26

10.5K 482 44
                                    

"Halo?"

"Hai"

"Tumben nelfon"

"Hm, hanya rindu maybe"

"Haha bisa aja"

"Emang kamu gak rindu"

"Hm"

"Hm apaan coba"

"Iya aku juga rindu sama kakak, lebay banget sih kita rindu rindu segala"

"Habis tadi gak pulang bareng"

"Trus tadi kakak pulang sama siapa?" bodoh pertanyaan macam apa itu. Sudah jelas Alya yang menyuruh Rama pulang sendiri.

"Hm, sendirilah"

Bohong. Tapi Kayla mengatakan yang lain. Rama tidak pulang sendiri dan tak hanya Kayla bukan, Alya juga melihat Rama membonceng Elina. "Ohh aku percaya sama kakak.... trus sedih gak pulang sendiri?"

"Sedihlah, kan gak ada kamu. Besok berangkat bareng kayak biasa kan?"

...

"Al?"

"Hm, kayaknya gausah deh. Aku pengen berangkat sama Papa. Mungkin kakak juga ada yang mau nebeng"

"Oh gitu. Nggak ada kok, kan biasanya kalau gak sendiri ya sama kamu"

"I think someone? Maybe"

"Kenapa? Selama ini kamu lihat sendirikan kalau aku selalu sendiri kalau gak ya sama kamu"

"Iya, aku tidur dulu ya. Selamat malam Rama"

"Malam Alya"

Tut

Bohong. Rama berbohong, itu yang Alya tangkap dari percakapannya. Mengapa tidak jujur saja? Lalu menjelaskan. Alya benci dibohongi seperti ini tapi dia tetap berusaha tenang. Tidak berpikiran buruk adalah satu satunya jalan untuk menghindari pertengkaran.

"Selamat malam, aku percaya sama kamu Rama" lirihnya sebelum terlelap dalam damai.

****

Pagi ini Rama benar-benar tidak menjemputnya. Itu permintaan Alya bukan? Tapi sosok gadis bernama Alya itu kini sedang menampilkan wajah murungnya saat sedang sarapan.

"Kenapa dek? Sedih banget keliatannya" tanya Gavin yang merasa aneh. Setaunya kini Alya selalu senang senang saja, tidak ada kejadian menangis dimalam hari lagi hanya karena tubuhnya dan malah nyaris seperti orang gila yang selalu tersenyum lalu tertawa. Tapi pagi ini adiknya terlihat murung.

"Diem aja"

"Kamu kenapa? Rama mana? Tumben belum nyampe?" serentetan pertanyaan dari Mama mulai terdengar.

"Berangkat sendiri, Alya mau berangkat sama Papa aja hari ini" balasnya sambil melihat ke sang Papa.

"Tumben banget" jawab Papa yang masih memakan sarapannya.

XXLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang