Chapter 36: Try to move on (1)

4.6K 193 4
                                    

Happy reading guys!

~~~

"Move on itu bukan melupakan, tapi mengikhlaskan!"

~Kirene Widya

~~~

Dengan derasnya air mata mengalir. Ine berjalan memasuki rumahnya dengan tubuh bergetar. Ine beruntungan sedang tidak ada orang diruang tamu. Ine berlari menaiki tangga menuju kamarnya, lalu mengunci kamarnya.

Ine menangis sejadi-jadinya dikamar. Ine bergumam tak jelas pada boneka besar yang ia peluk. Jujur hati Ine memang sangat sakit sekarang dan ia butuh sebuah pelukan dari orang yang akan menenaginya.

Karena terlalu banyak menangis, Ine pun mulai memasuki alam mimpinya. dan masih dengan posisi memeluk boneka beruang coklatnya.

Tak terasa sudah jam sebelas malam, tetapi Ine tetap belum bangun dari alam mimpinya. Mungkin mimpinya begitu indah hingga ia tak ingin bangun dari alam mimpinya.

Banyak orang yang mengetuk pintu kamarnya, tetapi Ine tetap tak mendengarnya. Ine terlihat sangat berantakan sekarang. Ine tetap ingin tidur dan tak ingin dibanguni. Rasa katuknya melebihi apapun.

Ine pun terbangun dari alam mimpinya dan memegang kepalanya karena merasa pusing. Ine mencoba memijat keningnya perlahan-lahan. Setelah terasa lumayang baik, Ine langsung mengambil ponselnya dan membuka kunci pada ponselnya.

Banyak notifikasi masuk kedalam ponselnya. Tetapi hanya satu nama yang ia cari, kekasinya. Lebih tepatnya mantan kekasihnya. Harapan hanyalah harapan, tidak ada satu pun notifikasi yang masuk dari Gerald untuk Ine. Bahkan kata maafpun tak ada.

Hati Ine kembali sakit. Apa yang Ine pikirkan itu benar? Bahwa Gerald memang tidak menyukainya, tetapi Gerald menyukai Olive. Maka dari itu Gerald menyukai Ine demi mendekati Olive. Ine memang telah berfikir negative tentang Gerald dan Olive karena hatinya terlalu sakit.

Tok..tok...tok

Pintu Ine kembali diketuk oleh seseorang dari luar. Jujur Ine tak mau membukakan pintu untuk orang itu, jangankan buka pintu, untuk berbicara saja ia tidak mau. Tetapi mata Ine membulat saat mendengar ucapan kakaknya dari luar.

"Ine! Ada Gerald tuh dari jam delapan nunggguin kamu! Dia nungguin kamu diluar! Dia gak mau masuk!" Ucap Frankie membuat Ine langsung berlari ke balkon kamarnya.

Saat Ine membuka pintu balkonnya, Ine dapat melihat ribuan air yang turun dari langit dan tak berhenti-henti. Ine tersadar dengan ucapan kakaknya tadi, hingga ia memutuskan arah pandangan matanya ke bawah dan terpampanglah seorang laki-laki memakai kaos putih polos yang sedang berdiri sambil menatap ke arah balkonnya.

Ine hanya diam melihatnya, Ine tak berkutat sama sekali dan tak bertindak. Dapat dilihat tubuh Gerald yang menggigil karena kedinginan. Hingga Gerald jatuh dengan posisi berlutut, tetapi pandangan Gerald tak lepas pada Ine.

"Bodoh!" Ucap Ine, lalu berlari menuruni tangga rumahnya dan kearah depan pintu dan membuka pintu rumahnya. Dan ia dapat melihat Gerald yung tersenyum kepadanya dengan posisi yang masih berlutut.

Baju yang Gerald kenakan, sudah sangat basah hingga menembus pada badan kekarnya. Gerald memang menggunakan kaos yang sangat tipis, dan celana jeans panjang.

Ine berfikir, jika Gerald menungunya dari jam delapan, maka Gerald telah menunggu Ine selama tiga jam.

"Kak! Bantuin Gerald dong!" Ucap Ine menarik Enzo.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang