[29]Buka Mata

1.1K 46 0
                                    

"Tadi Lo dicariin..."

"siapa? Emang temen Gue kesini?"

"Dima"

"Dima udah sadar Lee?" Tanya Dewi dengan rasa penasarannya.

"Hmm."

"Bukan bilang dari tadi, Gue pergi" Dewi bergegas keluar dari kamar Avril dan membawa kembali kantog plastic yang berisikan buah untuk adiknya.

"woii Kak makanan Gue.."

"Entar Gue ganti Lee" terdengar suara Dewi di balik pintu walau sedikit tersamarkan.

"cih.." Desah Avril.

Selepas Kakaknya pergi Avril berpikir bahwa Kakaknya mungkin saja menyukai sahabatnya sedari kecil itu. Dima pun demikian karena tadi sempat menanyakan.

"lucu kali ya.. Kakak Gue berjodoh sama Sahabat adiknya sendiri" Batin Avril.

Avril jadi teringat akan sesuatu..

"Mah.."

"Iya sayang?"

"Mamah ada nemuin surat gitu nggak dari Dima buat Alee?" Tanya Avril penasaran.

"surat? Surat apa? Emm.. oh ya! Ada Lee bentar ya Mamah ambilkan."

Tillania mencari-cari sepucuk surat beramplop pink di dalam tas warna kuning miliknya.

"Ahh ketemu" Senang Tilla.

"Kasih Alee Mah"

Tillania sempat membuka terlebih dahulu amplop pink yang berisikan secarik kertas berwarna cream itu dan menemukan juga beberapa foto di dalamnya.

"Benar sayang, ini dari nak Dima"

"Ada amplop berwarna merah muda yang dalamnya berisi secarik kertas cream dan penuh dengan tulisan, ada juga beberapa foto sepasang anak belia yang asik bermain. Mamah pasti gak salah, ini Kamu dan Dima waktu masih kecil kan?" Terang Mamahnya panjang lebar.

Avril tersenyum membenarkan.

"Iya Mah itu Alee pas Kita main ke Indonesia untuk acara pernikahan Tante kalo nggak salah" Jelas Avril.

"Jadi, semenjak itu Kalian bersahabat?"

"Iya Mah, Baby Sister Alee ngajak Alee main sama tetangga deket rumah Tante yang di asuh juga sama temennya Sus Anna"

"Maaf ya, Mamah jarang ada buat Alee sampa Mamah ketinggalan banyak hal tentang perkembangan Alee" Haru Tillania memeluk anak gadisnya.

"Iya Mah gak papa kok Alee juga".

'tlingtingting..tlingtingting...'

"Yaudah nih suratnya Mamah tutup lagi, Mamah mau angkat telfon dari Papa dulu nak".

Avril mengangguk, kemudian membuka bungkus suratnya dan mengambil secarik kertas dari sana. Tanpa Ia membacanya kembali, Avril sudah tau jelas apa isi goresan di dalamnya. Surat yang disimpan Mamahnya sama persis yang ada di dalam mimpiya. Begitu pun dengan beberapa foto yang di sertakan di dalamnya.

Avril tersenyum penuh arti, Ia berpikir bahwa apa yang diimpikannya ada yang menjadi nyata.

"Iya Pah, Mamah tadi sudah urus agar Namira menjadi tangan kanan di butik TH. Setiap minggunya Mamah tetap mendesignkan baju juga dengan perkembangan mode disana tentunya" Tilla mulai bersuara.

"..."

"Iya Pah pokoknya beres kok"

".."

"siaap Bossku"

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang