[33]Fake Friend

1.2K 57 4
                                    

Ini part membosankan karena 85% berisi narasi, selamat menikmati bacaannya sahabatku:)

~

"Nggak papa, Bapa anter Alee aja ke cafe 33 Degree"

"Baik Non."

Selama diperjalanan Avril hanya diam, Ia memilih dengan keadaan hening dan tenang padahal biasanya Ia akan menyuruh supirnya menyalakan alunan musik jazz kesukaannya namun tidak kali ini beserta mood yang telah dihancurkan Dima.

Sesekali Ia melihat ke arah luar jendela, banyak kendaraan berlalulalang meskipun hari ini tidak secerah biasanya. Gumpalan tebal awan kelabu mengitarinya seakan ada suatu hal yang dapat mengagetkan dengan suara petir yang menyambar-nyambar.

Avril baru sadar bahwa lokasi rumah sakit dan cafe yang akan di tuju terbentang cukup jauh. Entah bisikan apa yang membuat Avril meng-iyakan ajakan orang tersebut. Kemarin 'orang itu' juga sudah menghubunginya lewat pesan di ponselnya. 'Orang itu' berkata bahwa Dia seorang gadis yang diam-diam kagum pada Avril. Bahkan Dia berkata bahwa foto Avril menjadi pajangan di berbagai wall ponselnya.

Gadis polos seperti Avril hanya tau sebatas 'orang itu' akan menjadi teman baiknya tanpa memikirkan hal negatif atau dampak buruk yang akan terjadi kedepannya. Pasalnya ketika ditanya nama orang itu hanya menjawab bahwa Avril sudah pasti mengenalnya. Sontak hal tersebut juga menelisip masuk ke dalam fikiran Avril.

Perut Avril tiba-tiba mengeluarkan bunyi, Pak Qasim tau bahwa majikan mudanya tengah merasakan lapar hingga berbunyi seperti itu. Qasim menawari majikan mudanya untuk mampir di salah satu restoran ternama asal California berlambangkan dua busur berwarna kuning yang menyediakan fasilitas Drive Thru.
Avril pun tidak menolaknya karna Ia merasa sangat lapar sedari pagi perutnya belum terisi apa-apa. Perjalanannya pun masih berkisar 15 menit lagi sebelum menuju cafe 33 Degree.

Mobil Alphard Q 3.5 A/T putih itu berhenti untuk memesan beberapa makanan ringan seperti hamburger dan french fries beserta coffe macchiato untuk majikan mudanya. Avril juga menambahkan pesanan berupa 1 gelas long black untuk Qasim. Setelah memesan Qasim melajukan mobilnya untuk berhenti di tempat tunggu hingga akhirnya pesanan pun datang.

Avril menikmati makanan yang barusan dibelinya di dalam mobil yang mulai melaju kembali menyapa hiruk pikuk ibukota Jakarta.
Avril bersyukur karna Ia dapat melihat kembali ramainya kota yang menjadi tempat tinggalnya kini.

---

Dima & Dewi,

"Alee belum makan?" Tanya Dima pada Dewi setelah mobil putih yang ditunggangi Avril keluar dari jalur Drive Thru.

"Belum, tadi Dia langsung pamit buat ke rumah sakit nemuin Lo Dim".

Perasaan bersalah itu muncul seketika. Avril memang perempuan yang bandel jika sedang berhadapan dengan hal yang membuatnya tergesa-gesa Ia akan menyegerakannya hingga sering meninggalkan jadwal makan.

Ia seperti itu hanya karna tidak ingin Avril bersedih jika suatu saat prasangka buruknya terhadap Brian benar adanya. Ia tidak ingin Avril lebih sakit hati daripada ucapan menyakitkan yang baru tadi Ia lontarkan.

"Lo nggak papa Dima?" Tanya Dewi yang melihat Pria disebelahnya terdiam melamunkan sesuatu.

"Gue nyesel udah bilang begitu sama Adik Lo Dew, omongan Gue kasar banget tadi" Sesal Dima.

Dewi terdiam, Dia berpikir bahwa Dima serius menjaga Adiknya dengan sepenuh hati.
Hingga sesekali Ia merasa iri dan cemburu atas perhatian Dima pada Avril adiknya.

---

Cindy, Dyah dan Defi,

"Gila! Ini sih susah banget!" Pekik Defi pada kedua sahabatnya.

"Sinih coba Gue liat" Suruh Cindy.

"Yang ini Kita tanya sama Kakak Lo aja Def mana tau Kakak Lo paham sama materinya yang ini" Tambahnya setelah melihat lembaran soal pada buku tebal milik Defi.

"Yaudah Gue tanyain dulu yah bentar"

Cindy masih sibuk menyalin hasil pekerjaannya di buku tugas milik sahabatnya, memang dari kemarin Ia bersama Defi membantu menyalinkan tugas milik sahabatnya yang sudah berhari-hari ijin tidak masuk sekolah karena sakit itu.

Cindy dan Defi akan lebih dahulu mengerjakan beberapa tugas yang di berikan untuk para siswa, setelah selesai Mereka akan menyalinkan untuk Avril.

"Woi dugong! Lo bantu-bantu Kita kek buat ngerjain ini semua, atau nggak Lo bantu salinin tugas buat Alee bukan cuman asyik main Hp aja! Buat apa Lo disini??!!" Kesal Cindy pada sahabatnya yang membuat kesabarannya mencapai puncak ubun-ubun.

"Lagian Kalian ngapain sih repot-repot ngerjain tugas orang? Kerajinan banget!"

"Hah? Kok Lo bisa-bisanya sih ngomong begitu? Dia itu sahabat Lo juga! Dan Dia lagi sakit Lo lupa? Sahabat macam apa Lo?" Pernyataan Cindy memang begitu menyakitkan, namun Dia hanya ingin sahabatnya itu sadar bahwa menolong Avril yang sedang sakit adalah perbuatan baik.

"Hahah segitunya yah Lo belain orang yang lagi seneng-seneng diluar sana padahal Lo disini susah payah bikin tangan Lo sendiri keriting buat Dia?! Gue pergi!"

Cindy tidak menanggapi membiarkan saja Diah pergi meninggalkannya. Ia tidak ingin kemarahannya semakin meledak-ledak mengakibatkan hancurnya hubungan persahabatan Mereka.

"Eh ada apa sih? Kok tadi dari atas Gue denger Lo ribut sama Dyah? Terus Dia kemana ini? Pergi?"

"Dia marah gatau deh gak jelas tuh orang, biar aja Dia pergi daripada disini cuman ongkang-ongkang kaki gak mau bantu sahabatnya yang lagi kesusahan." Jelas Cindy penuh kobaran emosi.

"Iya.. udah.. yang tenang gak usah di ambil hati gak usah dipikirin.. Dia emang orangnya begitu kan" Tenang Defi kepada Cindy sambil mengelus pundak sahabatnya itu.

---

Avril,

Avril telah tiba di cafe tujuannya Ia duduk dimeja yang sudah terpesan atas namanya. Sebelumnya Avril memang tidak mengetahui hal tersebut namun Ia yakin bahwa seseorang yang mengundangnya-lah yang memesankan atas namanya.

Waiters berkata bahwa orang yang mengundangnya untuk datang sedang berada di toilet. Waiters itupun menawarkan beberapa menu makanannya namun Avril menolak dengan alasan menunggu temannya terlebih dahulu karna di meja itu masih kosong itu berarti temannya itu belum memesan apapun, tidak afdol rasanya jika Avril memesan sekarang.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya 'orang itu' berjalan menuju meja yang telah Ia pesan atas nama Avril. Senyumnya mengembang seperti sebuah kemenangan meriasi wajahnya.

"Hai! Thanks udah dateng" Sapanya.

"Loh, Lo Di..Dian..."

***

Terimakasih sudah membaca cerita Vurlaa hingga sejauh ini
Terus baca, vote, Komen selalu paling ditunggu
Untuk next part tunggu view 10k
Atau mau double part? Triple?
Segera ajak teman serta sahabat untuk membaca dan memencet tanda bintang,
Untuk bintang keseribu akan ada part-part yang langsung di-update hari itu juga.

Ada sedikit revisi maklum yaa Vurlaa pelupa dan karna banyak tugas yang harus dikerjakan menyebabkan keganjalan dalam isi cerita.

Besok insyaallah akan menulis kembali namun dalam konteks privat
So, re-view selalu cerita UMFL karena mungkin tidak ada notif setelah update, mohon maaf dan terimakasih sahabatku:)

Voila,

Vurlaa

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang