[13]Jealous

2K 85 0
                                    

"Secepat itukah jantungmu berdetak? Sebahagia itulah bila ku bersama dengan hangat hadirmu di sisiku"

---

Mereka telah tiba di sebuah pantai di kota Jogjakarta. Pantainya sangat indah dan terbentang luas. Memang betul pantai ini sangat asri terlihat tidak ada yang menjamahi pantai ini kecuali keluarga Burhan dan kawan seperjuangannya.

Udara panas dan terik matahari menyengat menembus berlapis kain yang dililitkan di tubuh mungil Avril.
Dia duduk dibawah payung teduh dengan kursi santai menikmati indahnya lautan biru.

Sedangkan teman yang lainnya tengah asyik mempersiapkan makan siang mereka.

"Makan apa kita hari ini girls?" Tanya Yoza.

"Bulu babi!" Jawab Dyah sewot.

"Udah deh dugong! Lo tu ngambekan amat gatau Gue cuma godain bule doang?" Jelas Yoza.

"Bodo!"

"Ngga deh Dy Gue liat tadi si Yoza liatin bulenya ampe ngeces ego!" Kata Kelvin memanaskan suasana.

"Dasar kompor!" Kata Defi.

"Coba Gue tanya sama Lo semua, cowok mana yang gak tertarik liat pemandangan gratis tanpa di grebek satpol pp?"

"Whahahah iye juga yah kenapa tadi gak Gue liatin lebih lama tuh bule" kata Kelvin yang langsung dihadiahi cubitan maut oleh Cindy.

"Ngomongin apaan sih Lo pada?" Tanya Dega penasaran yang baru datang bersama Brian.

"Ituh, bule dipinggir jalan pantai ini yang bodynya ho'oh banget sayang bulenya kagak kesini yeh, asem aja liatin si dugong mah!" Kata Yoza yang langsung di tinju perutnya oleh Dyah.

"Ah..adh..aduhhh.. ada dedenya ini kembar 12 buset bisa mati anak Gue dugong!!!" Rintih Yoza kesakitan, dibalas cengiran maut oleh dyah.

"Udah deh gak usah ribut nih Gue udah pesenin Lo semua Lobster khas pantai ini" kata Defi.

Mereka semua sangat setuju dengan menu yang sudah dipesankan oleh Defi karna mengingat harga lobster yang melambung tinggi dan ini hanya tinggal makan alias percuma.

Brian celingak-celinguk mencari Avril, dan Ia mulai menghampiri gadis itu yang jaraknya 200 meter dari tempat Ia dan teman-teman yang lain duduk.

"Alee ayo makan dulu" kata Brian tulus sambil mengelus rambut Avril.

"Lima menit lagi yah" pinta Avril.

"Kenapa sih? Lo liatin apa?" Tanya Brian.

"Liatin pantai itu Bin, kadang kita memiliki ketenangan batin yang takkan mengusik jiwa kita dengan cara tertentu, namun kita terlalu gegabah dan hanya bisa menyalahkan takdir untuk mengetahui semua itu". Kata Avril sambil memperhatikan deburan ombak di depannya.

"Pinter banget sih, siapa yang ajarin ngomong, hm?" Tanya Brian sambil menyubit hidung mungil Avril.

"Ish apasih, orangtua Gue yang ngajarin emang kang sate ntar Gue diajarin ngomong 'tee..sattee..taraatatetaratatte...'"

"Hahahah"

Brian yang mulai kepanasan karna sudah lebih dari 5 menit berdiri disana pun merasa seakan kulitnya terbakar dan langsung meraih tubuh Avril diantara tengkuk leher dan bagian belakang lutut yang langsung membopongnya menuju ke restoran.

"Binn iih lepasin nanti Gue bisa jatuh Gue nggak suka!!" Kata Avril.

"Nggak akan Gue rela biarin Lo jatuh" Brian melirik manik mata gadis itu ditengah perjalanan.

"Gue suka gendong Lo, nggak berat kok" Imbuh Brian.

Avril hanya bisa tersenyum malu dibalik dada bidang milik Brian. Sama seperti apa yang Ia rasakan sekarang, Avril mendapati jantung Brian mulai berdetak kencang dibalik dada bidangnya.
Avril mulai menyukai aktifitas barunya mendengarkan detak itu.

"Sudah sampai ibu negara, Bersediakah Anda terus-terusan digendong pangeran Arab?" Celoteh Brian.

"Ah..eh.. iyaiya turunin Gue sekarang"

Mereka semua mulai memakan pesanan yang sudah di antar ke meja mereka.

Hanya menghabiskan waktu 30 menit untuk melahap semua yang tersaji dalam meja marmer itu.

"Aduh, kenyang mantab sekali makan siang hayatih" Kata Dyah.

"Awas gendats lagi tau rasa Lo!" Goda Avril.

"Ih yaampyun jahat amat dah ama barbi"

"Barbar elo mah plis ngaca!" Kata Kelvin yang langsung mendapat pelototan tajam dari Dyah dan langsung disambut gelak tawa dari teman-temannya.

'tulilingtulilingtuliling'

Handphone milik Avril berbunyi teman-temannya langsung penasaran mencoba untuk melihat siapa yang menelpon namun Handphone Avril langsung berhasil disambar dan mulai mengangkat telponnya.

"Hallo?" Angkat Avril.

"Oh.. Dima" kata Defi pelan.

Defi meminta Avril me-loadspeaker Hpnya.

"Lo lagi apa let" tanya orang di seberang telepon.

"Abis makan sama temen-temen, Lo lagi apa Dim?" Tanya Avril.

"menghubungi gadis kecil yg lebay liat telolet" kata Dima.

"Ih apaan sih Lo! Gaje tau gak! Dim Gue kangen Lo beliin es krim vulcano" rengek Avril manja.

"Iya, cepet pulang nanti kita jajan yang banyak di Jakarta Gue juga kangen banget sama Lo, jaga diri baik-baik ya disana" kata Dima penuh pengertian.

"Pasti Dimaa.." lanjut Avril.

Disampingnya, Avril tidak mengingat bahwa ada Brian yang hatinya mulai hancur karna mendengar perkataan romantis antara gadisnya dengan lelaki lain.

Brian mengeratkan genggaman tangannya membuat buku telapak tangannya memutih.

***

Brian cembekur?
Lucu ya?
Lagi semangat nulis
Makasi buat sahabat-sahabat aku yang udah ngasi kejutan di tanggal penetasanku kemarin
Dapet hadiah lagi tadi
Makasih yang udah mau baca!

Vomment♡

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang