21

702 104 1
                                    


Hyunbin mendengarkan perkataan gue. Hari ini gue lihat dia udah ketawa-ketawa lagi bareng Haein. Haein juga udah berterimakasih ke gue karena bantuin mereka baikan lagi. Mereka semakin serasi dari hari ke hari.

Dan gue nggak tahu harus seneng atau kecewa menanggapinya.

"Han?" panggil Somi di sebelah gue, kami sedang berjalan ke ruang guru mengantarkan setumpuk buku catatan.

"Woy, gimana Som?"

"Are u okay?"

Gue mengernyit heran, "Memangnya ada apa?"

"Entah," katanya. "Kaya ada yang nggak beres aja."

"Ah, masa?"

"Yep, Seongwoo bikin lo nggak bahagia? Sini biar gue gebukin sampe mampus."

"Nggak lah, malah Seongwoo tuh kelewat baik buat gue."

Ya kali Seongwoo bikin gue nggak bahagia. Yang ada gue ini yang selalu nyakitin dia. Gue nggak bisa bayangin kalo Somi beneran gebukin Seongwoo sampe mampus.

"Pokoknya kalo ada apa-apa lo cerita aja ke gue. Jangan dipendam sendiri."

"Iya Som." jawab gue ragu, apa gue harus terus-terusan bohong ke dia? "Sebenernya ada yang mau gue ceritain ke lo, tapi gue belum siap."

Somi terdiam mengamati gue. "It's okay, gue nggak maksa. Lo boleh cerita sampai lo siap."

Inilah sisi terbaik Somi. Dia nggak pernah maksain sesuatu, nggak pernah maksa gue cerita, nggak pernah maksa pendapatnya didengerin. Duh jadi pengen peluk, tapi gue takut kena bacotannya.

Kami kembali ke kelas bertepatan dengan bel istirahat. Semua anak berhamburan keluar, tak terkecuali Somi yang memilih ke kantin dengan Samuel dan meninggalkan gue. Sialan, baru juga dipuji.

"Woy, siapa ini?! Nggak usah main-main ya," pekik gue kaget saat kedua mata gue ditutup sepasang telapak tangan dari belakang.

Karena nggak bisa melakukan perlawanan dengan mata ditutup seperti ini, gue memutuskan mengayunkan sikut gue ke belakang. Dan tepat sekali mengenai perutnya, orang itu mengaduh kesakitan.

"Ya Tuhan. Kamu nggak papa?" tanya gue khawatir ketika tahu orang yang gue sikut itu Ong Seongwoo.

"Duh sakit, Han." ekspresi wajahnya benar-benar terlihat menderita. Membuat gue semakin merasa bersalah.

"Nggak bisa jalan," Kalau yang ini sih dia terlalu berlebihan. Apalagi ditambah aktingnya yang duduk di lantai kelas. Nggak jadi merasa bersalah deh.

"Itu salah kamu sendiri. Siapa suruh kerjain aku? Sekarang kena sikut kan, emang enak?" Gue mengomelinya dengan posisi berdiri. Sekarang gue bener-bener kelihatan suka nyiksa pacar sendiri. Setidaknya begitulah yang dilihat anak-anak yang lalu lalang di depan kelas kami.

"Bantuin,"

"Berdiri sendiri." tukas gue sebal.

Tiba-tiba Seongwoo bangkit dan langsung meluk gue.

Ini anak kenapa sih? Perasaan tadi abis akting kesakitan, trus sekarang kelihatan bahagia banget. Kayaknya besok harus gue ajak tes kecenderungan bipolar deh.

Gue berusaha melepaskan diri dari dia. "Udah, Ong. Disini banyak orang." Yaiyalah ini kan koridor depan kelas. Kasihan kan kalo jomblo yang lihat, ehehe.

Seongwoo melepaskan pelukannya dengan senyum yang masih merekah. "Kamu lagi bahagia banget ya?"

Dia mengangguk menanggapi gue. Gue ikut tersenyum melihatnya. "Memangnya ada apa? Habis dapet gratisan jajan sebulan di kantin?" gue berpikir sejenak sebelum melanjutkan "atau dapet gebetan baru?"

KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang