[37]Sulit di artikan

1.2K 42 1
                                    

"ALEE!" Teriak Tillania yang mengagetkan seisi rumah.

Julian, Dewi, dan Dima yang berada di ruang keluarga bergegas menuju kamar milik Avril dengan penuh rasa khawatir. Dilihatnya gadis dalam pelukan Tillania yang terkulai lemas hingga tak mampu menopang tubuhnya itu tersungkur di atas pangkuan Tilla.

"Alee kenapa Mah?" Tanya Julian panik sembari mulai mengangkat Avril ke atas tempat tidur puterinya.

"Mama nggak tau Pah, tiba-tiba badannya panas terus tadi Mama kira Alee mau peluk Mama nggak taunya malah ping.."

"Dewi panggil Dokter Nak!" Perintah Julian memotong ucapan Tilla.

"Iya Pah"

Mereka bukan keluarga yang parnoan seperti puterinya yang mengidap penyakit parah. Namun Avril memang tidak pernah seperti ini sebelumnya. Gadis itu belum pernah pingsan selama hidupnya dan ini yang membuat keluarganya panik bahkan Dima apalagi mereka tau Avril baru pulang ke rumah setelah proses pemulihan beberapa waktu yang lalu.

"Maaf Tan, minyak anginnya dimana yah?" Tanya Dima.

"Oh yaampun iya, kotak P3Knya ada di ruang keluarga samping rak TV Dima" Jawab Tilla dengan kondisi gugup hingga hilang fikiran untuk memberikan petolongan pertama pada puterinya.

Setelah 15 menit Dima mencoba menyadarkan Avril yang tak kunjung sadar, akhirnya Dewi datang bersamaan dengan tibanya Dokter Hanz kepercayaan keluarga Julian dirumahnya.

Setelah di sadarkan dan juga diperiksa, Dokter memberikan sekantong infus yang mulai mengalir memasuki tubuh Avril lewat tempurung tangan sebelah kiri.

"Gimana Hanz?" Tanya Julian pada kerabatnya yang berprofesi sebagai Dokter.

"Hanya kelelahan biasa, kenapa sampai pingsan jawabannya karena sistem imunnya mulai menurun dan sepertinya Avril tidak se-semangat biasanya yang bisa melawan virus menyerang tubuhnya. Tekanan darahnya juga rendah puterimu terlalu lelah dan sampaikan padanya sebaiknya mengurangi berfikir hal-hal yang kurang penting, Julian"

"Baik Hanz terimakasih banyak"

"Ini Saya beri resep yang bisa Kamu tebus di apotek terdekat"

---

Pagi itu, langit kelabu menghalangi datangnya sang mentari yang hendak menyapa ibu pertiwi. Awan pun bergumpal menjadi satu warna sendu.
Tak berselang lama petir menggelegar mengejutkan penghuni muka bumi, diikuti hujan turun membasahi.

"Yaah kok hujan sih? Udah mana hari pertama masuk, jadi gak semangat gini" Kesal Defi yang mulai mencari kontak sahabatnya untuk mengirimkan pesan.

Defi : Oi sekolah ga nih ? Ujan turun membasahi bumi!

5 menit kemudian Defi baru mendapat balasan dari Cindy yang langsung dibukanya.

Cindy : Sekolah Defi! Ini tuh udah kelas 3. Baru masuk pertama aja udah gak semangat? Gimana mau lanjut?

Seketika jawaban yang Ia tunggu dari sahabatnya membuatnya berfikir ulang. Memang benar sudah kelas 3, tapi apa kabar jika awal masuk semester akhir disambut cuaca yang lebih mendukung untuk tidur? Defi tau Ia justru akan kena semprot oleh Cindy jika menanyakan pada gadis itu. Ia salah, mungkin menanyakan pada Diah adalah jawaban yang lebih tepat karena Dia bisa diajak bolos bersama. Namun, kekesalan hari itu masih ada ketika Diah lebih memilih pulang daripada peduli pada sahabatnya yang habis sakit.

'tingtung'
Defi melihat layar ponselnya menyala kembali, ternyata Cindy memberinya pesan lagi.

Cindy : udah buruan siap-siap tar Gue mampir jemput Lo.

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang