11. CINTA ITU PENGORBANAN BUKAN?

10.8K 1.5K 226
                                    

Aku hanya ingin kamu memahami.
Jika pun masih harus berjalan lagi, kakiku akan lebih kuat jika kamu ada disini.
-Boy Chandra : Senja, Hujan dan cerita yang telah usai.

●●○○






"Adik saya benar-benar tidak harus di rawat dok?" Noya gelisah, bagaimana pun keadaan adiknya sekarang sedang tidak baik-baik saja.

"Tidak perlu, kamu tidak usah khawatir. Asalkan kamu melakukan apa yang saya sarankan dan menjauhkan hal yang menjadi pantangannya, maka adikmu akan baik-baik saja..." Noya menghembuskan nafasnya, tetap saja perasaan khawatir tidak akan mudah hilang dari benaknya.

Lagi-lagi Noya menghembuskan nafasnya, dia tau bahwa dokter pasti akan memberikan yang terbaik. "Baiklah dok, kalau begitu berarti adik saya boleh pulang?" Dokter itu tersenyum.

"Tentu saja boleh, dan jangan lupa hal-hal yang ku sebutkan tadi yaa..." Noya membalas senyuman sang dokter lalu mengangguk dan pergi dari ruangan itu.

Hinata sedang duduk manis di ranjang rumah sakit, menunggu sang kakak menjemputnya. "Shoyo, ayo kita pulang.." Noya meraih tangan mungil adiknya kemudian ia genggam.

Sambil membantu Hinata untuk duduk di kursi roda, yaa kursi roda itu akan mengantar Hinata sampai ke depan rumah sakit.

"Nii-san, aku baik-baik saja kan?" Noya mulai mendorong kursi roda itu untuk keluar dari rumah sakit.

"Menurutmu? Kali ini kamu benar-benar harus pindah Shoyo!" Noya kali ini benar-bebar serius, dia tidak ingin ada kejadian buruk lainnya yang menimpa 'everything' nya itu. Yaa Noya menganggap Hinata adalah segalanya.

"Nii-san, beasiswa ku bagaimana? Aku tidak mau menyianyiakannya." Hinata mendongakkan kepalanya agar bisa melihat sang kakak.

Noya menggigit bibirnya sendiri, adiknya ini benar-benar tidak bisa di toleransi. "Baiklah, tapi kamu tidak boleh ke sekolah dulu sebelum nii-san membelikanmu handphone agar bisa tau keadaanmu." Awalnya Hinata cemberut, namun saat mendengar ucapan Noya senyumnya langsung mengembang.

"Nii-san! Aku sudah mempunyai handphone!" Teriak Hinata antusias, kali ini kakaknya tidak akan memiliki alasan lagi untuk dia menahan Hinata ke sekolah.

Noya terkejut, "dari mana kamu mendapatkannya?" Sekarang Noya juga ikut menatap Hinata, sang matahari baginya.

"Aku mendapatkannya dari temanku! Dia baik sekali nii-san!" Senyuman riang yang sangat cerah terpampang jelas di wajah imut milik Hinata. Walau Hinata sering tersenyum, tapi Noya jarang melihatnya tersenyum secerah itu.

"Benarkah? Baiklah Shoyo, lagi-lagi kamu menang." Noya menghembuskan nafasnya kasar sambil terus mendorong kursi roda yang di tempati oleh Hinata.

Setelah sampai di depan rumah sakit, Noya mulai mencari taxi untuk kendaraan mereka ke cafe. Dan setelah berhasil mendapatkan taxi Noya dan Hinata langsung pulang ke tempat berteduh mereka.



□□□□□□□□□□



"Ayo Shoyo!" Noya menarik tangan adiknya setelah selesai mengikat tali sepatunya sendiri.

Hinata mengernyit, "ayo kemana?" Noya membalikkan tubuhnya untuk menghadap sang adik. "Tentu saja ke sekolah! Mulai sekarang, nii-san akan mengantarmu sampai ke sekolah." Noya mengelus surai oranye milik adiknya.

EFFETE (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang