"Hai, Han,"
"Eh?"
Hampir saja gue terjungkal ke belakang kalo rumah gue nggak ada pagarnya. Abisnya nggak nyangka banget Haein kesini, tanpa ngechat dulu.
"Sori bikin kaget, lo mau ke kampus kan?"
"Iya,"
"Titip ini buat Hyunbin, ya." ujarnya sambil menyodorkan dua buah paper bag yang mengeluarkan bau harum masakan dari dalamnya, yang satunya lagi sepertinya berisi sebuah kado (?).
"Hyunbin nggak ulang tahun hari ini, kan?"
Haein tersenyum, "Bukan ulang tahun, Han. Ini bulan ke-11 kami jadian."
"Ah, gitu ya." Gue mengambil alih paper bag itu. "Oke deh nanti gue kasih ke dia."
"Thanks ya, Han. Sebenernya gue pengen banget ngerayain ini berdua sama Hyunbin, tapi hari ini jadwal kuliah gue penuh. Lagipula, Hyunbin nggak jawab chat gue sejak kemarin."
Ternyata Hyunbin masih ngambek mode on saudara-saudara, tapi kayaknya Haein nggak sadar.
"Mungkin dia disuruh dosennya hafalin UUD kali, jadi gak ada waktu buat chattingan."
Duh, maafin gue ya Haein, gak bisa jujur, padahal tadi malem gue chat sama dia sampe bangun kesiangan gini.
"Gue khawatir, Han." Haein menggigit bibir.
"Udah nggak usah dipikirin, dia baik-baik aja kok." ujar gue menepuk pundaknya, berusaha menyalurkan semangat.
"Titip Hyunbin ya, Han. Maaf udah ngerepotin lo, gue pergi dulu ya."
"Iya, hati-hati."
Beberapa detik kemudian Haein sudah hilang dari pandangan bersama taksi yang membawanya. Dan gue menyumpahi Woojin yang gak mau jemput gue karena gue kesiangan.
***
Sudah hampir 30 menit gue berdiri kaya orang bego di koridor gedung fakultas hukum sambil bawa 2 buah paper bag. Banyak yang lewat dan ngelihatin gue seolah gue salah kostum gitu, padahal gue mah normal-normal aja. Kan hak gue ya mau berdiri dimana di kampus ini, gue juga bayar uang semesteran keles.
Woy ini Hyunbin apa gak bisa cepetan dikit sih? Hhhh bikin sebel.
"Hai, Hani ya?" sapa seseorang yang gue kenali bernama Noh Taehyun, teman sekelas Hyunbin.
"Eh, iya."
"Lo nyari Hyunbin?" Gue mengangguk, Taehyun menatap paper bag di tangan gue. "Kalian tuh beneran pacaran ya?"
Mata gue langsung membulat lebar. "Nggak woy, ngaco."
"Udah Han, gak usah menampik kenyataan. Cocok kok kalian," goda Noh Taehyun dengan muka yang kepingin ditonjok.
Ish.
Baru saja mau membalas ucapannya, Hyunbin datang dengan nafas ngos-ngosan.
"Nah ini dia," Taehyun menepuk pundak Hyunbin. "Lain kali jangan bikin pacar lo nunggu lama, kasihan dia disini kaya orang ilang."
Sayang sekali Taehyun sudah melangkah jauh sebelum sempat gue gampar. Enak aja ngatain gue orang ilang. Semuanya gara-gara galah pohon nih.
"Woy, lo datengnya kurang lama galah-"
"Ngomongin di kantin aja." potongnya cepat lalu menggandeng tangan gue sembari berjalan menuju kantin.
Sekilas gue dengar bisikan mbak-mbak yang duduk di bangku itu ke temannya, yang dari tadi ngelihatin gue. "Tuh, udah pegang-pegangan, udah pacaran berarti. Si cewenya ngebet banget yak nyamperin cowoknya duluan."
Bisik-bisiknya kurang keras mbak! Dasar mulut kalo ngomong nggak di filter dulu. Sebel juga gue. Ternyata ada orang yang lebih butuh digampar daripada Noh Taehyun.
***
Kami duduk di bangku kantin yang nggak begitu sepi. Gue segera menyodorkan dua paper bag yang gue bawa-bawa dari tadi.
"Apaan?" tanya Hyunbin membuka isi nya.
"Sebelum berangkat Haein ke rumah gue titip ini buat lo. Ini peringatan 11 bulan hubungan kalian ya?"
Hyunbin mengeluarkan isinya yang ternyata kotak makan. Yang satunya lagi sebuah kado yang dibungkus cantik. Hyunbin hanya menatap semuanya datar seperti tidak berminat.
"Gue mau pesen bakso, lo sekalian nggak?"
"Hyunbin, makan aja yang dikasi Haein." ujar gue tegas. Karena kalo enggak, makanan itu pasti nggak akan disentuh.
Meskipun dengan menggerutu, Hyunbin membuka kotak makan yang ternyata berisi nasi goreng istimewa itu. Sesaat kemudian dia mulai melahapnya.
"Kadonya dibuka gih,"
"Lo aja."
Gue membuka bungkusan itu hati-hati. Ternyata isinya sebuah jam beker mini disertai surat dengan qoute romantis.
"Ya ampun, niat banget." kata gue heran. "Gue tanggal jadian aja suka lupa, ini sampe diucapin tiap bulan. So sweet amat Haein."
"Biasa aja," sahut Hyunbin tidak peduli. "Dia yang suka begituan, gue nggak minta."
"Ya lo harusnya bersyukur dong punya pacar perhatian." bentak gue. "Gimana nasi gorengnya?"
Hyunbin merapihkan kembali kotak makanan yang sudah habis isinya itu. "Enak nggak enak, namanya juga orang laper."
Gila, nyakitin banget jawabannya. Untung Haein gak ada disini. Kasihan kalo iya.
"Masa lo sama sekali nggak tersentuh dengan apa yang dia lakuin? Dia udah siapin makanan yang dimasak sendiri dan kado jam beker biar lo nggak telat bangun."
Hyunbin cuma ngelihatin gue ngomong sambil sesekali kedip-kedip.
"Kalo udah nggak ada rasa tuh gak bisa dipaksain, Han."
Ya gue tahu. "Setidaknya bales chat dia, kasihan lo kacangin tanpa dia tahu sebabnya."
Hyunbin menghela nafas berat. "Ntaran deh, lo juga cepetan bikin rencana biar gue cepetan putus."
"Emangnya kalo udah lo mau kasi gue apaan?" tantang gue.
"Apa ya? Album BTS mau?"
"Woy sumpahan?!" histeris gue.
Hyunbin tersenyum belagu. Bener-bener berhasil dia bikin gue tergoda. Heuheu.
"Makannya cepetan di proses."
"Siap."
***
MyOng
Hani?
Maafin baru bales Han.
Kemarin ada latihan tambahan
dan aku nggak sempat buka ponsel.
Maaf ya han, weekend ini dinner yuk?Gue menatap sendu chat itu. Bingung mau menjawab apa.
Nampaknya sekarang gue tahu, gue bukan orang yang bisa LDR. Gue nggak bisa jauh-jauh dari orang yang gue sayang. Itu bikin pikiran gue berkecamuk.
Bahkan sekarang gue membayangkan kalau saja ternyata Seongwoo kehilangan kesetiaannya. Ya gue tahu betul Seongwoo bukan tipe cowok brengsek kaya gitu, tapi kehidupan ini siapa sih yang tahu?
Dan gue disini hanya berharap semoga gue dijauhkan dari pemikiran kaya gini lagi.
***
-tbc-
***Gaes,
kenapa di dunia ini harus ada matematika?
Sedih gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPAN PEKA? +Kwon Hyunbin [√]
Fiksi PenggemarTentang aku dan kamu yang kayaknya gak bakalan mungkin menjadi kita. start: 15 July 2017 end: 23 April 2018