6. AKU TAU

11.5K 1.5K 452
                                    

Kita berdua mungkin punya kesamaan, kita sedang berlari.
Aku berlari menuju sesuatu. Kamu berlari menjauhi sesuatu.
-Ahmad Fuadi : Rantau 1 Muara.

●●○○







"Tadaima..." ucap Hinata lesu saat sudah sampai di cafe, Noya yang mengetahui bahwa adiknya baru saja pulang dengan cepat dia menghampirinya.

"Kau dari mana saja Shoyo?" Tanya Noya, ada nada khawatir di dalamnya.

"Maaf nii-san aku pergi tidak bilang padamu" Hinata tersenyum, Noya mengusap lembut pipi mungil milik adiknya.

"Kamu terlihat pucat, jangan bilang kalau kamu belum makan?" Noya memperhatikan wajah Hinata dengan seksama, agar adiknya tidak berbohong.

Hinata menghembuskan nafas, kalau dia bohong pasti akan ketahuan oleh sang kakak. "Iya nii-san aku lupa hehehe" dengan cengiran yang di paksakan Hinata mencoba agar tidak membuat kakaknya marah.

"Mana ada makan saja lupa! Yasudah, nii-san akan siapkan makan untukmu, kamu tunggu di kamar saja." Hinata mengangguk dan langsung pergi menuju kamar mereka yang ada di dalam cafe itu.

Syukurlah darah di hidung Hinata tidak keluar lagi.

Satu titik air jatuh di tangannya.

Ah, lagi-lagi Hinata menangis.

"Shoyo! Apa yang terjadi padamu!" Hampir saja Noya membanting nampan yang berisi piring serta gelas karna saking terkejutnya melihat sang adik sedang menangis.

Dengan gerakan cepat Hinata mengusap bagian bawah matanya sendiri.

"Aku tidak apa-apa nii-san..." Hinata menampilkan cengiran khasnya, namun jika dia berfikir bahwa bisa mengelabuhi Noya, maka Hinata salah besar.

"Katakan padaku Shoyo, akan kubunuh orang yang telah membuatmu menangis." Noya memeluk tubuh sang adik.

Hinata kembali mengeluarkan air matanya, "nii-san pernah jatuh cinta?" Hinata tidak tau apa yang terjadi, namun untuk saat ini ia ingin sekali tau apa itu cinta.

Noya melepaskan pelukannya kemudian beralih menatap adiknya lekat, "jangan bilang kalau kamu sedang jatuh cinta, siapa gadis itu? Cantikkah?" Mendengar pertanyaan Noya membuat Hinata menjadi murung.

"Katakan padaku Shoyo..." Noya memaksa, namun Hinata tetap saja ragu, takut kalau Noya akan marah padanya.

"Bagaimana... ka-kalau aku..." Hinata tidak sanggup meneruskannya, dia terlalu takut.

"Jangan bilang kamu menyukai laki-laki?" Noya menaikkan sebelah alisnya, oh astaga Noya kira adiknya adalah straight.

Hinata mengangguk lemah sambil menundukkan kepalanya. Noya menepuk pundaknya perlahan, "kalau kamu mengira nii-san akan marah, maka kamu salah karena apapun yang terjadi jika itu membuatmu senang maka nii-san juga akan ikut senang." Hinata tersenyum mendengarnya, namun tak lama kemudian raut wajahnya kembali terlihat sedih.

"Ada apa Shoyo?" Noya bingung, ada apa lagi memangnya? Apa ini masalah orang yang Hinata sukai?.

"Ah tidak apa-apa nii-san" Hinata menyeka air matanya kemudian dia mengambil piring berisi makanan yang tadi kakaknya bawa untuknya.

EFFETE (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang