Chapter 14: rencana

9.6K 397 6
                                    

Gerald pov

Gue gak percaya kalau Ine itu ternyata adeknya Enzo dan Frankie. Pantas mereka deket banget. Ternyata perkiraan gue kalau mereka ada hubungan spesial itu ternyata benar.

Ine sangat terlihat tegas dan menakutkan dan apa? The queen of bully? Gue kaget dengan apa yang dibilang Grace, pantas dia kalau dibully biasa aja malahan orang-orang yang khawatir sama dia. Ine memang sangat cantik kalau sedang tegas tapi sayang sekali gue gak boleh suka sama Ine karena gue takut dia akan senasib seperti Audrey. Gue harus tutup rasa suka gue ini kalau memang gue sayang sama Ine.

Laila salah memilih musuh dan Laila sudah membangunkan iblis yang sedang tidur. Gue gak tau bagaimana nasib Laila nanti.

"Ne please jangan putusin kerja sama keluarga lo dan keluarga gue," ucap Laila sambil memohon dan berlutut di depan Ine.

"Bila tolong kamu singkirkan dia dari hadapan saya!" ucap Ine tegas.

"Baik nona muda," ucap orang percayaan Ine yang bernama Bila.

"Diwan, Neck tolong," ucap Bila.

2 bodyguard yang berada dibelakang Bila langsung berjalan dan menyeret Laila pergi. Laila memberontak, tapi tetap kekuatan bodyguard itu sangat kuat untuk menyeretnya sedangkan teman-teman Laila diam mematung, pucat, panik, takut, heboh dan menangis karena melihat Laila yang diseret.

Termasuk gue.

~~~

Author pov

"Bila tolong kamu urus kepindahan saya ke New york," ucap Ine dengan tegas.

"Kapan nona akan pindah?" Tanya Bila.

"Minggu depan," jawab Ine.

"Lho kok pindah si Ne?! Gue capek-capek nyamperin lo kesini dan lo mau pindah?!" Omel Grace dengan wajah kesal.

"Tau dek nanti kalo kamu disana kakak disini sama siapa?" Ucap Enzo lebay.

"Jangan ya dek please." Ine menatap pada Frankie yang memasang muka memelas dan memohon.

"Gak bisa, lo gak boleh pergi. Alasan apa lo mau ke New york?" Tanya Iren yang datang dari belakang Ine.

"Gue harus selesaikan masalah gue disana," ucap Ine dengan senyum manis.

"Gak!!" Ucap Olive berteriak dari belakang.

"Et dah lo berisik banget kuping gue pengang!" Ucap Harvey.

"Bodo, Stef urusin nih cowo lo!" Ucap Olive pada pada Harvey dan beralih pada Stefi.

"Idih!" Ucap Stefi memasang muka jijik.

"Pindahnya minggu depan kok," ucap Ine sambil tersenyum manis.

"Tapi gue gak mau," ucap Edween.

"Eh? Emang kenapa ya kak?" Tanya Ine karena bingung dengan ucapan Edween.

"Gak papa gue gak mau aja,"

"Ini kak Edween atau kak Edwaan?"

Edween terkekeh mendengar peranyaan Ine. "Edween"

"Maaf kak gue belum terbiasa," ucap Ine dengan senyum yang tak berdosanya.

"Iya santai aja," ucap Edween pada Ine sambil mengacak-ngacak puncak kepala Ine membuat Ine mematung ditempat.

Dipinggir lapangan Gerald melihat mereka dengan tangan dikepal, mata melotot, dan rahangnya mengeras.

"Ne, hello" panggil Edween sambil melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Ine karena Ine tidak menjawab panggilan dari Edween sejak tadi.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang