[42]Cringe!

427 9 5
                                    

Avril

'deg'
Meskipun Brian sudah menyangka apa yang ada dibalik kucing mati tersebut, dia tetap terkejut melihat nama kekasihnya tertulis disana.
Brian bergegas pergi meninggalkan teman-temannya berniat menuju rumah Avril.

Yoza dan Dega yang berebut melihat pun melongo dibuatnya. Sementara Kelvin lebih memilih bersembunyi dibalik pintu rumah. Namun Mereka sepakat bahwa Brian patut bertindak.
Ini bukan perbuatan manusiawi tapi sudah tergerak pada ranah kriminal.

Brian menginjak pedal gas semakin ugal, Ia ingin segera tiba dirumah gadisnya. Beruntung, suasana siang hari tidak cukup ramai memadati jalanan ibu kota.

Setibanya Brian dirumah Avril satpam langsung membukakan gerbang dan Dima keluar membukakan pintu utama rumah itu.

"Eh elu brayy.." sapa Dima dan tidak diperdulikan oleh Brian.

Brian berjalan masuk kedalam rumah Avril dengan tergesa dan hendak menemui pemilik rumah itu, namun tak ditemui Avril atau orangtuanya di ruang tamu. Beruntung, Dewi datang dari arah dapur membawa gelas-gelas berisi jus. Brian langsung menghampiri Dewi.

"Hai kak, apa Alee dirumah?" Tanya Brian.

"Eh hai Bray.. Alee ada lagi di kamar tuh" jawab Dewi

"Boleh tolong panggilin kak?" Pinta Brian.

"Aduh, sorry banget nih bray bukannya kakak gamau bantu, cuma kakak lagi kesel sama dia, kamu ke atas aja langsung yaa ketuk aja kamarnya disamping ruang keluarga okay" jawab Dewi.

"Ok kak makasih yaa"

Brian tidak sabar dan langsung berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Sontak Dewi dan Dima yang melihatnya pun curiga. Seperti ada yang tidak beres. Pikir mereka.

'tok..tok..tok. '

"Sayang ini Brian.."

Tak mendapat balasan.

'tok..tok..tok. '

"..."

'tok..tok..tok. '

"Sayang boleh dibuka dulu engga pintunya"

Avril yang berada didalam kamar ketiduran sejak 2 jam yang lalu. Mendengar kamarnya diketuk Ia pun membalikkan badan dan mendudukkan tubuhnya, lalu bersiap membukakan pintu dengan keadaan setengah sadar.

'cklek..cklekk'

'ngiuuk'

"Loh Bin?"

Brian tak menjawab yang Avril katakan. Yang Ia lakukan justru memeluk gadis itu spontan. Sangat erat, pelukan takut kehilangan.

"Lo gapapa Lee?" Tanya Brian kemudian.

"Enggak apa-apa gue" jawab Avril bingung.

Mendengar jawaban itu membuat degup jantungnya melegah. Setidaknya Avril masih diberi perlindungan oleh-Nya.

Sementara itu..
Dima yang dibuat kebingungan menyusul Brian menuju kamar Avril. Dewi pun ingin mengikuti langkahnya namun Ia urungkan karna rasa jengkelnya yang belum juga mereda pada adiknya.

"Ada apa Bee?" Tanya Avril kembali.

"Sini ayo duduk dulu" pinta Brian berjalan masuk ke kamar Avril dan duduk diatas ranjang tidur kekasihnya.

"Teror itu datang lagi Lee, dirumah Yoza, selepas pulang sekolah. Sepertinya orang itu pingin ngingetin orang-orang yang dekat sama lo sayang, supaya lo ditinggalkan."

'deg'
Avril dibuat lemas karenanya. Kata-kata Brian yang dengan susah payah sedari kejadian kemarin Ia lupakan. Ternyata paket yang terus-menerus dikirimkan bukan hanya main-main belaka. Avril baru mengetahui 2 perkara mengenai paket. Namun Ia merasa seperti sudah dari lama merasakan berbagai keganjilan yang terjadi dalam hidupnya.

"Gue harus gimana Bee.. Gue harus apa? Gue takuut" histeris Avril hingga tak menyadari jika air mata terjatuh dari pelupuk matanya.

"Cup..cup.. sayang.." Tenang Brian.

"Cup-cup gimana! Ini tu masalah besar Bin Gue takuut.. Gue gak pernah se-seumur hidup tuh ngalamin h-hal kayak gini.." isak Avril melemah.

"Hei.. hei.. sayang. Dengerin Gue.. dengerin Gue. Kita hadapin ini sama-sama yah Alee harus yakin Alee bisa lewatin ini semua. Gue bakal cari tau siapa dalang dari ini semua." Brian terus berusaha menguatkan Avril yang masih terisak.

Dima yang mendengar perkataan dua insan didalam kamar pun khawatir dibuatnya. Dima penasaran apakah orang yang telah mencelakai Avril beberapa waktu lalu adalah orang yang sama dengan peneror ini.

Dima terduduk di ruang keluarga lantai itu dan memutar otak bagaimana cara memecahkan permasalahan ini.

___

"Rici tolong bantu mamah ambilkan kunci mobil di kamar kakak nak."

"Bentar Mah" jawab Rici santai sambil terus fokus melanjutkan game di handphonenya.

"Nak sekarang keburu hujan Mamah mau pergi!"

"Iya Mah ih" jawab Rici malas.

"..lagian aneh pake mobil kok takut hujan" tambahnya yang tak dapat didengar orang lain.

Rici berjalan masih fokus memperhatikan pergerakan musuh didalam handphonenya.
Rici mulai menurunkan knop pintu kamar kakaknya yang pasti lupa belum terkunci karna sang kakak keluar terburu-buru.

Rici juga melupakan perkataan kakaknya yang memperingati untuk tidak membuka pintu kamar itu. Rici masih saja berjalan membuka pintu sambil terfokus pada handphone di genggamannya.

Hingga..

"AAAAAAKKKKKK" Rici terperanga melihat pemandangan didepannya kini.
Ia terduduk lemas dan menjatuhkan handphonenya di lantai kamar kakaknya. Badannya bergetar hebat sambil terus menyaksikan setiap sudut kamar itu.

Menangis sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan dengan gusar. Rici menangis histeris dan teriak-teriak memanggil nama orangtuanya.

"MAMA JESSYYYYY.."

"MAH TOLONG RICIII..."

"MAAAHHH" Frustasi Rici memanggil nama Mamanya yang tak kunjung datang menghampiri.

Jessy berlari sekuat tenaga keluar dari toilet mendengar jeritan putra bungsunya. Ia cepat-cepat ingin mengetahui apa yang terjadi hingga tubuhnya sempat terhuyung hampir terjatuh. Putranya, Rici tidak pernah seperti ini.

"Ric.."

"ASTAGAAA..!!"

***

Hadhu-hadhu kemana aja sih thor
Tega amat setahun di gantung:'(((
Percayalah
Author juga gak pengen kalian menunggu, tapi sayang, kehidupan author sedang penuh akan warna. Warna-warni kehidupan.
Tolong mengerti.
Author bakal upload selama satu minggu kedepan sayang..:*
Maaf. vote, comment
Lanjut atau engga yaa gengs?

Voila,

Vurlaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang