[38] The Forbearing!

1.1K 47 6
                                    

Maaf lamaaa banget updatenya baru dapet wangsit hari ini;v
Semoga menikmati ceritanya, terkhusus obat rindu kepada Brian dan Avril.

___

Avril mendengar ponselnya terus saja berdering sudah hampir 7× lama-lama kupingnya bisa tuli jika terus begini. Avril memejamkan matanya, memikirkan baik-baik apa yang akan Ia hadiahkan untuk kekasihnya.

Tiba-tiba sebuah tekad terlintas dibenaknya, Avril membuka mata cepat dan menyunggingkan sebelah pipinya membentuk senyum yang tak ramah.

"Gue nggak boleh kayak gini terus! Gue harus bangkit! seenaknya cewek cantik dipermainkan! Lo lihat Gue yah Bin kalo udah marah rambut Lo yang badai itu bisa Gue acak-acak pake mesin pemotong rumput!" Oceh Avril lebih kepada dirinya sendiri.

"Hallo..." Sapa Avril.

Brian tersenyum,
" Hallo Sayang.."

"Sayang-sayang simpan sayang Lo baik-baik!! Kemana aja Lo selama ini?" Avril siap menyemprot Brian saat ini juga, Ia sudah lelah.

"Husshh.. Gue kerumah sekarang"

"Gak p.."

'tuuttuut'

"Hishhh! Seenaknya banget jadi cowok!" Kesal Avril.

Avril sudah bertekad untuk melabrak kekasihnya, Ia jengkel karena bayangan Brian yang menduakannya selalu terbayang diingatan.
Jika benar adanya mungkin Avril sudah menyiapkan
Jemarinya untuk menarik telinga kekasihnya sampai putus!

Entah mengapa Ia jengah dengan sikapnya belakangan ini yang hanya bisa menangis dan menangis merenungi kesalahan kekasihnya, sungguh bukan dirinya yang sesungguhnya! Mengingat perlakuan Brian membuat gadis itu kuat dan siap menohok kekasihnya!

___

Brian melangkah menuruni anak tangga dan berjalan menuju parkiran, tidak perduli dengan pelajaran yang masih akan berjalan 4 jam lagi. Kali ini Ia harus memastikan keadaan kekasihnya apakah benar gadis itu marah kepadanya setelah melihat dirinya bersama Ulfa beberapa hari yang lalu.

Brian mulai melajukan motornya, hari ini dengan penuh kacau dipikirannya Ia memilih untuk mengendarai motor sport berwarna hitam matte kesukaannya yang sudah lama tak terpakai. Karena dengan motor tersebut Ia bisa melampiaskan rasa kesal dengan melajukan kendaraannya penuh rasa puas.

"Dek..dekk.. mau kemana? Belom waktunya pulang.." Tanya Pak Parman satpam sekolahnya.

"Biasa pak, fotocopy.. disuruh Bu Ratna" Alibi Brian, sebenarnya Ia tidak ingin berbohong tapi Dia juga tidak mau membuang waktunya untuk debat dengan orang tua.

"Oh ok!" Dengan sigap Parman membuka gerbang untuk Brian.

"Terimakasih, Assalamu'alaikum Bapak ganteng" Tunduk Brian pada Parman hormat.

"Wa'alaikum salam yang lebih ganteng!" Jawab Parman setengah berteriak melihat punggung Brian yang mulai menghilang.

Motor hitam itu mulai berjalan memecah keramaian kota dengan begitu cepatnya.
Hanya memakan waktu 25 menit untuknya sampai dirumah Avril kekasihnya.

___

Suara motor menderu didepan rumah Avril 5 menit yang lalu. Kini Brian sudah duduk di sofa ruang tamu setelah di persilahkan oleh Tillania.
Lama menunggu Avril yang sedang dipanggilkan Mamanya akhirnya gadis itu pun keluar dengan wajah garang.

"Bagus! Berani-beraninya ke kandang macan pagi-pagi"

"Udah siang Lee" Jawab Brian datar.

"Nggak usah nyahut diam aja!"

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang