya begini.

"Lo, kenapa sih? Haus banget, Sa. Gue mau cari minum. Tadi gue nyari gelato dibeliinnya dung-dung. Kan kesel..." Gadis itu melahap habis eskrimnya

Esa kembali melongo di tempatnya. Nadya ini. Untung cantik, termaafkan deh tingkat ke konyolan dan kebodohannya. Apa perempuan ini tidak sadar ya dengan penampilannya yang cantik itu? Mana mungkin ada perempuan yang tidak sadar begitu.

Mereka bersandar di pinggiran railing kayu dan kemudian menatapi segerombolan orang yang sepertinya teman Nadya. Esa kembali membuka pembicaraan dengan perempuan itu

"Kok lo gak bantu-bantu, mereka?"

Nadya menoleh sebentar, kemudian menatap ke arah yabg Esa tunjuk kepadanya. "Mau syuting underwater. Gue gak ikutan, gak bisa berenang. Lagian gue badmood..."

"Gak bisa berenang kok pake bikini mulu dari kemaren..."

Nadya menoleh kepadanya, "Dih. Suka-suka gue. Lagian lo tau darimana gue pake bikini dari kemaren?"

Benar-benar. Esa menunjuk ke pakaian Nadya hari ini. Kimono dengan bahan shifon dan kemudian dibaliknya tercetak jelas bikini renda-renda yang berwarna blue navy.

Gadis itu melirik sekilas. "Yah, biar laku sih, gue. Udah, ah. Gak usah dibahas..."

Esa tertawa dengan pelan. "Hahaha. Bagus kok. Kan gue bilang, coba ke kampus aja kayak gini. Banyak dah yang demen sama lo, Nad. Serius gue gak bohong..."

Cowok itu berusaha tampil meyakinkan. Nadya ini adalah gadis paling susah diajak serius diangkatannya, makanya banyak yang gagal melakukan pendekatan kepada Nadya. Entah apa masalahnya, Esa tidak tahu. Makanya dia tidak berani mencoba dekat dengan Nadya selama masa kuliah dulu.

"Halu, lo. Bisa di keluarin dari kampus. Mending montok lah ya masih bisa gaet dosen tuir buat jadi bekingan. Tapi kering begini, gue. Gak punya aset..."

Merendah sekali. "Coba gue ukur pake tangan gue, Nad. Kayaknya selama pas di tangan gue, gak perlu digedein deh, Nad. Pas kok kalo gue remes..."

"Sarap lu. Mending godain cewek-cewek lain, deh. Gue gak doyan di remes. Gue bukan lalapan, Sa..."

"Hubungannya lalapan sama remesan apaan, sih? Ngada-ngada ae, lo..."

Nadya menepukkan tangannya lalu menatap Esa. Membuat Esa bisa melihat jelas mata Nadya yang menyipit terkena sinar matahari, "Sa, tadi kan lo bilang remes-remes. Nah, di lalapan tuh ada ayam kremes. Kan mirip kan? Kremes sama Remes..."

"Coba gue pegang sini, pantat lo. Krispi gak? Kalo iya, baru deh gue mengakui teori lo yang barusan..."

Nadya sudah mengerucutkan bibir memandangnya. Tidak cocok. Cocoknya Nadya itu membuka sedikit bibirnya agar terlihat semakin seksi.

"Lagian, lo. Aneh, bawa-bawa lalapan..."

Nadya menggelengkan kepalanya. Beberapa gadis berjalan melewati mereka. Nadya menatap dengan intens ke arah segerombolan gadis itu dan Esa mengikuti pandangan Nadya

"Cantik ya, Sa? Mereka. Enak ya jadi cewek cantik, mau selfie sambil jalan gitu tetep cakeup..." Nadya menghela nafas

Esa sudah mengerjap menoleh menatap gadis itu. Kali ini giliran dia menoleh kepada segerombolan cowok-cowok yang menoleh kepada dirinya dan Nadya. Dia tersenyum kepada gerombolan itu, dan mereka mengalihkan pandangannya dari Nadya. Esa menghela nafas mengerti maksud pandangan anak muda tadi

"Gue pengen cantik, Sa..."

Mendengar rajukkan Nadya. Esa mengernyitkan keningnya. "Hah? Apaan, Nad? Sabar ya, Nad. Selfie deh, upload. Nanti gue like ya sama gue capture gue share biar banyak yang like lo. Jangan menyedihkan gini, napa..."

Nadya kembali memanyunkan bibirnya. "Dih, dasar lo. Lo mah tau apa, sih? Emang ya orang cakep mah pola pikirnya beda..."

Esa menganggukkan kepalanya. Tidak mengerti jalan pikiran Nadya. Gadis itu bahkan sudah melewati kata cakep untuk dideskripsikan, masih juga mengharap lebih? Perempuan.

"Ck. Gue mau jalan tapi sendirian mulu, yuklah jalan sekarang, Sa. Gue bosen sendirian..."

Esa mengernyitkan keningnya, "Euh, Nad. Mau gak lo jadi cewek gue?"

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang