-EXTRA PART-

12.8K 1.2K 1K
                                    

"Jadi Hinata, kamu mau menikah denganku, kan?" Bukan sebuah jawaban, melainkan hanya sebuah kerutan di dahi yang Hinata tampilkan.

"Menikah? Denganmu? Aku masih kuliah." Kageyama gemas, tangannya pun segera melayang untuk mencubit pipi mulus Hinata hingga pemuda mungil itu merintih.

"Kalau kamu tau kamu masih kuliah, lalu kenapa kamu mau menikah dengan Ushijima waktu itu?" Hinata terperanjat, benar juga. Alasannya klasik sekali.

"Yaa itu karena aku berhutang budi padanya, dia sudah merawatku saat aku sakit." Kageyama menaikkan sebelah alisnya, itu juga alasan klasik yang tentu saja bisa Kageyama tepis dengan mudah.

"Kau lupa? Aku pernah menyelamatkanmu dari tabrakan mobil sampai aku koma!" Hinata terperanjat untuk yang kedua kali, dia baru ingat bahwa Kageyama memang pernah menyelamatkannya.

"Eh iya juga, tapi aku masih mau kuliah. Tunggu setidaknya sampai aku semester 5." Kageyama meletakkan telunjuknya di dagu.

"Kalau kamu sudah semester 5, kamu mau menikah denganku?" Hinata diam, senang memang, tapi juga ragu entah ragu karena apa.

"Lagipula kenapa kamu mau menikah denganku? Atau jangan-jangan kamu mau membuliku lagi ya?" Kageyama menarik senyuman miring.

"Iya, aku mau membulimu di kamar." Dan seketika, seluruh bulu yang ada di tubuh Hinata berdiri bersamaan.

"Membuli di kamar? Agar tidak ada yang tau?" Dan memang harusnya Kageyama ingat, bahwa nyatanya Hinata hanyalah pemuda kecil dengan hati malaikat serta otak yang sangat polos.

"Iya, agar tidak ada yang dengar juga." Senyuman Kageyama semakin lebar, ternyata menggoda Hinata itu enak juga ya--pikirnya.

"Memang kau mau melakukan apa? Kau mau membunuhku ya?" Kageyama menarik napas dalam, yaa setidaknya Hinata menjadi jauh kelihatan imut ketika pikirannya masih bersih seperti sekarang.

"Aku akan..." Kageyama mendekatkan bibirnya ke telinga Hinata, "menghilangkan keperjakaanmu." Dan dari situlah penyesalan Hinata muncul. Hinata menyesal telah bertanya hingga sejauh itu.

Dengan reflek, Hinata langsung merapatkan kedua kakinya agar benda sakral miliknya terjaga. Entah, tapi Kageyama menjadi orang yang jahil sekarang.

Kageyama meletakkan tangannya di atas paha Hinata yang berhasil membuat tubuh Hinata seakan terkena sebuah sengatan. Kageyama mendekatkan tubuhnya ke tubuh Hinata lalu mendekatkan wajahnya juga ke wajah Hinata, membuat Hinata menutup matanya karena takut.

Tak lama suara tawa menghampiri indra pendengaran Hinata. "Kamu mikir apa bodoh? Hinata hentai!" Hinata mengangkat sudut bibirnya.

Kenapa jadi aku yang mesum?

"Dasar Bakageyama! Pergi kau!" Hinata bersidekap dada, lalu membuang wajahnya agar tidak menatap Kageyama.

Cup.

Mata Hinata terbelalak, "yaudah aku pergi, besok aku kuliah dan pulang kuliah aku akan kesini lagi." Wajah Hinata memerah, dan itu membuat Kageyama tersenyum.

"Mukanya biasa aja kali, sampe merah gitu. Baru juga di cium--" namun belum sempat Kageyama menyelesaikan ucapannya bantal sudah melayang ke arahnya.

"Pergi kau! Hentai! Ecchi!" Kageyama kembali tersenyum, mengambil bantal itu kemudian mengembalikannya pada Hinata. Namun sebelum dia pergi, Kageyama mengelus rambut Hinata terlebih dahulu.

"Cepat sembuh,




















Sayang."

EFFETE (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang