14. SUATU SAAT

10.1K 1.5K 617
                                    

Tidak ada yang terenggut. Setiap orang punya keajaiban cintanya sendiri. Kau hanya belum menemukannya.
-London : Angel, Windry Ramadhina.

●●○○











Kageyama bangkit dari posisi sebelumnya, posisi dimana dia terjatuh akibat pukulan telak yang di layangkan oleh Yamaguchi.

Kageyama mengusap sebentar pipi kanannya yang masih terasa sedikit panas, tersenyum meremehkan, kemudian mulai berbicara kata demi kata yang berhasil--bahkan sangat berhasil--membuat hati seseorang hancur se hancur-hancurnya. Musnah semusnah-musnahnya.

"Hinata? Mencintaiku? Hah aku tidak terkejut sih, siapa pun juga bisa mencintaiku, bahkan Kiyoko-san murid tercantik dan terpopuler di sekolah ini saja tertarik padaku." Kageyama mendudukkan tubuhnya di bangku yang ada di belakang sekolah itu.

"Apalagi gembel sepertinya..." Kageyama kembali menghisap rokok yang sedari tadi masih berada di genggamannya. Hinata menunduk, dia sebenarnya belum siap dengan semua ini.

"Aku itu orang yang... em bisa di bilang kaya, dan aku bisa memberikan apapun untuk orang yang bersanding denganku..." Kageyama bangkit dari duduknya, mematikan rokok yang sedari tadi di hisapnya. Dan berjalan mendekati Hinata.

"Tapi jika kau yang menjadi pasanganku, kau bisa memberikan apa hah?" Kageyama bertanya sambil tersenyum miring dan mengangkat sebelah alisnya.

Benar.

Kageyama benar. Bahkan untuk mencintainya saja, aku tidak pantas.

"Lagipula untuk apa kau mempunyai perasaan itu untukku hah? Kau pikir dirimu siapa?" Kageyama sudah berdiri tepat di depan Hinata.

"Kamu tidak mengerti Kageyama, apapun yang namanya jatuh sudah pasti bukan sebuah keinginan. Begitu juga dengan jatuh cinta, itu bukan keinginanku..." Hinata menunduk, matanya mulai terasa panas. Sakit, tentu saja kalian tau itu.

"Hah? Hahahaha aku tidak mengerti apa yang ada di dalam otakmu. Setidaknya, harusnya kau bisa memilih orang yang pantas kau sukai, pengemis misalnya..." Hinata semakin menundukkan kepalanya.

Kageyama benar. Semua yang di katakannya benar.

Kageyama tertawa dengan cukup kencang.

"Yaa..." ucapan Hinata membuat Kageyama seketika berhenti.

Apa? Bukankah harusnya dia mengelak?.

"Yaa... kau benar, seandainya hati itu bisa memilih. Sudah pasti dia tidak akan memilihmu, sayangnya hati tidak sama seperti otak. Otak bisa saja berbohong, tapi hati ini tidak. Walaupun ia bisa berbohong, setidaknya mencintaimu adalah sebuah kebenaran..." oh yeah Yamaguchi merasa sangat bersalah.

Yamaguchi juga tidak mengerti, kenapa bisa-bisanya dia mengatakan hal yang seperti itu langsung pada Kageyama. Dia terlalu terbawa emosi, karena bisa-bisanya Kageyama jahat pada orang sebaik Hinata.

Kageyama kembali tertawa, entahlah tapi yang jelas dia sangat senang hari ini.

"Lalu aku harus membalas perasaanmu gitu? Bisa saja sih, tapi... Kiyoko-san yang jauh lebih baik daripada kau saja aku tidak menjadikannya pasanganku. Apalagi kau, gembel yang gak tau diri!" Kageyama mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Tsukisima, Tanaka, tahan Yamaguchi sekuat tenaga kalian..." Tsukisima dan Tanaka yang sedari tadi hanya diam pun terkejut mendengar perintah dari Kageyama. Namun mereka tetap melakukannya.

"Brengsek! Kalau kau mau berkelahi, lawan aku satu lawan satu loser!" Yamaguchi berontak, dia pikir bahwa Kageyama akan memukulnya untuk membalas perbuatannya yang tadi.

EFFETE (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang