30. TAKUT

9.2K 1.2K 338
                                    

Kamu tau sedamba apa aku padamu, juga tau sedalam apa aku terluka dulu.
-Boy Chandra : Senja, Hujan, dan Cerita yang telah Usai.

●●○○

Nyatanya, hatimu akan tetap memilih orang yang sama.

Seperti layaknya hujan, dia selalu mau kembali meski tau rasa sakitnya terjatuh berkali-kali.

Dan kamu tau? Disaat kamu takut jatuh cinta untuk yang kedua kalinya pada orang yang sama, dan ada orang yang sangat takut bahwa kamu tidak bisa mencintai dia lagi.

Sama-sama menyakitkan bukan?

Maka itu, mengertilah.

.













"HINATAAA!!!" Teriak Kageyama sangat kencang sambil mendudukkan tubuhnya, dimana? Tanyanya dalam hati.

"Kau sudah bangun otouto?" Kageyama menolehkan kepalanya menuju sumber suara, ternyata ada Daichi yang sedang duduk di samping ranjangnya.

"Nii-san kenapa ada disini?" Dan apa? Kageyama baru saja bangun? Atau jangan-jangan semua yang baru saja ia alami hanyalah mimpi? Bertemu dengan Hinata hanyalah sekedar mimpi indah miliknya?

"Ada yang menelponku, katanya mereka menemukanmu tidak sadarkan diri." Kageyama mengerutkan keningnya, memang, saat ia lihat sekeliling tempat ia berada sekarang, ia sudah mengetahui bahwa tempat itu adalah sebuah rumah sakit.

"Tidak sadarkan diri? Dimana?" Dan 1 tempat yang Kageyama harapkan menjadi tempatnya tak sadarkan diri adalah... supermarket.

"Di depan sebuah supermarket." Dan ya, itu bukan mimpi, bertemu kembali dengan Hinata bukanlah sebuah mimpi.

"Kamu harus banyak-banyak istirahat, akibat hal-hal yang kamu suka lakukan, menyakiti diri sendiri membuatmu kekurangan darah." Tentu saja, dengan kebiasaannya yang selalu menyakiti dirinya sendiri dan membuat tubuhnya mengeluarkan banyak darah, sudah pasti Kageyama akan mengalami anemia dan itu membuat daya tahan tubuhnya menjadi lemah.

"Aku bertemu Hinata." Dan kata-kata itu berhasil membuat kedua mata Daichi membola. "Hah? Hi--hinata?" Kageyama menganggukkan kepalanya.

"Ternyata Hinata masih hidup nii-san," Daichi hanya diam saja, tenggelam dalam pikirannya sendiri, Kageyama mengernyitkan dahinya melihat kakaknya itu.

"Nii-san, kenapa nii-san diam saja?" Perkataannya berhasil membuat Daichi tersentak, "ah bu--bukan apa-apa." Namun Kageyama tau, pasti ada sesuatu yang terjadi pada Daichi.

"Atau jangan-jangan, sebenarnya nii-san tau kalau Hinata itu masih hidup?" Untuk yang kedua kalinya, Daichi tersentak mendengar ucapan sang adik.

"Jawab nii-san! Nii-san tau kalau Hinata masih hidup?!"  Daichi masih belum mengeluarkan jawaban, dan itu membuat Kageyama yakin bahwa ucapannya adalah benar.

"Maaf..." dan hanya satu kata yang keluar dari mulut Daichi, Kageyama menundukkan kepalanya, kenapa kakaknya jahat sekali?

"Kenapa? Kenapa nii-san tidak memberitahuku? Nii-san tau sendirikan seberapa tersiksanya aku saat tau kalau Hinata sudah mati, nii-san tau kan..." ucapan itu awalnya begitu penuh emosi, namun pada bagian akhir tersirat banyak sekali luka, kekecewaan, sakit hati.

"Nii-san tau sendirikan, seberapa sering aku mencoba menemukan Hinata, tapi nii-san... nii-san tau, lalu kenapa tidak memberitahuku?" Daichi menggigit bibirnya sendiri, nyatanya dia bukanlah kakak yang baik.

EFFETE (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang