"Enak banget sih kayaknya yang punya pacar bisa ke kantin berduaan, trus ntar cowoknya deh yang bayar." Alya berkata sambil memperhatikan sekitar.
"Kadang yang kita lihat gak sebagus kenyataan." Ujar Kayla menyahuti.
Alya yang merupakan anak pindahan selama dia sekolah disini baru Kayla seorang temannya, mungkin memang hanya Kayla saja yang mau berteman dengan Alya.
"Kay, lo pengen gak sih punya pacar kayak mereka?"
"Ya pengen juga, tapi gak kayak lo banget yang sampai pakai daftar kriteria." Balas Kayla yang kebetulan tau tentang kriteria pacar Alya.
"Yah kan gue pengen dapat yang ba-
"GILA KAK RAMA UDAH BALIK!!!" Teriak Kayla yang bikin semua perhatian jadi ke mereka. Alya merasa malu tapi juga bingung 'siapa Rama?'.
"Maaf-maaf lanjutkan." Kata kayla sambil duduk lagi menahan malu.
"Kak Rama siapa Kay?" Tanya Alya penasaran dengan orang yang membuat Kayla berteriak girang karena katanya sudah kembali.
"Kakak kelas yang ikut pertukaran pelajar ke Ausie." Sahut Kayla yang masih sibuk sendiri dengan hpnya.
"Ooh, trus lo kok gitu banget sih. Lo pacarnya?"
"Nggaklah. Karena dia ganteng,jelas lah gue seneng bisa cuci mata lagi." Seketika Alya menatap Kayla dengan banyak pertanyaan.
"Dia ganteng? Dia pintar juga? Dia tinggi gak Kay? Dia anak basket atau bisa basket? Holkay?" Tiba-tiba Alya bertanya.
Kayla menatap Alya ngeri, gadis di depannya ini sudah seperti menginterogasinya yang habis maling mangga. "Yaya, tingginya sekitaran 178-180 lah, dia udah jarang gabung ke club basket sekolah tapi dulu iya, gue gatau kaya atau enggak, lo pikir aja sendiri. Lagian lo ngapa sih cari cari yang kaya? Mak bapak lo aja udah kaya, gak kekurangan kan hidup lo?!" Jawab Kayla sengit. Karena setaunya Alya juga merupakan orang yang berkecukupan, jadi untuk apa pacar kaya raya?
"Ya ya gitulah ya." Alya juga bingung mau jawab apa, dia sendiri tidak tau mengapa bisa berfikir begitu. Mungkin baginya yang kaya itu ganteng kali ya.
~~~
"Dek, cepat turun! Udah waktunya makan malam!" Gavin abangnya Alya berteriak sambil menggedor pintu kamar adiknya.
"Dek lo tidur ya? Bangun cepat gue lapar!" Teriaknya sekali lagi. Alya yang mendengar ribut-ribut dan pintu kamarnya digedor brutal mulai membuka mata dan keluar.
"Astagfirullah, sakit jidat gue lo ketok gitu." Kaget Alya jidatnya diketok sang abang, dikira pintu kali ya.
"Sorry-sorry, cepat turun Mama Papa udah nungguin dari tadi!" Kakaknya berkata sambil jalan duluan ke meja makan. Alya mengekor saja seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
"Dek, besok kamu diantar Abang ya,Mama Papa masih gabisa ngantar." Ucap mama.
"Lah Abang kan gak bilang mau ngantar Ma." Gavin protes tidak ingin menjadi supir.
"Apa salahnya sih nak kamu antar adik sendiri sekolah." Kini giliran papa yang berbicara si Gavin langsung nurut aja.
"Terserah aja Ma." Alya pasrah saja malas berdebat.
Toh dia juga masih belum boleh bawa kendaraan sendiri karena belum 17th tapi baru mau 17th.otw.
~~~
Setelah makan malam, Alya kembali ke kamarnya dengan alasan mau belajar, padahal mah hoax aja. Dia mengambil ponselnya di nakas dan duduk di meja belajar.
Line
Kayla Ananta: PAlya Putri: Apa?
Kayla Ananta: Besok lo bawa mobil?
Alya Putri: Gak,mana boleh oon 'belum 17th' jadi gue diantar paling sama Gavin.
Kayla Ananta: Hah?! Siapa tu? Udah dapet aja lo ya.
Alya Putri: Itu abang gue ogeb.
Kayla Ananta: Lah,abang lo,kirain...
Alya Putri: Y
Percakapan unfaedah
Setelah mengakhiri chat line nya,Alya kembali berbaring dikasur dan tidur. Dasar karung beras taunya makan tidur aja.
Sekian~~~~~
Hahah,ada lanjutannya ni. Selagi idenya ada walaupun gatau akhirnya gimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
XXL
Teen Fiction[REVISI ON GOING] Revisi: Davin=Kevin CERITA MASIH LENGKAP. Satu, gue benci sama lo! Dua, gue sangat-sangat benci sama lo! Dan tiga, gue benci karena cinta sama lo! "Gue benci sama lo kenapa gue harus ngerasain semua ini?! Gue benci sama lo kenapa l...