Chapter 32: Pertemuan

5.3K 207 0
                                    

Sepulang sekolah Ine menunggu Gerald diparkiran. Ine celingak-celinguk mencari Gerald. 20 menit lamanya Ine menunggu Gerald yang tak kunjung datang, hingga Ine merasa jenuh sekarang dan memutuskan untuk melangkahkan kakinya meninggalkan halaman sekolah.

Saat Ine sudah didepan gerbang sekolah, ada seseorang yang menarik tangannya, hingga dirinya tertarik kembali menghadap kebelakang. Ine menatap pria dihadapannya dengan tatapan kesal dan marah, tetapi pandangannya teralih pada sudut bibir pria itu yang sedikit mengeluarkan darah. Ine terkejut dan tanpa sadarkan diri, ia memegang luka sobek pria itu bahkan ia telah menekannya.

Pria itu meringis merasa sakit di sudut bibirnya, lalu dengan cepat pria itu menepis tangan Ine. Ine tersadar dari perilakunya dan kembali menatap pria itu dengan tatapan tajam. Ine mulai berkacak pinggang sekarang.

"Dari mana aja? Sama perempuan? Lupa ada janji? Lupa sama pacar? Ini luka kenapa? Abis ribut sama siapa? Kenapa bisa berantem?" Tanya Ine bertubi-tubi dengan satu tarikan nafas dan tatapan cemberutnya.

Gerald menghembuskan nafas kasar, lalu menatap kekasihnya yang sangat amat persis dengan seorang ibu-ibu. Gerald tertawa geli saat melihat wajah cemberut Ine yang sedang mengintrogasinya.

"Abis ribut sama abang lo! Gue inget kok sama pacar gue yang bawel ini!" Gerald mencubit kedua pipi Ine gemas.

Ine membulatkan matanya saat mendengar kata abangnya. Gerlad bertengkar dengan abangnya?

"Bang Rankinya mana? Bang Ranki gak pa-pa kan? Pasti ini tuh semua gara-gara lo!" Ine bertambah kesal sekarang.

"Gak kok! Abang lo duluan tuh! Biarin aja dia! Sekarang lo obatin gue dulu," Ine menatap Gerald yang bersikap manja padanya. Ine bergedik ngeri saat mendengarkan suara manja Gerald.

"ABANG GUE MAANAAAAAA...?!!" Teriak Ine didepan muka Gerald.

"Kok lo lebih mentingin abang lo sih? Seharusnya itu gue yang lo pentingin!" Ucap Gerald membuat emosi Ine memuncak seketika.

"Lo pikir deh pake otak lo! Gue emang lebih mentingin abang gue lah! Dia yang selalu ada buat gue sejak gue kecil! Bodoh!" Ine tak kuasa menahan emosinya. Ine memilih mengeluarkan emosinya dari pada harus ia pendam.

"Tapi lo tetap harus obatin gue!" Kekeh Gerald dengan smirknya.

Gerald egois? Memang, tapi ia tak peduli.

Ine harus mengobatinya! Harus! Ia tidak mau kekasihnya mengobati orang lain dari pada dirinya dan ia tidak mau kekasihnya mementingkan orang lain dari pada dirinya.

"Egois!" Ine pergi meninggalkan Gerald dan sempat memberi satu pukulan tepat dirahang Gerald. Ine memutuskan berlari untuk mencari abangnya.

Ine berlari ketaman belakang, keperpustakan, berlari memasuki beberapa kelas, dan parkiran, tetapi hasilnya nihil! Abangnya tak ada dimana-mana hingga Ine berlari kelapangan dan tempat yang lainnya.

Setelah berlari mengelilingi sekolah, Ine menemukan abangnya yang sedang tertidur pulas di uks. Ine menghela nafas lega saat mengetahui abangnya sedang tidur dengan tenang. Dengan tidur yang telentang dan tangan kanannya ia jadikan bantalan kepalanya, hal itu menambah kegantengan Frankie dimata Ine.

Ine mendekati abangnya, lalu duduk di pinggir tempat tidur. Ine memandang Frankie dengan senyumman, tetapi Ine memudarkan senyumnya saat tak ada luka satu pun diwajah sang abang.

'Apa dia beneran berantem?' Ine membatin, lalu Ine memegang wajah sang abang.

Frankie terkesiap saat merasa ada yang memegang wajahnya. Frankie membuka matanya, lalu memandang adiknya yang sedang menatapnya.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang