[39]Terror!

1.2K 44 6
                                    

Usai makan malam bersama Ulfa, kini Brian dan Avril sudah berada di dalam mobil duduk berdampingan setelah bersalam pisah dengan Ulfa 1 menit yang lalu.
Mereka sungguh sangat menikmati acara makan malam ini. Suatu momen yang sangat dirindukan!

"Langsung pulang?"

"..."

"Lee"

"Hah?"

"Langsung pulang?"

"Iya deh abis masih capek-capek badannya"

"Yaudah"

Brian mulai melajukan mobilnya melewati tempat parkir yang tadi Ia singgahi. Ia nampak tenang dengan raut muka dingin seperti yang selalunya ditunjukkan didepan semua orang.

"Brian" Panggil Avril.

"Hm" Balas Brian singkat.

"Brian" Panggil Avril lagi.

"Hm"

"Brian ih!"

"Apa sayang" Jawab Brian yang membuat hati Avril merasa bahagia.

"Suka aja manggil nama Lo hihih" dan ucapan Avril membuat Brian mengulurkan tangannya mengacak rambut gadis disampingnya.

"Yah macet!" Pekik Avril merasa lemas.

Avril merasa kesal karena malam ini merupakan malam yang penuh dengan keramaian jalanan. Mobil dan motor berdesakan dalam satu jalan. Macet berkepanjangan akan mereka rasakan kurang lebih 1 jam yang pasti sangat menyebalkan.

"Iya" Jawab Brian.

Avril mengarahkan tubuhnya menghadap ke jendela samping, melihat motor-motor yang mencoba menyalip melalui samping mobil yang ditumpanginya. Dengan rasa tergesa ingin tiba dirumah lebih awal karena langit sedang tidak bersahabat malam ini, pikir Avril mengada.

Ternyata benar, tak ada gemuruh langit dan petir menggelegar sebagai tanda-tanda turun hujan tiba-tiba air berjatuhan begitu deras membasahi bumi! Orang-orang diluaran semakin ingin tiba sampai rumah lebih cepat atau untuk sementara mencari tempat meneduh bagi pengendara roda dua hingga suara klakson terdengar memekakkan telinga.

"Yah hujan.." Ucap Avril lebih lemas lagi.

Mendengar perkataan Avril, Brian mengulurkan tangannya memutar ke kiri knop pendingin mobil, untuk mengurangi rasa dingin yang menyelimuti tubuh kekasihnya. Avril hanya melihat saja apa yang Brian lakukan barusan.

"Jangan banyak ngeluh" Nasihat Brian.

Avril tidak merespon apapun, Ia justru memanyunkan bibirnya tanda kesal. Avril tahu Ia memang salah karena terus saja mengeluh keadaan, tapi kata-kata Brian membuatnya jadi malu sendiri.

"Kali ini nggak boleh protes!"

Tanpa ijin sang empunya mobil, Avril memutarkan lagu religi yang sedang Ia sukai akhir-akhir ini. Memang sejak tadi tidak ada lantunan musik yang terdengar dari mesin pengeras suara di mobil itu, Brian hanya ingin ketenangan dalam menyetir dan menikmati malam yang hening, namun bukan hening yang Ia rasakan karena sejak tadi klakson terus saja berdecit guna merebut jalan, lantunan lagu yang Avril putarkan mampu membuatnya tenang.

Avril mengikuti lirik lagu itu dan menyanyikannya dengan indah, Brian kagum mendengarnya.
Brian mulai mengikuti apa yang Avril nyanyikan karena Ia paham betul lagu tersebut dan sama seperti Avril Brian pun menyukai lagu yang diputarkan.

Tidak lupa Avril merekam lagu yang akan Ia nyanyikan dihadapan Brian.

"Raqqat 'ainaya shawqan, wa li Taibata tharafat 'ishqan"

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang