Alya duduk dengan santai sambil memakan ice cream-nya. Rama masih belum memulai pembicaraan. Memandangi Alya yang sedang asik dengan santapannya membuat Rama tersenyum tipis. Melihat bibir Alya yang terdapat sisa ice cream. Rama mengambil tisu lalu mengusap lembut ke bibir Alya.
"Belepotan" ujarnya yang membuat Alya seketika mematung.
"Mmm makasih" jawab Alya gugup.
Bikin bersebar mulu ni Rama. Alya kan gakuat.
Terlepas dari romansa yang terjadi kini Rama mencoba membuka pembicaraan diantara mereka. "Ada yang mau kamu tanyakan? Tentang bunda mungkin?"
"Hng, aku gak ada masalah dengan bunda kamu. Dan kalau kamu mau menjelaskan, jelaskan apa yang bisa kamu jelaskan sebesar rasa percaya kamu sama aku" jelas Alya.
Rama diam.
"Bunda sakit-"
"-bunda sama ayah awalnya baik-baik aja, aku juga pernah ngerasain kebahagiaan keluarga. Ya setidaknya pernah. Yang aku sama bunda tau, ayah kepengen banget punya anak cewek. Tapi seiring berjalannya waktu, takdir memang tidak mengizinkan mereka untuk mendapatkan buah hati lagi. Dan lagi, ayah menyalahkan bunda yang dulunya memang terobsesi dengan karir, alhasil sekarang? Diusia bunda yang sekarang akan sangat beresiko untuk beliau melahirkan entah untuk bayinya atau dirinya sendiri. Mungkin karena itu ayah pergi. Semenjak ayah ngejatuhin talak, bunda mulai suka ngurung diri. Awalnya aku kira gak masalah, bunda cuma mau nenangin diri. Tapi semakin lama bunda makin kacau. Ya seperti sekarang." jelas Rama dengan pandangan yang menunjukkan dia sangat kesakitan. Bukan fisiknya namun hatinya.
Alya memberanikan diri menggenggam tangan Rama. Mungkin ini kali pertamanya, karena sebelumnya hanya Rama yang selalu menggenggam tangannya.
"Terimakasih udah mau cerita. Kita bisa obati bunda sama-sama" balas Alya dengan senyuman tulus di wajahnya.
"Kemaren kamu bilang ayah udah punya anak lagi?"
"Oh itu kemaren pas lagi makan sama papa ketemu sama pak Rahman. Iya sih dia bawa anak kecil. Tapi gatau juga. Kita bisa tanyain ke papa kalau kamu mau"
"Ehm, aku belum siap"
"Aku bisa temani kamu kapanpun. Jangan pernah mendam apapun sendiri ya"
***
Setelah cerita penjelasan dari Rama, Alya merasa lebih lega. Setidaknya Rama mempercayainya walau Alya tetap tidak tau sebesar apa rasa percayanya pada Alya.
Rama mengantar Alya pulang ke rumahnya.
"Sebentar kan om" ujar Rama melihat papa Alya di depan pintu.
"Ekhm, iya" balas papa Alya ogah ogahan.
Alya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah papanya. Aneh sekali.
"Saya pamit pulang ya om, Al" Alya dan papanya hanya mengangguk mengiyakan. Rama masuk ke mobilnya dan melajukan kembali ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
XXL
Teen Fiction[REVISI ON GOING] Revisi: Davin=Kevin CERITA MASIH LENGKAP. Satu, gue benci sama lo! Dua, gue sangat-sangat benci sama lo! Dan tiga, gue benci karena cinta sama lo! "Gue benci sama lo kenapa gue harus ngerasain semua ini?! Gue benci sama lo kenapa l...