Untuk apa membuat suatu hubungan jika tidak ada rasa percaya?
***

Jumat ini adalah hari terakhir mereka di sekolah sebelum senin misuh-misuh karena UN. Tentunya jam pelajaran saat ini kosong, karena seperti itulah adatnya sebelum ujian. Rama sedang duduk bersama di kantin dengan teman-temannya. Inilah yang akan dia kemas menjadi kenangan untuk dirinya kelak.
Masa SMA yang bisa dikatakan indah dan juga penuh luka, ya setidaknya kini dia dan bundanya sudah baik-baik saja. Ditambah Alya dengan pesonanya yang luar biasa, ah kini Rama sudah bisa mengucap syukur dengan lega tanpa ada cekatan lagi di tenggorokannya.
Soal ayahnya? Biarlah semuanya mengalir, jika dia dipertemukan maka Rama akan bersikap khalayak anak padanya karena kata bundanya 'Seburuk apapun ayahmu dia tetap ayah yang bertahun-tahun kamu kasihi. Darahnya tetap akan mengaliri di tubuhmu' Baik bunda, Rama akan ingat perkataan bunda.
"Lo final ambil arsitek Ram?" tanya Galang.
"Iya. Lo pada?" tanya Rama balik.
"Ya gitu, lo stay disini atau keluar?" keluar disini adalah merantau ke negeri orang. Rama terdiam cukup lama, memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya. "Liat besok ajalah" pasrah Rama.
Galang dan Davin kemungkinan besar lagi-lagi akan dipertemukan di universitas yang sama dan jurusan yang sama. Karena mereka akan mengambil bisnis untuk dapat melanjutkan usaha orang tua mereka. Sedangkan Rama? Dia akan dengan sombongnya menjawab 'Jiwa bisnis udah mendarah daging di diri gue. Jadi gausah dipelajari juga udah oke. Mending gue ngemban yang lain lebih bermanfaat nambah ilmu juga' Sombong sekali dirimu kakanda Rama.
***

Di tempat lain Elina sedang uring-uringan sendiri. Dia harus benar-benar mendapatkan Rama sebelum sekolah berakhir. Dia harus menjatuhkan Alya di depan Rama. Jika tidak kemungkinannya tidak akan ada lagi. Setelah UN semuanya akan sibuk sendiri, tidak akan ada yang rutin ke sekolah.
Elina masih berpikir Rama masih menyukainya, bagaimanapun Rama adalah cinta pertamanya begitu pula sebaliknya. Rama tidak mungkin bisa semudah itu melepasnya, tidak mungkin. Dia pasti diguna-guna oleh Alya. Begitulah pikir Elina dengan tidak berkelasnya.
Elina mengajak beberapa temannya, teman yang entah dianggap atau tidak. Manis dimulut saja. Mengajak mereka ke lapangan, lapangan basket sepertinya seru. Tepat di tengah-tengah sekolah. Setidaknya saat guru tidak ada seperti ini semuanya akan menarik.
"Hai adik tampan, tolong panggilin Alya dong. Tau kan Alya mana yang gue maksud?! " titah gadis sombong ini pada salah satu adik kelas yang lewat.
"Iya kak" cicitnya berjalan ke kelas Alya. Memang sejak kejadian yang lalu-lalu tidak ada lagi yang tidak mengenal Alya termasuk di kelas mana dia berada. Semuanya tau, dia Alya Putri Stefano pacarnya Rama kakak kelas 12 yang terkenal kepandaiannya.
Elina tau, Rama tidak akan membiarkan bidadarinya dilukai oleh penyihir seperti Elina. Tapi tetap saja, penyihir manis seperti Elina ini adalah sosok yang sudah lama Rama kenal, Rama akan paham dengan sifatnya bukan? Ya setidaknya sifat yang Rama ketahui saja. Itulah hal yang sangat Elina nantikan.
Lets play with me, Alya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
XXL
Teen Fiction[REVISI ON GOING] Revisi: Davin=Kevin CERITA MASIH LENGKAP. Satu, gue benci sama lo! Dua, gue sangat-sangat benci sama lo! Dan tiga, gue benci karena cinta sama lo! "Gue benci sama lo kenapa gue harus ngerasain semua ini?! Gue benci sama lo kenapa l...