28

10.8K 495 35
                                    

Setelah kejadian di taman belakang yang berakhir dengan Alya meninggalkan Rama sendiri. Rama terdiam untuk beberapa saat. Lalu berjalan kearah kantin membeli satu kotak susu coklat dingin dan langsung menuju koridor kelas 11. Berhenti di depan pintu kelas yang bertanda 11 IPA3 lalu menghela nafas sesaat dan mulai melangkahkan kaki masuk kedalam kelas.

Dilihatnya Alya yang sedang menunduk diantara dua lipatan tangannya. Rama hanya diam, hanya bisa diam mengingat dia salah. Diletakkannya kotak susu dengan pelan diatas meja. Lalu tangannya bergerak ingin mengelus kepala Alya, namun dengan cepat ditariknya lalu melangkah pergi kembali ke kelas sebelum akhirnya bel berbunyi.

***
Alya menegakkan badannya mendengar bel pertanda masuk. Tampak ada susu kotak yang masih dingin diujung mejanya. Dilihatnya sekitar kearah teman sekelasnya. Lalu salah seorang bersuara.

"Tadi Kak Rama yang nganter"

Matanya yang sudah memerah menahan tangis menjadi semakin panas, tapi dengan cepat dia menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia benci, benci menjadi lemah terlebih lagi disaksikan banyak orang disekitarnya.

Tak lama kemudian Kayla masuk ke dalam kelas dengan terburu-buru. "Gue kira telat tadi"

"Lo kemana tadi? Kok lari, sorry gue gak ikut ngejar soalnya Rama udah ngejar lo duluan jadi gue kira kalian ada masalah atau apa gitu" tambahnya.

"Iya gak apa apa, gue baik baik aja nih"

"Baik baik aja apaan mata lo merah gitu, gue juga punya mata yang bisa melihat"

Alya mengehela napas, dia tau Kayla tidak bisa dibohongi. "Masalah kemarin yang kita lihat"

"Udahlah santai aja, gak mungkin Kak Rama bakal kayak gitu kalau gak ada alasan"

Alya ingin membalas namun guru jam berikutnya sudah masuk jadi dia lebih memilih bungkam.

***

Bel pulang sudah berbunyi 2 menit yang lalu, Alya masih membereskan semua buku bukunya. Tak lama kemudian Rama masuk bersama Davin dan Galang.

"Pulang sama aku?" tanya Rama lembut seolah tidak ada yang terjadi. Alya hanya menggeleng, masih sibuk dengan buku dan tasnya.

"Kenapa? Karena yang tadi? Udah ya jangan terlarut dalam pertengkaran yang tadi. Aku minta maaf oke?"

"Bukan, bang Gavin mau jemput" balas Alya tanpa melihat Rama.

"Bang Gavin gak bisa jemput kamu, jangan bohong"

Alya mendecak kesal, apalagi alasan yang harus dia beri. Diliriknya Kayla yang hanya diam melihatnya. "Aku pulang bareng Kayla, dia mau nginap dirumah mumpung weekend"

Rama melirik Kayla yang seolah mengetahui situasi langsung mengangguk mengiyakan.

"Kok kamu gak bilang?" tanya Rama.

"Gak semua yang aku lakukan harus aku kasih tau ke kamu"

"Tapi-

"Kak please biarin aku sendiri dulu, oke? Jangan buat seolah semuanya baik baik aja" Alya memelas, seolah memohon.

"Oke, maafin aku"

Lagi, kata kata itu selalu terdengar. Tangis Alya benar benar akan pecah sebelum akhirnya Kayla menarik tangannya cepat, meninggalkan Rama dan Davin Galang yang dari tadi hanya bisa menyaksikan.

"Gue udah peringatkan bro" ujar Galang sepeninggal Alya.

"Masalahnya apa? Gue sama Elina cuma berteman gak lebih"

"Teman setelah mantan terdengar kurang logis dikalangan kita" tambah Davin.

"Terserah lo mau bilang apa" Rama memilih pergi, terserah mereka ingin ikut atau tidak.

***

Berjalan kearah dimana mobilnya terparkir lalu mengendarainya kearah rumah. Rumahnya yang tidak pernah terungkap hingga saat ini.

Setelah memarkirkan mobilnya, Rama bergegas turun. Masuk kedalam dengan perasaan hampa.

"Rama pulang" tidak ada sahutan. Seperti itulah hari harinya. Rumah besar dengan interior mewah ini adalah miliknya, benar benar miliknya. Rumah ayahnya yang sudah berpindah tangan menjadi hak nya setelah dianggap cukup umur. Lalu dimana ayahnya? Ada. Masih hidup? Iya.

Ayah Rama kini bersama dengan istri dan anak-anaknya. Bukan Rama dan bukan ibunya. Lalu ibunya? Ada. Dimana dia? Dirumah ini.

Rama melangkahkan kakinya menuju kamar, lalu meletakkan tas sesuai dengan posisinya dan mulai membersihkan diri dikamar mandi.
Setelahnya dia akan kekamar ibunya yang terletak diujung dekat balkon rumah ini.

"Bun..." panggil Rama pelan sembari melangkahkan kaki masuk kedalam kamar.

"Udah pulang nak?" tanya sang bunda sambil berjalan ketempat anaknya berada.

"Udah, bunda udah makan?" tanya Rama yang dibalas anggukan.

Liana Dewi, wanita berumur 48 tahun yang memiliki seorang anak laki laki yaitu Rama.

Rama melihat keadaan bundanya yang jauh dari kata baik. Sesaat kemudian sang bunda memeluk Rama erat. Dia mengelus kepala anaknya yang kini jauh lebih tinggi darinya. Lalu mengusap pipi anaknya pelan, memberi kecupan di kening Rama dan menghapus air mata anaknya. Itulah yang mereka lakukan di setahun terakhir. Tak lama lagi bundanya akan mengatakan sesuatu.

"Rama mau adik perempuan ya nak? Tapi bunda gak bisa ngasih lagi"

"Rama gak mau apa-apa bun, Rama cuma mau bunda sehat itu aja"

Disinilah Rama akan melupakan segala masalah, beban dan hal hal buruk yang mengganggunya karena masih ada hal terberat yang harus dia tanggung.

Bunda bukan masalahnya tapi situasi yang membuat bundanya salah. Tidak ada lagi dukungan dari ayahnya membuat bunda semakin kacau. Dan akhirnya anak semata wayang ini membenci sang ayah. Membenci karena merasa dikhianati.

Tidak ada yang tau masalah keluarga Rama. Karena setiap teman temannya kerumah, ibunya selalu dikamar. Tidak ingin terbuka ataupun membuka diri.

****

Nyambung atau nggak sih? Aku juga bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyambung atau nggak sih? Aku juga bingung. Tau kan kenapa selama ini orang tua Rama gak terlihat.

Nah untuk memperpanjang cerita jadilah aku masukin, awalnya niat nggak jadi masukin scene itu. Tapi thanks to readers yang protes tamat cepat.

Maaf typo, aku gak cek ulang. Diketik selama pelajaran fisika sampai istirahat pertama. Sok pintar kan gue.

XXLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang