28

593 89 2
                                    



Rasa-rasanya belum pernah gue depresi begini menghadapi sebuah masalah.

Bertengkar dengan Hyunbin dan nggak bicara dengan dia sampai sekarang.

Ong Seongwoo yang selalu menyemangati nggak berada di sisi gue.

Berkenalan dengan Daniel yang ternyata nenjerumuskan gue ke lembah kekelaman.

Dan dibentak-bentak Kak Sewoon yang dari dulu selalu menyayangi dan nggak pernah sekalipun marahin gue.

Masih untung mama sedang menemani papa job di luar kota untuk beberapa hari, jadi beliau berdua tidak tahu apa yang gue lakukan kemarin. Berdoa saja Kak Sewoon tidak mengadukannya.

Gue tahu semua yang menimpa gue ini akibat gue sendiri. Dan sekarang gue ngerasa bodoh banget mikirin kenapa gue hancur dengan mudahnya seperti ini.

Setelah diceramahin Kak Gwanghyun, gue nggak berani keluar kamar 3 hari ini. Gue butuh waktu untuk merenung dan beneran takut ketemu Kak Sewoon kalo keluar kamar.

Gue nggak berangkat sekolah. Kemarin malam gue udah telpon Somi, cerita semua kejadian dengan runtut dan jujur.

"Bener-bener gila lo, Han!"

"Jangan marahin gue dong," ujar gue sambil menjauhkan ponsel dari telinga.

"Gimana gak mau marah!? Kalo gue jadi Kak Sewoon udah gue cincang-cincang lo!" terdengar dia menghembuskan nafas kasar. "Dapet pikiran darimana sih mau-maunya ikut si brengsek Daniel main-main ke tempat begituan?!"

"Gue bener-bener stress Som, gak bisa berpikir jernih."

Gue sudah bersiap-siap menerima bentakan lagi. "Ya lo kan bisa telpon gue, bisa curhat ke gue dan anak-anak yang lain. Gak bakal kami kacangin deh kalo mau bacot di grup."

"Iya Som, maafin gue dong."

"Kalo diulangi lagi gue nggak akan mau temenan sama lo lagi."

Gawat.

"Jangan dong. Kemarin-kemarin Kak Sewoon hampir tidak akan menganggap gue adik. Masa sih sekarang lo nggak mau berteman lagi dengan gue. Jangan-jangan besok gue dicoret dari KK karena tidak dianggap anggota keluarga lagi. Kan ngeri."

"Makannya jangan macem-macem!" nadanya terdengar kesal sekali. "Suara lo kek orang kelaparan, jangan bilang lo belum makan?"

"Emang,"

Tiga hari ini gue bertahan hidup dengan mengandalkan air putih dari dispenser dan beberapa bungkus roti di kamar. Lagian gue nggak ngapa-ngapain selama ini, paling cuman nangis, ngalamun, main hape. Kegiatan itu nggak butuh banyak energi kan?

"Makan sekarang, Han!" duh kuping gue sakit lama-lama "Gue kesana ya?"

"Ngak usah, Som. Gue udah cukup ngerepotin lo. Abis ini gue keluar cari makan kok. Jangan khawatirin gue. Yang penting lo udah ngelakuin yang gue minta kan?"

"Beres semua. Gue sampai mohon-mohon Paman gue yang dokter bikinin surat ijin bohongan buat lo. Perjuangan banget tahu nggak!?"

Somi benar-benar sahabat yang baik, setelah ini gak akan ada yang gue sembunyiin dari dia. Setelah bertemu, gue akan cerita soal rasa gue ke Hyunbin. Walaupun konsekuensinya gue bakal di damprat karena tidak memberitahunya sejak dulu.

"Makasih ya sayangku yang paling baik hati. Serius gue pengen meluk lo sekarang."

"Sori, gue sayangnya sama Samuel, kayaknya lebih enak dipeluk dia juga."

KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang