36. THE END OF EVERYTHING

13.8K 1.3K 618
                                    

Ketika kita mencintai, kita harus seperti anak kecil yaitu apa adanya. Cukup sesimple aku sayang dia.
-Radutya Dika : Cinta Brontosaurus.

●●○○

Untuk kesekian kalinya. Kembalilah, Hinata.

.






"Hah? Melihat Noya? Memang apa urusanmu dengannya?" Kenma menatapnya datar, yaa walaupun datar tapi tatapan itu sama seperti tatapan orang yang mau membunuh.

"Ya--yaa, gapapa. Aku hanya ingin melihatnya saja, dan memastikan bahwa dia baik-baik saja." Tatapan Kenma tetap datar, namun kali ini sebelah alisnya naik ke atas.

"Kan yang kau celakai adalah Shouyou, lalu kenapa kau malah khawatir pada Noya?" Mata Oikawa tidak berhenti melihat kesana dan kesini. Dia gugup, entah karna apa.

"Emmm karena sudah ada yang menghawatirkan Hinata?" Senyuman miring mengembang di wajah Kenma begitu saja.

"Lalu kenapa kau selipkan tanda tanya di akhir kalimatmu?" Oikawa menghembuskan napasnya, pipinya sudah bersemu merah entah dari kapan.

"Hah, sudahlah aku mau pulang." Dan Oikawa pun bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju pintu sebelum tangan seseorang menghentikan langkahnya.

Dan ternyata itu Noya, dan Noya yang memegang tangannya, Oikawa salah tingkah. Berada di jarak yang dekat dengan Noya membuat jantungnya berdegup cepat.

Apalagi, wajahnya Noya yang imut dan berkeringat akibat bekerja terus menerus semakin membuat wajahnya terlihat manis, ah bahkan dia lebih menggoda dari pada sebuah dessert.

"Anu Oikawa-san?--" jantung Oikawa semakin berdegup cepat, dia sangat menantikan apa yang akan Noya ucapkan. Tapi menurut penglihatan Oikawa, mungkin Noya peka terhadap dirinya dan akan menanyakan tentang apa yang tadi dirinya dan Kenma bicarakan.

"Eumm maaf tapi anda belum membayar Oikawa-san." Dan terdengar suara retakan dari dalam dada seorang Oikawa Tooru.







Tuhan bila masih ku di beri kesempatan, izinkan aku untuk mencintanya.








"Kapan kau akan mulai kuliah? Aku capek menjawab semua pertanyaan dari fans tidak bergunamu di kampus." Seperti biasa, ucapan Tsukisima memang selalu tidak enak di dengar.

"Kau ini, Kageyama kan masih menunggu malaikatnya kembali." Ucap Tanaka sambil menaik turunkan kedua alisnya. Sedangkan Kageyama hanya bisa menghembuskan napasnya.

"Terserah, oh ya bagaimana keadaan Hinata? Aku belum sempat minta maaf padanya." Mendengar ucapan Tsukisima membuat Kageyama dan Tanaka menoleh bersamaan.

"Kau? Mau minta maaf pada Hinata? Otakmu sehat kan?" Tsukisima menatap Tanaka sinis, sedangkan Tanaka sendiri langsung tertawa terbahak-bahak.

"Setidaknya aku masih punya hati." Yaa, biarkan Tsukisima menegaskan 1 hal, bahwa dia masih memiliki hati.

"Kau tidak menunggu Hinata di rumah sakit Kageyama? Tumben kau hari ini ada di rumah." Mereka memang di rumah Kageyama, setetlah berhari-hari bolak-balik ke rumah Kageyama untuk bertemu dengan sang tuan rumah, baru kali ini Kageyama ada di rumah.

"Nanti sore aku kesana, aku hanya mau mengambil beberapa baju." Tsukisima mengangguk tak peduli sedangkan Tanaka serius mendengarkan.

"Kau tau Kageyama? Kemarin aku bertemu dengan Yamaguchi---"

EFFETE (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang