Gue terbangun dengan badan yang sakit semua, rasa kek tulang mau lepas dari sendi-sendinya. Buka kelopak mata aja berat banget.
Kak Sewoon yang ternyata berada di samping gue langsung kaget karena gue terbangun.
"Dek, kamu sadar dek?" Kak Sewoon ngelihatin gue dengan bahagianya. "Diem dulu, kakak panggil dokter dulu." Dia ngacir keluar meninggalkan gue.
Tangan gue yang di pasang infus menyentuh dahi gue yang diperban, pusing banget. Kaki kanan gue juga dibalut perban tebal dan di dalamnya terasa nyeri banget. Gue cuma bisa berbaring ngelihatin langit-langit sambil mengingat apa yang terjadi sebelum gue bangun di tempat ini.
Malam itu gue ingat sekali berada di mobil setelah dinner dengan Seongwoo, itu saat dimana gue mau mutusin tapi Seongwoo malah ngajak tunangan. Pulangnya dia bertanya sesuatu yang nggak bisa gue jawab. Dan tiba-tiba mobil oleng menghantam pohon.
Itu, cuma itu yang gue ingat. Setelah itu gue nggak tahu gimana ceritanya gue bisa sampai tiduran di ranjang rumah sakit ini.
Kak Sewoon masuk bersama seorang dokter yang langsung memeriksa keadaan gue. Sebelum pergi, dokternya bilang gue jangan banyak gerak dulu karena kaki kanan gue yang di perban ini ternyata retak.
"S-seongwoo," gue berusaha bicara walaupun agak susah. "Seongwoo mana kak?"
"Di-dia dirawat juga disini."
"Keadaannya?"
Kak Sewoon terdiam sebentar. "Lebih parah dari kamu. Sekarang dia di ICU."
Dada gue jadi sesak mendengarnya. Terakhir kali gue ingat Seongwoo melindungi gue dengan tubuhnya saat kaca mobil terpecah. Dia begini parah karena menyelamatkan gue.
"Jangan nangis, Han. Seongwoo udah dapat perawatan yang terbaik. Kamu nggak perlu khawatir."
Gimana nggak khawatir. Sekarang Seongwoo pasti berjuang antara hidup dan mati.
"Anterin aku ke dia," pinta gue dan langsung ditolak Kak Sewoon.
"Kamu baru bangun setelah koma 2 hari, Han. Jangan banyak gerak dulu."
Aish. Bener juga. Pindah posisi tidur aja sakit setengah mati, gimana mau lihat keadaan Seongwoo.
"Lagipula Seongwoo belum bisa dijenguk siapapun. Nanti aja kalau kamu udah baikan kita lihat Seongwoo." Gue cuma bisa cemberut jengkel ke Kak Sewoon.
"Tapi Seongwoo beneran nggak papa kan?"
"Iya,"
Ini emang beneran atau cuma perasaan gue aja kok Kak Sewoon wajahnya agak gusar gitu. Dengan berat hati gue mengiyakan. Tapi tetap saja gue uring-uringan terus.
Seongwoo beneran baik-baik aja kan?
***
"Haniiii,,," rengek Somi di samping gue yang nggak berhenti nangis dari tadi."Udah dong jangan nangis terus, gue nggak papa kok." ujar gue berusaha menenangkan.
Hari ini anak-anak pada datang jengukin gue. Tumben banget semuanya lengkap, cukup buat mengobati rasa rindu gue.
"Kok bisa begini sih?" tanya Woojin polos.
"Ya gimana lagi namanya juga takdir gak ada yang tahu." ujar Samuel yang gue setujui.
"Han, gue nggak percaya waktu dapet kabar kecelakaan lo." isak Somi nggak berhenti-berhenti. "Gue takut kehilangan lo juga,"
"Juga?"
Somi menggeleng-geleng. "Pokoknya walaupun lo nyebelin, susah dibilangin, bikin jengkel, tapi gue sayang banget sama lo."
"Iya, Som duh, basah semua selimut gue. Hehe."
Sohye datang menggenggam tangan gue. "Ini buat pengalaman supaya lebih hati-hati."
Yang lain malah pada rebutan remote TV. Berisik sih, tapi gue seneng. Kedatangan mereka bikin gue lebih semangat. Bikin gue pengen cepet sembuh dan kumpul-kumpul lagi bareng mereka.
"Kayaknya kita harus pamit sekarang, Han." kata Yoojung.
Yah, sedih gue.
"Cepet sembuh ya, Han. Kita semua selalu doain."
"Iya, makasih banyak kalian." Mereka semua nyalamin gue satu per satu.
"Lo nggak pulang, Bin?" tanya Kenta. Gue baru sadar kalau Hyunbin cuma duduk di pojokan dari tadi.
"Gue masih mau disini," ujar Hyunbin pelan.
"Yaudah kita pamit ya,"
Setelah semuanya pulang, kamar rawat gue jadi sepi banget. Cuma ada gue dan Hyunbin yang beringsut mendekati gue, duduk di kursi sebelah gue yang ditempati Somi tadi.
"Han," panggilnya dengan suara parau. Hyunbin mengusap rambut gue dengan wajah sedihnya.
"Kenapa, Bin?" Hyunbin menggeleng-geleng dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Gue nggak kenapa-kenapa, Bin." Hyunbin malah terisak sambil menggenggam erat tangan gue. Gue semakin kebingungan ketika Hyunbin mendaratkan kecupan di dahi gue.
Apa yang terjadi?
***
Kenapa aku malah dapet banyak inspirasi saat ngerjain soal UNBK? wkwk
Jadi aku nulisnya di sticky note temenku, sampai habis punya dia wkwk. Kecil2 tulisannya sampe dikirain aku nulis contekan. Abaikan tulisan yang jelek karena nulisnya ngumpet2 wkwk. Btw itu ku urek2 soalnya buat part selanjutnya wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]
FanfictionTentang aku dan kamu yang kayaknya gak bakalan mungkin menjadi kita. start: 15 July 2017 end: 23 April 2018