14

724 122 3
                                    




"Gue lihat mereka..."

Belum selesai gue ngomong, badan gue ditarik ke dalam pelukan hangat seorang Ong Seongwoo. Dia bahkan nggak banyak tanya saat gue tiba-tiba nangis keras selama perjalanan pulang di dalam mobil.

Sekarang kita lagi di pinggir sungai Han, ditemani kelap kelip lampu. Malam ini suasana disini lumayan sepi, bikin gue dengan leluasa nangis.

"Udah Han, udah." ucap Ong sambil tepuk-tepuk pundak gue.

Disaat-saat kaya gini cuma dia yang berani nerjang dinginnya angin malam buat beli minuman hangat untuk gue.

"Han, berhenti nyiksa diri kamu sendiri." gue hanya mengangguk kecil ditengah isakan "karena aku juga nggak bisa baik-baik aja ngelihat kamu kaya gini."

"Merelakan sesuatu emang gak gampang. Tapi aku yakin pada saatnya nanti kamu akan mengalami masa dimana kamu terbiasa tanpa dia."

Ong Seongwoo melonggarkan pelukannya dan membuat gue berhadapan dengan dia walaupun mata sembab gue masih menatap ke tanah.

"Aku sayang sama kamu, Han." gue berhenti terisak dan beralih menatap dia. "Tapi aku sadar kalo memaksa kamu suka padaku itu bukan hal yang benar. Maka dari itu aku akan nunggu sampai kapanpun kamu siap."

Gue sadar, gue emang bego banget mengharapkan cowo yang bahkan hanya menganggap gue sahabat dan malah menyia-nyiakan cowo hebat yang ada di depan gue ini.

Tapi pikiran gue emang lagi kalut banget dan gak tau harus gimana menanggapi dia. Belum selesai gue berpikir, tangan hangat itu kembali menarik bahu gue.

Sekali lagi gue hutang budi sama Ong Seongwoo.


***


"Woy bangsat ! Kertas gue dimana?!" pekikan Sohye itu tidak mendapat jawaban karena murid lain masih sibuk mengerjakan tugasnya secepat cahaya. Sohye masih celingak-celinguk mencari kertasnya, sedetik kemudian kepala Woojin jadi korban jitakannya. "Jangan diambil dulu, belom selesai anjing!"

"Som, penghapus!"

"Dicoret aja!"

"Sam, bagi jawaban nomor 49."

"Belom ketemu."

"Heh, no 37 jawabannya beneran D? Kok gue lebih yakin yang A."

"Bacot! Kalo nyontek nggak usah banyak protes!"

Suasana kelas pagi itu agak lebih heboh dari biasanya. Gimana enggak, hari ini deadline terakhir ngumpulin pr matematika dengan cara sejumlah 50 biji itu. Serasa bikin makalah aja karena menghabiskan berlembar-lembar folio.

Gue sih udah selesai soalnya tadi malem dikirimin jawaban sama Ong Seongwoo yang baik hati. Sekarang kertas gue jadi rebutan anak-anak yang tugasnya belum selesai.

Ditengah keributan itu gue lihat di ambang pintu kelas Hyunbin ngelihatin sekitar masih dengan mata ngantuknya.

"Emang ada PR?" tanyanya polos sambil garuk-garuk kepala.

Kebiasaan.

Dia selalu lupa kalau ada PR dan biasanya gue rela nggak numpuk tugas biar dia gak dihukum sendirian.

Tapi sekarang? Ah, rasanya gue pengen kumpulin kertas gue ke ruang guru sesegera mungkin. Mungkin ini saat yang tepat buat gue untuk mulai berhenti peduli ke Hyunbin.

Lagian selama ini pasti Hyunbin mengartikan bantuan gue semata karena emang gue sahabat yang baik, dia gak bakal berpikir pengorbanan itu karena gue ada rasa.


***


"Jadi tugas karya ilmiah sosiologi untuk nilai akhir semester dikerjakan secara berkelompok lima orang." terang Bu Kahi di depan kelas. "Kelompoknya pilih sendiri atau ditentukan?"

"PILIH SENDIRI!!!"

"Ibu beri waktu 2 menit," Bu Kahi melirik jam kulit di tangan kirinya. "silahkan tentukan sekarang."

"Woy, sama gue!"

"Jin, gabung sini!"

Gue sama Ong saling tukar pandang, tentu saja kami sekelompok. Yoojung yang duduk di depan kami berhenti cellingak-celinguk setelah Ong menjawil bahunya. "Sama gue dan Hani aja,"

Sekarang kelompok kami kurang 2 orang lagi. Yang lain udah pada full, siapa yang belum dapet kelompok?

Dari pojok sana Jang Monbook dan Kim Dongbin menunjukkan gesture bakal jalan ke arah kami. Woy gawat ini!

Fyi aja dua orang itu adalah korban bullyan kelas kami. Monbook itu jorok banget orangnya udah gitu sinisnya luar biasa, bikin orang males deket-deket sama dia. Kalo Dongbin orangnya baperan, dibentak dikit nangis padahal cowo. Tau lah kalo gue orangnya agak galak, pusing gue kalo ntar ngambek-ngambek gak penting.

WOI INI SIAPA YANG BELUM DAPET KELOMPOK SELAIN MEREKA BERDUA?!!!

Kami bertiga sama-sama panik sampai sepasang kekasih berdiri di dekat meja kami. Gue akan sangat bersyukur kalo itu Samuel dan Somi atau Donghyun dan Mina, tapi kenyataannya itu Hyunbin dan Haein.

Yoojung hampir teriak kegirangan sedangkan gue dan Ong Seongwoo bertukar pandang. Ya apa boleh buat.

"Nah, kelompok kita udah pas ya berarti." ujar gue dengan nada nggak yakin. Tapi bersyukurlah karena kalimat gue bikin Monbook dan Dongbin banting stir.


***


Bel selesai istirahat mungkin bakal bunyi 5 menit lagi, tapi semangkuk soto di meja ini masih betah gue aduk-aduk tanpa sedikitpun niat untuk memakannya.

"Kamu beneran nggak papa sekelompok sama dia, Han?"

"Nggak ada yang perlu dikhawatirin kok, Ong. Lagian cuma kerja kelompok." jawab gue lebih kepada diri sendiri.

Beneran nggak ada yang harus dikhawatirin kan? Ada Ong Seongwoo di samping gue.


-tbc-
***

KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang