Chapter 40: Kakak

3.7K 171 1
                                    

Setelah hitungan ketiga berlalu, motor Edween dan motor saingannya berlaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Sedangkan Ine hanya bisa meremas pahanya karena merasa takut dengan kecepatan.

"Peluk aja gue kalau lo takut!" Uca Edween dengan suara agak kencangkan agar Ine bisa mendengarnya.

Ine hampir memeluk Edween, tetapi ia tau diri bahwa dia bukan siapa-siapa Edween. Oleh karena itu, Edween lebih mempercepat laju motornya dan dengan keterpaksaan, Ine reflek memeluk perut Edween membuat Edween tersenyum.

Karena hanyut akan Ine, Edween baru sadar jika motor saingannya telah melewati motornya. Edween bedecak kesal. Bagaimana bisa ia kalah saat sedang ada Ine bersamanya? Ini tidak boleh terjadi!

Edween kembali mempercepat motornya. Sedangkan Ine hanya bisa meremas perut Edween karena semakin takut.

Hingga saat dekat dengan garis finish, Edween tidak bisa menang. Edween memukul motornya dan memberhentikan motornya, tapi yang ia herankan adalah, kenapa Ine masih setia memeluknya? Bahkan dengan erat.

"Hey, kita sudah sampai," ucap Edween, tetapi tetap saja Ine tak melepaskan pelukannya.

Bugh...

Satu pukulan mendarat di wajah tampan Edween, hingga Ine baru sadar bila ia sudah sampai dan juga Edween yang tersungkur di jalanan karena pukulan seseorang yang tadi menjadi lawan balap Edween.

Merasa badannya melayang, Ine tersentak dengan perlakuan laki-laki dihadapannya, tetapi nyamanlah yang ia rasakan saat ada dipelukan laki-laki ini.

Saat Ine ingin memukul laki-laki dihadapannya ini, tangan Ine ditahan oleh laki-laki ini, lalu ia berkata.

"Shuut...ini gue." Suara ini, suara ini lah yang sangat Ine rindukan akhir-akhir ini. Ine pun melingkarkan tangannya dileher laki-laki itu.

Jujur Ine masih merasa takut dengan balapan tadi, tetapi bukanlah seorang Ine jika tidak berusaha untuk kuat dan melawan rasa takutnya.

Kaki Ine meyentuh jalanan. Ine langsung menegakkan tubuhnya, saat itulah laki-laki itu membuka helm yang menutup wajah tampannya. Senyumman yang sangat manis tercetak indah dibibir mungil Ine.

"Kangen," ucap laki-laki itu.

Senyum Ine kembali luntur. "Lo kemana saat gue butuh?"

"Sorry, gue disuruh keluar kota waktu itu dan handphone gue disita," ucapnya dengan nada menyesal.

"Kok lo tau gue disini?" Tanya Ine.

"Abang lo yang ngasih tau gue dan abang lo yang cerita semuanya tentang lo saat gue gak ada. Gue sangat merasa gak berguna sebagai sahabat lo. Terserah lo mau bilang gue brengsek atau apapun asalkan gue dapat maaf dari lo," ucapnya dengan tatapan bersalah. Bukannya memaki laki-laki didepannya, Ine malah memeluknya dengan sangat erat. Terdengar suara riuh teriakan dari orang-orang yag menonton mereka berpelukan.

Hingga suara dua motor terdengar dari samping mereka. Ine dan laki-laki itu melepas pelukan mereka, lalu menatap motor yang sekarang ada dihadapan mereka.

"Kak Enzo sama bang Ranki kok disini?" Tanya Ine penasaran.

"Malahan dia yang bikin rencana buat ngikutin lo," ucap laki-laki itu.

'Tumben gak pake aku-kamu,' batin Ine heran.

"Makasih ya Nev, udah bisa datang," ucap Enzo sambil memberi jempolnya pada laki-laki itu.

Nevan, Nevan lah yang datang dan yang sedang berdiri disamping Ine. Edween? Edween, hanya bisa melongo melihat kejadian dihadapannya.

"Apa? Mau marah? Gue tau kalau lo bejat. Maka dari itu gue ngikutin adek gue. Hanya abang bodoh yang ngizinin adiknya keluar malam sama cowok yang sangat brengsek kayak lo! Gue juga tau kalau lo yang ngirim foto itu," ucap Frankie dengan nada meninggi membuat keadaan hening seketika.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang