62

577 78 13
                                    




Atas beberapa pertimbangan gue disertai rengekan Hyunbin setiap hari. Akhirnya gue memutuskan untuk pindah ke Seoul lagi.

Sudah pasti banyak yang mendukung keputusan gue. Mama papa dan kak Sewoon bahkan selalu menantikan saat-saat gue kembali lagi seperti ini. Tak lupa teman-teman SMA yang menginginkan gue menghadiri kumpul-kumpul lagi setelah 3 tahun tidak muncul.

Walaupun berat rasanya harus meninggalkan Busan yang sebenarnya sudah membuat gue nyaman. Ditambah lagi harus meninggalkan murid-murid yang membuat gue bahagia sepanjang hari.

Daniel pun menghormati keputusan apapun yang gue ambil. Dia hanya berharap gue segera mendapatkan kebahagiaan.

Yang paling berat ditinggalkan adalah Minhyun. Anak itu bahkan menangis-nangis di kost gue selama beberapa hari sebelum gue resmi pergi. Sebenarnya gue kasihan, tapi bawaannya selalu ingin tertawa melihat Minhyun menangis meraung-raung tidak mau ditinggalkan. Meskipun sering jengah dengan keusilannya, gue sangat menyayangi adik sepupu gue itu.

Selesai memberesi semua barang di kost dan berpamitan pada ibu kost dan menuju ke rumah bibi gue untuk berpamitan juga. Disana sudah ada Minhyun dengan wajah ngambeknya.

Gue dan Hyunbin bersaliman dengan bibi dan paman gue, tak lupa gue mengucapkan terimakasih banyak atas jasa mereka menampung gue selama ini.

"Minhyun, jangan ngambek dong."

"Aku nggak ngambek kok."

"Beneran?" tanya gue dengan nada menggodanya. "Yaudah mbak pergi ya."

Gue berbalik hendak masuk ke mobil Hyunbin, tapi baru beberapa langkah berjalan, tangan gue dipegangi.

"Mbak, tetep disini aja. Aku janji nggak bakal nakal deh, nggak bakal minta jajan terus ke mbak, aku bakal jagain mbak."

"Jangan gini Hyun." gue menghapus air mata Minhyun lalu menyenggol Hyunbin yang malah menahan tawa.

Gue jadi teringat dulu waktu pertama kali kesini Minhyun itu cuek banget sama gue sumpah, ngajak ngomong aja kaya nggak pernah. Tapi sekarang saat gue mau pergi dia tangisin sampai kaya begini.

"Minhyun disini yang rajin ya, habis makan cuci piring sendiri, kalo bisa juga cuci baju sendiri, jangan ngerepotin bibi dan paman. Busan dan Seoul itu nggak jauh-jauh banget, nanti mbak bakal sering-sering kesini kok."

Untungnya tangis Minhyun sudah reda, bocah itu menatap Hyunbin. "Mas jagain mbak Hani ya, jangan dibuat nangis lagi. Awas kalo sampe kejadian aku sama Kak Sewoon bakal kolaborasi buat melenyapkan Mas Hyunbin dari dunia ini."

Hyunbin terkekeh. "Ampun deh. Iya Mas Hyunbin janji. Sekarang kita pergi dulu ya."

Gue dan Hyunbin masuk ke mobil sambil terus dadah-dadah ke Minhyun sampai bocah itu hilang dari pandangan. Kalo udah di Seoul nanti gue pasti bakal kangen banget sama dia.



***


Seoul, I'm here!

Kedatangan gue tentu saja disambut heboh mama dan papa apalagi kak Sewoon. Gue juga mengabari kawan-kawan yang langsung mengatur jadwal kumpul-kumpul.

Sebenarnya kak Sewoon kaget saat melihat gue kembali ke rumah bersama Hyunbin. Gue sudah menjelaskan bahwa Hyunbin tidak akan menyakiti gue lagi, baru kak Sewoon percaya.

Tapi gue masih terlalu malas membereskan barang bawaan yang menumpuk. Malam ini Hyunbin berjanji akan membawa gue menikmati suasana malam di kota Seoul.

KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang