Chapter 41: Help!

4.8K 208 0
                                    

"Permen karet, manis diawal pahit diakhir. Jadi cinta itu bisa buat lo tersenyum atau sedih, diakhir"

~Nevano Christian

~~~

Suara alunan musik terdengar keras dikamar Ine. Ia menari mengikuti irama dari lagu rock, dangdut, solo, dan lain-lain. Tak ada hentinya gadis ini menari. Sendirian dirumah membuatnya merasa bebas. Walau ada pembantu, tetapi pembantu dirumahnya tidak ada yang berani melarang dirinya untuk menguasai rumah.

Menunggu kedua saudara laki-lakinya pulang, ia membuat rumah seperti tidak layak, bahkan ia juga menyetel lagu diruang tamunya, membuat semua pembantu dirumahnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

LINE

Lorenzo Salfador: Kakak sama bang Ranki pulangnya agak sore, soalnya mau ngumpul

Kirene Widya: Siap bos! Jangan lupa bawa ice-cream

Setelah selesai mengirim pesan kepada kakaknya, Ine kembali melanjutkan aksinya yang sempat tertunda tadi. Ia mulai memegang sapu, lalu memakainya bagaikan mic dan mulai bernyanyi lagu yang sedang ia putar, lagu rock.

Hingga suara bell pintu ruamhnya berbunyi. Ine menyuruh salah satu pembantunya untuk membuka pintu. Pembantunya langsung masuk kedapur saat tamunya telah melangkahkan kakinya kedalam rumah Ine.

"Hai!" Musik pun berhenti saat suara itu keluar.

Dengan perasaan gugup, Ine berbalik dan mencoba menatap laki-laki didepannya.

"Ng-ngapain lo ke-kesini?" Tanya Ine ketakutan. Dengan langkah kecil Ine berjalan mundur.

"Ketemu kamu sayang," ucapnya membuat Ine bergedik ngeri.

Ine berlari menaiki tangga, lalu memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ingin menghubungi kakaknya, tetapi ponselnya tertinggal dimeja ruang tamu. Ia merutuki kebodohannya.

Tidak lama kemudian terdengarlah suara ketukan pintu dan disertai suara lelaki itu.

"Buka dong," pinta laki-laki itu lembut.

Gugup dan takutlah yang sedang ia rasakan. Ingin rasanya ia meneriaki pembantunya untuk menyuruh menghubungi kedua kakaknya, tetapi ia tidak bisa. Ia merasa mulutnya susah untuk digeraki bahkan untuk membuka saja susah.

Tubuh mungil Ine bergetar hebat. Rasa takutnya benar-benar menghantui dirinya. Bagaimana Edween bisa datang kerumahnya?

"Pe-pe-pergi!" Ine susah berkata.

Ia ingin sekali keluar dan menghajar Edween sekarang, tetapi ia tidak bodoh. Ia tahu Edween adalah orang yang sangat licik melebih manusia yang ada dihidupnya.

"Aku hanya ingin mencicip dirimu saja," ucap Edween dengan lembut yang malash membuat Ine ingin membunuh dirinya sendiri saat ini juga.

Tubuh Ine bergetar lebih kuat saat pintu dipukul beberapa kali oleh Edween dengan kencang. Takut sangat takut.

"Bukalah! Aku akan berusaha supaya tidak kasar nanti." Ine menangis, menangis bagaikan orang gila. Ia bisa mati jika seperti ini. Ine sedang membayangkan jika kakaknya datang untuk menolongnya, tetapi itu hanya pikirannya saja.

Pintu mulai digedor kencang oleh Edween bahkan sempat ditendang beberapa kali.

"PERGI! PLEASE! HELP! PERGI! ARRGH! PERGI!" Teriakan Ine semakin menggema.

Beberapa pembantu sudah mencoba menghubungi majikannya, tetapi tidak ada yang mengangkat panggilan tersebut.

Braak!

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang