Pertemuan itu terjadi saat aku menjadi bahan bully-an. Dia datang membantuku. Dia tetap membantuku walau ia tahu bahwa aku memiliki kelainan. Dan mulai dari situ lah, aku jatuh cinta padanya.
*--*
"Ayah, pokoknya aku tetap mau masuk sekolah formal! Ayah harus daftarin aku di sekolah formal!" Teriak seorang gadis pada ayahnya.
"Kamu tetap homeschooling! Gak akan ayah daftarkan kamu ke sekolah formal." bentak ayah sang gadis tersebut.
"Kenapa!? Kenapa aku gak boleh masuk sekolah formal!? Ini gak adil buatku! Apakah ada larangan seorang ALBINO tidak diperbolehkan untuk bersekolah formal seperti anak yang lain!? Tidak ada larangan itu! Lalu kenapa ayah melarangku!? Kenapa ayah?" Gadis tersebut berlutut dan menutup wajahnya, ia menangis di hadapan ayahnya.
Ayah sang gadis mengusap kasar wajahnya. Tak tega melihat anak gadisnya menangis dihadapannya. Ia menyentuh bahu anak gadisnya, menyuruhnya untuk berdiri dan menghentikan tangisan pilu yang terdengar menyakitkan baginya.
"Baiklah, ayah akan daftarkan kamu. Tapi harus janji sama ayah, kamu jaga diri di sekolah itu." Dengan berat hati beliau berkata seperti itu.
Gadis tersebut memeluk erat ayahnya. "Makasih ayah. Aku sayang banget sama ayah."
"Iya, sayang. Kamu harus jaga diri, dunia luar akan terasa jahat untukmu." Ia mengelus rambut anak gadisnya.
*--*
"Ayo sayang, kita pergi ke mall buat nyari perlengkapan sekolah kamu." Seorang wanita duduk di pinggiran kasur anaknya.
"Bagus gak outfit aku, bunda?" tanya gadis tersebut sambil bergaya di depan bundanya.
"Anak bunda mau diapain juga tetep cantik. Tapi tetap kalah cantik sama bunda." Wanita tersebut malah memuji dirinya.
"Apasih bunda, gajelas." Gadis itu tersipu mendengar pujian bundanya.
"Udah udah, nanti ayah kamu ngomel gak jelas di mobil." Wanita tersebut berdiri lalu berjalan mendahului anaknya.
Setelah menyemprot parfum, ia segera menutup pintu kamar dan berlari menyusul orangtuanya.
"Kamu ngeram telur ayam dulu di kamar? Mana anak ayamnya? Udah netas blum?"
"Gaje ih ayah. Udah, cepetan berangkat nanti kemaleman pulangnya." Gadis tersebut menutup pintu mobil.
*--*
Seragam putih-abu, tas, buku tulis, sepatu, ikat pinggang, kaos kaki, dan perlengkapan lain sudah ia beli. Niatnya hanya itu saja yang ingin ia beli. Namun apa daya, ia tergiur dengan hal lainnya. Seperti bandana, outfit baru, parfum baru, serta makeup terbaru pun ia borong.
Merasa lapar, ia mengajak kedua orangtuanya ke restoran yang masih berada di kawasan mall.
"Kok enak semua ya?" batin gadis tersebut.
"Kalian yang pesen deh. Aku mau ke toilet sebentar," gadis itu bergegas ke toilet.
"Eh maaf, aku gak sengaja." Gadis itu meminta maaf pada lelaki yang ia tabrak namun saat hendak pergi, lelaki itu malah mencekal tangannya.
"Lo albino? Tapi tetep cantik kok. Nama lo siapa?" Tanya lelaki itu.
"A-aku Syahnaz, tolong kamu lepasin tangan aku, sakit," rintih gadis tersebut.
"Oke, maaf udah nyakitin tangan lo. Senang bertemu dengan lo." Setelahnya, lelaki itu mengacak rambut gadis di depannya lalu beranjak pergi.
Gadis tersebut merapikan rambutnya, "Dasar cowok aneh!" Kemudian ia melanjutkan langkahnya ke toilet wanita.
---------
Hai! Dengan penuh keberanian aku publish cerita ini. Semoga kalian suka ya.
Jangan lupa vote+comment cerita ini! Satu vote dari kamu sangat berarti untuk cerita ini :)
Terutama kritik dan saran kalian buat aku yang masih pemula ini.
Sampai jumpa di next chapter cerita ini, ya!
Oh iya, ini visual Syahnaz Raena.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...