48

477 84 10
                                    




Setelah berjalan agak jauh dari lima cewek tadi gue mencubiti pinggang Hyunbin. Galah itu langsung loncat-loncat kesakitan.

"Kenapa sih lo nangkis tangannya tuh cewek gatel? Padahal kan gue juga pengen action."

"Masih di lingkungan kampus. Lo mau ditunda wisuda gegara urusan sama cewe cewe ga jelas gitu?" Gue menggeleng. Ogah banget lah.

"Kalo diluar kampus mah gue supporterin lo." Anjir si Hyunbin.

"Tapi itu emang bikin emosi banget sih Bin, udah gemes tangan gue pengen jambakin." gue membayangkan rambut tu cewek-cewek bakal rontok di tangan gue.

"Lo aja sebel, apalagi gue yang tiap hari ditempelin." ujar Hyunbin nelangsa. "Makannya lo bantuin gue bikin skripsi biar cepet lulus."

Gue cuma mengangguk-angguk, perkara gampang sih itu. "Tapi kenapa lo harus bilang gue pacar lo?"

"Biar nggak berani deket-deket lagi. Mau kan bantuin gue?"

Gue memutar bola mata pura-pura mikir. "Bantuin gak ya?"

"Ah, Han. Ayolah, Han."

Seneng banget gue kalo ngelihat dia merajuk gitu. Lucuk.

"Yayaya. Jadi pacar pura-pura gue ya?" pintanya lagi.

Gue cuma bisa mengiyakan, kapan sih gue nolak permintaan dia?

Tapi Bin, cuma pura-pura ya?

Nggak bisa beneran aja gitu :")



***



Sejak saat itu orang-orang mengira gue dan Hyunbin pacaran beneran. Yang tahu itu bohongan cuma Woojin dan Kenta aja, ratusan diantaranya yang suka gosip-gosip pada ketipu.

Lumayan lah, rencana dia ini bikin kami bisa deket lagi. Ya nggak yang nempel banget kek dulu sih, tapi mendingan. Dalam seminggu paling nggak 3 kali ketemu ada lah. Ya di koridor fakultas gue, di taman, di hotspot area, di kantin kampus. Ngapain? pamer kemesraan?

Nggak.

Kita bikin skripsi bor. Lebih tepatnya gue bikinin skripsi dia.

Kasihan sih otaknya udah kek buntu gitu. Apalagi dosen pembimbingnya killer banget. Udah ngeprint puluhan lembar dicorat-coret sana-sini seenak jidat suruh revisi. Hasil karya gue tauk, sedih gue jadinya. Untungnya dosen pembimbing gue berhati malaikat banget, jadi skripsi gue kelar sesuai target.

Itulah lika-liku kehidupan kuliah yang bikin gue pengen balik lagi aja ke masa SMA. Walaupun di masa itu rada-rada patah waktu jodohin Hyunbin sama Haein, tapi masa itu juga membuat gue bersyukur pernah memiliki Seongwoo dan teman-teman yang awet banget sampai sekarang.

Nggak kerasa aja udah mau wisudaan. Habis ini udah harus mandiri cari uang sendiri.

"Ngapain kamu belum tidur jam segini?"

Tahu-tahu Kak Sewoon ada di sebelah gue. Gue dari tadi di balkon kamar melihati langit sambil mikirin banyak hal, sampai nggak sadar Kak Sewoon masuk ke kamar gue yang emang nggak pernah gue kunci.

Gue langsung meluk Kak Sewoon, anget gitu karena udaranya lagi dingin. Ini nih enaknya punya kakak cowo.

Kak Sewoon mengelus puncak kepala gue. "Kamu udah mau wisuda ya? Kok cepet tua sih?"

Gue langsung mendorong dia karena sebal. Yaiyalah, setua-tuanya gue masih tuaan dia keles. Udah tua belum punya cewe lagi. Hhhh.

Kak Sewoon senyum senyum terus meluk gue lagi. Gue pasrah aja, nyaman sih hehe.

"Kok Kakak nggak rela ya kamu tambah gede?"

"Yagimana? Aku balik SMA aja gitu?"

"Bagusan balik SD sih, masi imut-imut kalo dinasehatin nggak bantah."

"Yayaya, emang nakal aku sekarang."

Kak Sewoon mencubiti pipi gue. "Udah nggak pantes kamu kiyowo-kiyowo lagi, habis ini cari kerja, jadi orang sukses biar bisa ngebahagiain mama papa."

"Iya-iya, duh sakit." Gue mukulin dada kak Sewoon karena dia cubit pipi gue terlalu keras.

"Udah malem, tidur gih." Kak Sewoon hendak melangkah pergi, tapi gue menahan tangannya. "Apa?"

Sebenernya udah dari dulu gue pengen bilang ke kak Sewoon tentang Hyunbin, tapi nggak jadi-jadi karena gue takut bakal diketawain.

Gue sudah membayangkan wajah songongnya yang berkata "Kamu suka sama Hyunbin? Hahaha kakak mau ketawa dulu."

Kan sialan.

Untungnya Kak Sewoon lagi baik mode on. Jadi setelah gue menceritakan semuanya, dia nggak meledek gue seperti yang gue bayangkan.

"Udah bisa nebak dari lama sih, tapi kamunya nggak ngomong yaudah kakak diem aja."

Elah, kenapa gue gampang banget ditebak.

"Salah nggak sih kalau aku ngungkapin duluan?"

Kak Sewoon meremas bahu gue. "Han, confess bukan perbuatan dosa. Cewe ngungkapin duluan itu sah-sah aja. Siapa tahu kalian malah bisa bersatu setelah itu?"

Kak Sewoon ketularan optimisnya Woojin kali yak.

"Ya tapi aku nggak siap konsekuensinya, nanti kalau dia menjau-"

Kak Sewoon memotong ucapan gue. "Sekalipun menjauh, Hyunbin pasti berfikir apa yang membuat kamu punya perasaan sedalam itu ke dia. Percaya sama kakak, Hyunbin bukan player, dia pasti tahu perasaanmu itu bukan main-main."

"Nyatakan dan dapatkan jawaban. Setelah itu kamu tahu harus melakukan apa."

Ya, gue percaya Kak Sewoon.



***


Hyunbinie
Han, kayaknya gue jadi pelatihan model di Paris abis kuliah selesai.



***
-tbc-
***

Kehidupan kuliah di ff ini aku dapet dari pengalaman kakak-kakakku yang udah lulus kuliah ya. Aku baru mau menghadapinya yorobun.

Pagi yorobun, aku masi libur hehe. Yang UN atau UTS hari ini semangat yaaa.

KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang