18

765 126 11
                                    


Sore ini gue memutuskan untuk belajar ekonomi akuntansi daripada ikut jumat gaul bareng squad gue.

Tapi aktivitas itu harus ditunda dulu ketika perut yang lapar tidak bisa lagi menahan untuk diisi. Jam makan malam masih agak lama, setidaknya sebuah apel bisa lah mengganjal sedikit.

Pandangan gue menumbuk pada sosok tinggi yang berjongkok memeriksa isi kulkas. Walaupun tidak melihat wajahnya, gue yakin manusia itu yang biasanya membuat jantung gue terpompa lebih cepat.

Gue memundurkan diri beberapa langkah tapi kemudian berpikir ulang. Ini kan rumah gue, buat apa gue menghindar?

Alih-alih pergi, gue malah melipat tangan di depan dada sambil melemparkan pandangan kurang bersahabat. Padahal aslinya udah pengen senyum-senyum dari tadi.

"Ngapain kesini?!"

Dia menoleh ke arah gue dengan muka bengongnya. Hanya sebentar, lalu berkutat lagi dengan isi kulkas. Hhhngggg dasar galah. Untung say-

Enggak ding. Nggak boleh bilang gitu.

"Udah ketemu, Bin?" tanya kak Sewoon yang baru saja datang ke dapur.

Dia ikut berjongkok di samping Hyunbin, tangannya mencomot sebungkus oreo dan sebungkus good time dari dalam kulkas. "Ngambil kaya gini dari tadi aja nggak bener. Jangan lupa bawa coca cola sama gelas." lanjut Kak Sewoon lalu pergi begitu saja.

"Kalian tanding PS?" tanya gue memastikan. Dia nggak mungkin kesini karena gue kan?

Hyunbin mengangguk-angguk pelan. "Bakalan sampai malem banget, makannya gue tidur disini."


Shit!

Bocah itu pergi begitu saja setelah menemukan dua buah gelas plastik. Detik berikutnya tinggalah gue sendirian di dapur dengan tangan memegangi kepala.

Oh, no. Gue nggak mau kesulitan tidur malam ini.

Dan benar saja. Gue sudah mulai kehilangan fokus. Buktinya sekarang gue kembali ke kamar tanpa membawa sebuah apel yang menjadi tujuan utama gue tadi.

Bahkan gue rela melewatkan makan malam bersama. Bukan karena apa-apa sih, hanya saja seperti memperjelas bahwa gue nggak bisa memiliki dia walaupun hubungannya dengan keluarga gue hangat sekali. Selain itu gue nggak mau mendapat resiko tersedak terus kalau makan sambil ngelihatin dia.

Walaupun begitu, nggak bisa dipungkiri gue tetep aja penasaran dengan apa yang dia lakukan sekarang.

Entah sudah yang keberapa kalinya gue naik turun kamar gue ke dapur cuma buat ngelihatin mereka berdua di ruang tengah, lebih tepatnya ngelihatin Hyunbin. Persetan dengan Neraca Saldo, Laporan Laba Rugi, Jurnal Umum, Jurnal khusus, dan kawan-kawannya.

Walaupun gue sama sekali nggak mudeng caranya main PS. Gue cukup tahu kak Sewoon sedang frustasi, mengeluarkan umpatan membabi buta karena karakter berotot besar miliknya berhasil dibanting oleh karakter pembawa pedang milik Hyunbin.

"Woyy curang lo, Bin!"

"Apanya yang curang? Kakak yang nggak pinter main!"

"Rasain pembalasan gue nih, nih, nih!!!"

"Kak bentar jari gue pegel anjir!"

"Wuuuuuuu"

"Hiyaaaaaa!!!!"

Dan permainan berakhir dengan kemenangan Hyunbin.

Alih-alih meneriaki kekalahannya, kak Sewoon malah menggiring gue ke lembah kekelaman. "Han, ngapain kamu?"

KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang