Chapter 44: pergi tanpa bilang

5.5K 194 0
                                    

Pagi ini Ine dan kedua saudaranya sudah berangkat menuju sekolahnya dengan pakaian yang rapih. Ine menggandeng kedua tangan kakaknya sambil menunjukkan senyum termanisnya.

"Last day with you, my sister!" Gumam Enzo sambil menatap Ine dengan tatapan sedih.

"Apa kak?" Tanya Ine yang mendengar kakaknya mengucapkan kata yang tak jelas.

"Gak kok!" Ucap Enzo sambil tersenyum dan menggeleng kepalanya.

"Oh kirain aku, kakak ngomong sama aku!" Ucap Ine.

"Dek, jangan pernah lupain kakak tak kalau disana," ucap Enzo sambil menundukkan kepalanya.

Ine yang mengerti jalan pembicaraan pun langsung menjawabnya. "Hah? Kak? Mabok ya? Ngelupain apa sih? Emang aku mau kemana? Aku cuma ngelanjuttin study disana dan itu gak lama kok!" Ucap Ine sambil menatap kakaknya dengan kebingungan.

Memangnya Ine mau kemana? Ia hanya pergi selama dua tahun saja dan jika di pikir-pikir itu bukan waktu yang lama untuknya.

"Apa kakak gila?" Enzo menatap adiknya yang sedang tersenyum.

"Dua tahun Ne! Dua tahun! Kamu pikir itu sebentar? Itu waktu yang sangat lama!" Ucap Enzo sambil menatap adiknya marah.

"Hey, kalian ini apa-apaan sih? Berantem aja!" Ucap Frankie yang baru datang sambil menatap marah kedua adiknya.

"Nih bang! Masa dia kira aku bakal pergi lama? Cuma dua tahun doang bang! Itu gak lama kok!" Ucap Ine mengadu pada Frankie dengan wajah memerah karena emosinya yang sedang meningkat.

Dalam lubuk hati yang dalam, Ine tidak mau pisah dengan kedua kakaknya dan ia memang berfikir jika dua tahun itu memang lama, tetapi demi kakaknya ia harus mengatakan kalau dua tahun itu waktu yang tidak lama agar kakaknya tidak terpuruk karena tidak ada dirinya.

"Enzo benar, Ne! Dua tahun itu bukan waktu yang sebentar, sayang. Dua tahun waktu yang lama," ucap Frankie sambil mengelus rambut Ine dengan sayang.

"Terserah kalian berdua deh!" Ucap Ine yang masih terlihat marah.

"Ine!" Teriak Olive dari kejauhan.

"Huaaa...kata bang Frankie lo mau keluar negeri yak?" Tanya Olive dengan wajah cemasnya.

"Iya, bentar doang kok sampai gue lulus SMA," ucap Ine dengan wajah datarnya.

"Yah! Gue ikut lo yak?" Ucap Olive dengan wajah memelas.

"No, no, no!" Ucap Ine sambil menggoyangkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan.

"Please! Gue gak ada temen disini," ucap Olive sambil menatap Ine dengan wajah sedihnya.

"Ada kok! Ada Abang gue, Stefi, Iren, Grace, dan yang lainnya." Ine tersenyum pada Olive.

"Mereka udah gak terima gue lagi," ucap Olive.

Emosi Ine memuncak sekarang, maksudnya 'sudah tak terima' apa? Yang ingin ia lakukan sekarang adalah bertemu dengan ketiga temannya itu dan menanyakan semua alasan mereka.

"Gue permisi!" Ucap Ine, lalu berlari meninggalkan Enzo, Frankie dan Olive.

Ine berlari mencari keberadaan sehatnya. Sudah banyak sekali murid-murid yang ia tanyakan tentang keberadaan sahabatnya, tetapi mereka tidak ada yang tahu dimana keberadaan sahabatnya itu.

Kaki Ine membawa dirinya menuju kelasnya sendiri. Ine memasuki kelasnya dengan langkah yang lebar dan mengarah kepada tiga perempuan yang sedang tertawa bersama.

"Hei! Maksud kalian apa?" Tanya Ine sambil berkacak pinggang.

"Hah? Lo kenapa deh?" Tanya Grace sambil menatap Ine bingung.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang