46

479 84 15
                                    



Jadi gue telah memutuskan untuk confess ke Hyunbin saat wisudaan nanti. Masih lama sih, sekitar 6 bulan lagi.

Skripsi gue udah selesai dari lama cuman masih males bimbingan lagi, dosennya gak ada di tempat mulu sih. Yang penting nanti gue lulus nggak lewat dari target maksimal 4 tahun.

"Woi Han," panggil Kenta ketika melewati koridor fakultas psikologi.

"Eh elo."

Kenta sekarang nggak letoy kek dulu gengs. Setelah Seongwoo meninggal, dia jadi kalem gitu kek cowok tulen. Bagus deh, kita memang harus lebih dewasa seiring berjalannya waktu.

Satu yang nggak pernah berubah dari dia adalah masih suka nari-nari letoy kalo denger lagu despacito sih. Wkwk.

Gue dan Kenta memutuskan makan ayam geprek di depan kampus. Sambil menunggu Woojin menyusul, kita ngobrol-ngobrol ringan.

"Sebelum sidang skripsi apa nggak sebaiknya kita main ke SMA, Han, sekalian minta restu."

"Boleh juga."

Nggak tahu tradisi dari mana, setiap mau menghadapi ujian akhir biasanya para murid berbondong-bondong pergi ke sekolah lamanya untuk meminta restu dari guru-guru. Padahal belum tentu ngaruh juga sama hasilnya sih. Hehe.

"By the way Han, Hyunbin ada apa sih sama adik tingkat?"

Gue mengerutkan dahi. "Adik tingkat?"

"Kayaknya ada adik tingkat yang suka sama dia, atau dianya yang suka sama adik tingkat? Entah. Gue cuma denger dari temen gue yang fakultas hukum, makannya kurang jelas."

Lah, kabar macam apa ini?

"Oh gitu, Ken."

Kenta tampak heran. "Emangnya lo nggak tahu Han?"

Gue cuma menggeleng.

"Gue kira lo udah tahu lebih banyak, kan kalian deket banget." lanjutnya. Gue hanya bisa tersenyum kecut.

Jauh banget ya kami sekarang?  :")


***


Sambil menunggu Woojin menyelesaikan administrasi, gue melihat-lihat koleksi novel perpustakaan yang makin lama makin sedikit aja gara-gara dipinjem tapi pada nggak ngembaliin. Dasar manusia-manusia tidak bertanggungjawab.

"Halo bapak," sapa gue ke pak Jisung yang lagi nyampulin buku-buku baru.

"Eh, mbak Hani, udah kelar kuliahnya?"

"Belum pak, masih satu semester lagi."

"Maksud bapak kuliahnya hari ini udah selesai belum gitu mbak, bukan wisudanya."

"Iya bapak, udah selesai."

Lucu ya pak Jisung, makannya gue akrab sama dia. Nggak ding, dimana-mana gue selalu akrab sama petugas perpustakaan. Si bapak ini belum terlalu tua loh, paling cuma 5 tahun diatas gue. Makannya gue sering panggil dia Mas Jisung, tapi dia suka sebel kalo dipanggil begitu.

"Mbak, mbak, mas Hyunbin yang sama mbaknya terus kok nggak kelihatan sih sekarang?"

Edyan, dimana-mana gue selalu ditanyain soal Hyunbin. Bosen gue.

"Ga tau, mampus kali pak." jawab gue asal.

Pak Jisung geleng-geleng. "Kayaknya jangan mati dulu deh mbak, soalnya saya disuruh orang nyampein sesuatu ke mas Hyunbin."

"Sesuatu?"

Pak Jisung mencari-cari sesuatu di lacinya dan menemukan selembar surat berwarna pink. Gue langsung menerima surat yang disodorkan itu.

"Dari siapa?"

"Siapa ya namanya, bapak juga lupa. Mahasiswa baru kok mbak, perempuan."

Iya gue tahu perempuan pak. Mana ada cowo ngasih surat beginian buat cowo juga.

"Saya titipin mbak Hani aja ya, mas Hyunbin kan jarang kesini kalo nggak sama mbak."

Gue mengangguk-angguk sambil terus membolak balik surat itu. "Orangnya kaya gimana pak?"

"Tingginya cuma beberapa senti lebih pendek dari mbak Hani, kemana-mana se genk gitu orang lima. Cantik sih tapi judes."

"Oh gitu pak,"

Woojin yang tiba-tiba datang mengambil surat di tangan gue itu. "Apaan Han? Lo dapet surat cinta?"

Gue langsung merebut kembali surat itu dan menggebuki lengan Woojin. Gue meninggalkan dia begitu saja dengan muka bodohnya yang kesakitan.

"Dia kenapa sih pak?"

"Nggak tau mas."





Aish, siapa sih adik tingkat cewe ini?


***

Hyunbinie
Han, gue ke rumah lo bikin skripsi ya,


***
-tbc-
***


Gengs, tabunganku enaknya buat nonton Wannaone apa beli hape baru ya?

Wannaone kalo dilewatin nggak bakal ada lagi tapi hape udah lemot parah nggak tahu sewaktu-waktu bisa K.O.

Huhuhu

KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang