[30]Hilang

1.2K 57 7
                                    

Dokter beserta kedua suster memasuki ruangan putih yang tengah terduduk gadis cantik dengan perban mengitari kedua matanya. Dokter bersiap untuk membuka perban di mata Avril dengan peralatan yang sudah dibawa oleh suster disampingnya.

"Hai selamat pagi Nona Avril" Sapa Dokter.

"Selamat pagi dok.." Balas Avril sambil tersenyum.

"Sudah siap ya untuk dibuka perbannya?"

"Siap dok" Jawab Avril tanpa ragu sambil menganggukkan kepalanya berulang kali seperti anak kecil.

"Baiklah, kemari sus" perintah Dokter Frans pada salah satu suster.

Tillania memperhatikan setiap detik yang dokter itu persiapkan sebelum mengambil tindakan. Tillania harus memastikan bahwa setelah perban putrinya dibuka nanti semua akan sama seperti dulu. Sama seperti pertama kali putrinya membuka mata untuk dunia.

Perasaannya tidak karuan baik Tillania maupun Avril, jantung mereka berdegup kencang. Mereka berharap akan ada sesuatu yang benar-benar membahagiakan beberapa menit kemudian.

Dokter dibantu suster mulai menggunting bagian ujung perban yang terpasang bersama plasternya. Dibukanya perlahan perban itu dengan gerakan melingkar hingga menemukan ujung dalam dari perban.
Terdapat dua perban berbentuk kotak tertempel juga di kedua kelopak mata Avril.

Dokter membuka dengan perlahan perban terakhir Avril. Kini nampak jelas kelopak mata Avril yang sedang terpejam beberapa hari setelah operasi berjalan.

Kelopak matanya begitu putih dan pucat, mungkin ada banyak hal yang tidak bisa tergambarkan disana. Mungkin ada banyak hal yang terlewatkan dan tak bisa tertangkap oleh mata itu. Mungkin ada sosok yang dirindukan oleh mata indah yang lama beristirahat dari fungsinya itu.

"Perbannya banyak banget ya Vril" Ujar Dokter Frans.

"Hehe iya nih dok"

"Pasti Kamu berat ya bawanya setiap hari"

"Heheh dokter bisa aja"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam.. eh Dima masuk Nak" Balas Tillania.

"Maaf mengganggu Dima ngebet mau ketemu sama Avril nih Nak hehe" Ucap Debora sedikit malu.

"Nggak papa Debo sini aja Avril pasti senang juga ada Dima menunggunya disini" Jawab Tillania.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam.. eh Papah udah datang?"

"Sudah Mah, dijemput Dewi tadi di Airportnya" Jawab Julian.

"Wah, semuanya sudah berkumpul menunggu Avril disini" Ujar sang dokter.

"Iya, lanjutkan saja dok" Ujar Julian.

Setelah mendapat beberapa pengecekan dari Dokter Frans akhirnya Avril diinstruksikan untuk membuka matanya perlahan.
Avril melakukannya dengan sangat hati-hati, Ia ingin menikmati kali pertama Ia bisa melihat kembali dengan sempurna.

Avril telah membuka matanya, namun semuanya kabut..
Kedipan kedua, masih kabur..
Kedipan ketiga, kaburnya membaik..
Kedipan berikutnya semakin baik..
Hingga akhirnya nampak jelaslah sekarang.

Avril dapat melihat kembali!

"Bee.. Biiin.. Brian?" Ucap Avril samar.

"Siapa Nak?" Tanya Tillania.

"Mamah, Papah.." Avril dapat melihat jelas kedua orangtuanya setia menunggu hasil penglihatannya.

"Kakak.." Avril dan keluarganya pun berpelukan dengan hangatnya, ada perasaan haru dan bahagia.

Ur Ma First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang