Gue hampir terjungkal lantaran kaget melihat seorang cowok dengan motor gede nangkring di depan pagar rumah gue.
Sesaat gue kira itu Ong Seongwoo. Tapi kaki Seongwoo gak sepanjang manusia ini. Sampai akhirnya dia melepas helmnya.
"Loh? Kok lo disini?"
Bukannya menjawab gue, cowok itu malah menepuk-nepuk stang motornya. "Keren kan? Nyolong punya kakak sepupu gue nih."
Mungkin ini adalah rutinitas si galah pohon sejak dia boleh naik motor ke sekolah, yakni nebengin gue. Tapi itu semua berubah setelah dia pacaran dengan Haein, dan setelah itu gue juga pacaran dengan Seongwoo. Melihat dia tiba-tiba muncul seperti ini membuat ingatan gue kembali ke masa lalu.
Pagi hari tak pernah terasa seindah ini.
"Jadi lo mau naik bus aja? Yaudah gue pergi nih."
"Eh?"
"Jangan bengong mulu, cepetan naik."
"Lo," gue berhenti sejenak. "Nggak jemput Haein?"
"Oh, ada adik kelas yang ternyata tetanggan sama dia. Jadi dia nebeng adik kelas itu deh biar nggak ribet. Kasihan juga kalo dia telat gara-gara gue suka kesiangan."
Oh, gitu. Kirain lo lebih milih nebengin gue daripada jemput Haein yang rumahnya jauh banget dari sini.
Gue melirik jam di pergelangan tangan. "Sejak kapan lo bisa bangun pagi?"
Ajaib banget loh si Hyunbin siap sekolah pukul 6 kurang begini. Soalnya dia tuh masternya terlambat di sekolah.
"Yah kalo kesiangan ntar lo keburu naik bus. Sekali-sekali gue pengen bikin lo tersentuh gitu jemput pagi-pagi."
"Idih, dasar mental tukang ojek antar jemput."
Gue memakai helm yang disodorkannya, lalu naik ke boncengan. "Cus berangkat,"
Puji Tuhan lah hari ini gue nggak harus desak-desakan naik bus. Hyunbin menancap gas pelan karena daerah sekitar sini masih sepi.
"Masih kepagian. Sarapan bubur ayam bang Aron dulu yuk."
"Emang ada bubur ayam bang Aron?"
"Ada di perempatan situ. Enak banget loh, gue sampe habis dua porsi abis jogging kemarin."
"Oh, itu sih maruk. Btw bang Aronnya ganteng gak?"
"NGGAK! Gantengan juga gue." tukas Hyunbin penuh keyakinan.
Gue menyundul helm nya. "Dulu mas-mas Roti Boy lo bilang jelek, padahal wajahnya ganteng banget mirip Taecyeon 2PM."
"Ngeyel, lihat sendiri aja ntar."
5 menit kemudian kami sampai di warung bubur ayam bang Aron. Dan ternyata bang Aron ganteng banget gengs kaya ada bule-bulenya gitu. Uh dasar Hyunbin tukang typu.
"Kayaknya enak ya kalo berangkat pagi terus begini. Nggak keburu-buru kek lomba lari."
"Makannya bangun pagi bosque."
"Nggak deh. Berangkat pagi bukan gue banget kesannya." ujar Hyunbin sebelum menyeruput teh hangat nya. "Btw gue cuma nebengin berangkatnya ya? Kalo pulangnya gue anterin Haein."
Ya ya ya, nasib.
"Lo udah mulai ngobrol sama kak Sewoon kan?"
Gue memainkan sedotan untuk mengaduk gula yang masih dibawah gelas. "Ya lumayan sih walaupun belum bisa ngobrol santai banget dan ketawa-ketawa kaya biasanya."
"Tapi udah mendingan kan itu. Siapa dulu dong yang nolongin?"
"Iya, iya. Makasih ya."
Berkat Hyunbin yang bantu meluluhkan hati kak Sewoon, gue bisa sedikit lega sekarang. Berkurang lah beban karena kak Sewoon bilang tidak akan mengadukan kelakuan gue pada mama papa asal gue berjanji tidak mengulanginya lagi.
"Sebenernya gue bantuin lo buat nebus kesalahan gue."
Kesalahan apa?
"Asal lo tahu, dari awal gue nggak percaya sama sekali saat Somi bilang lo ijin sakit 3 hari. Pasti ada yang nggak beres. Tapi gue nggak berani tanya langsung karena posisinya lo lagi marah sama gue. Pas lagi di bilik kamar mandi samar-samar gue denger Daniel telponan sama orang. Dia bilang kemarin malam dia bawa cewe yang hampir berhasil dia rusak dan dia nyebut-nyebut Jung Hani. Siapa lagi Jung Hani di sekolah kita selain lo?"
"Emosi gue udah ada di ubun-ubun. Berhubung masih hangover, dia nggak sanggup melawan waktu gue tonjok pelipisnya. Gue hanya ingin memastikan Daniel nggak bakalan sebarin apapun tentang lo ke murid lain yang suka gosip. Dan lo nggak perlu khawatir karena Daniel udah pindah sekolah."
Oh, dasar brengsek. Padahal gue belum sempat menghajar dia sampai babak belur.
Tapi dari penjelasan Hyunbin gue jadi menyadari betapa jahatnya gue marah-marah ga jelas ke Hyunbin padahal dia selalu menghkawatirkan gue.
"Han," Hyunbin meraih tangan gue, bikin gue cepat-cepat menenangkan jantung gue yang jumpalitan gak karuan.
"Maaf, Gue gak sempat mencegah lo melakukan hal bodoh itu. Gue menyesal banget, Han. Sesulit apapun masalah yang lo hadapi, gue siap jadi pundak yang bisa lo gunakan untuk bersandar. Jadi mulai sekarang jangan marah-marahin gue, jangan nyuruh gue menjauh. Tolong biarkan gue menjaga lo semestinya."
Gue menggigit bibir, menahan semua reaksi yang ingin gue tunjukkan.
Gue sadar bahwa Hyunbin bukan sedang merayu gue. Itu hanya janji seorang sahabat untuk menjaga sahabatnya. Tapi kata-kata manis itu membuat gue melambung tinggi seolah tersihir, namun di saat yang sama juga membuat gue semakin sakit jika dihadapkan pada kenyataan yang sempat gue lupakan.
Dan pada akhirnya gue tenggelam dalam kegundahan yang gue sendiri tidak dapat mengerti.
***
Kami baru saja hendak berjalan menuju ke kelas setelah Hyunbin memarkir motornya. Gue melihat di ujung sana Woojin juga baru datang dengan Sohye di boncengannya.
"Kayaknya gosip si Woojin dan Sohye itu beneran ya?"
"Lah, ketinggalan banyak info lo. Salah sendiri gak masuk 3 hari."
"Yah, emangnya mereka udah jadian atau gimana? Kasih tau dong." desak gue.
Hyunbin memasang wajah sok cool nya. "Nggak deh, lo cari tahu aja sendiri, ntar gue dibilang suka gosip kalo bilang-bilang."
"Yeu pelit banget lo monyet."
"Monyet mana bisa naik motor?"
"Apaan sih garing." Gue memalingkan wajah dan melihat seorang cowok dengan motor yang gue kenali baru saja tiba di parkiran.
Tadi malam dan hampir satu bulan lebih gue hampir gila gara-gara kangen sama dia. Tapi entah kenapa kemunculannya sekarang jadi terasa biasa saja. Maksud gue ya gue kangen dengannya tapi tolong jangan muncul sekarang dulu, jangan saat gue sedang dengan Hyunbin seperti sekarang ini.
"Itu Seongwoo bukan? Iya kan?" tanya Hyunbin saat dia melihat apa yang gue lihat juga.
"Iya itu Seongwoo."
"Wah udah dateng tuh pangeran lo. Sono samperin. Gue masuk dulu ya."
Gue menahan diri untuk tidak berkata "yah" dan hanya menggumamkannya dalam hati. Dengan langkah-langkah kecil akhirnya gue mendekati cowok yang baru melepas helm nya. Senyuman khas yang selalu gue sukai entah kenapa tidak tampak di wajahnya saat ini.
"Tadi aku jemput ke rumah loh, Han, niatnya mau surprisein tapi kamunya udah berangkat sama Hyunbin."
***
Maafin aku gaes. Aku retret dari hari Rabu kemarin dan gak boleh bawa hape. Padahal Selasa malam aku udah mau update part ini tapi malah ketiduran. Huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]
FanfictionTentang aku dan kamu yang kayaknya gak bakalan mungkin menjadi kita. start: 15 July 2017 end: 23 April 2018