Rava memerhatikan wajah Syahnaz yang sejak tadi ditekuk. Tak berniat mengganggu Syahnaz yang sedang makan dengan tergesa-gesa. Rava menggenggam tangan kiri Syahnaz yang terbilang mungil. Namun Syahnaz segera menarik tangannya dari genggaman Rava.
"Nggak usah pegang tanganku!" Syahnaz menatap marah cowok di depannya. Gadis itu mengabaikan tatapan bingung dari Rava.
"Lo kenapa Raena?" tanya Rava dengan suara sangat lembut.
"Diem!"
"Gue ada salah sama lo?"
Syahnaz menggebrak meja kantin yang ia tempati. Jari telunjuk Syahnaz diletakkan di depan mulutnya. Lalu ia melanjutkan kegiatan makannya.
Rava mendengkus melihat perubahan sikap Syahnaz sejak bertemu Dasha Dasha itu. Ia tidak tahu apa hubungan dua orang itu. Namun yang pasti ia akan selalu menjaga albino-nya ini dari orang-orang jahat kepadanya.
Syahnaz berdiri dari duduknya. Rava mengangkat sebelah alisnya. "Aku mau ke kelas." Gadis itu langsung melangkahkan kaki keluar dari kantin tanpa menunggu Rava.
"Cewek lo kenapa?" tanya Dilon, namun Rava hanya menggendikan bahu, ia pun tidak tahu Syahnaz kenapa.
"Duluan."
Rava mengejar Syahnaz yang jaraknya lumayan jauh dari posisinya sekarang. Seperti biasa, Rava menjaga Syahnaz dari belakang. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana, menambah tingkat kekerenannya. Menatap dingin orang-orang di sekitarnya yang menunjukkan kekaguman padanya.
Detik berikutnya, Syahnaz mendorong seorang siswi yang menghalangi jalannya. Siswi yang terbilang culun itu menatap takut Syahnaz. Orang itu meminta maaf pada Syahnaz namun malah mendapat tamparan di pipinya.
"Nangis sana lo. Muak gue liat orang kayak lo!" Rava menatap kaget pacarnya yang berani menyentak siswi culun itu.
Rava membalikkan tubuh Syahnaz untuk menghadapnya. Hal pertama yang Rava lihat adalah tatapan angkuh dari Syahnaz. Kemudian senyum sinis muncul di bibir gadis itu.
"Lo siapa?" Rava menatap dalam gadis itu. Bukannya takut, Syahnaz malah mengangkat dagu, hal yang tak pernah dilakukan gadis itu.
"Bukan urusan lo!" Syahnaz menepis tangan Rava dari bahunya.
"Ini urusan gue! Ngapain lo ganggu Syahnaz!? Jangan ganggu dia!" Rava meninggikan nada suaranya. Ia membentak orang lain yang berada di tubuh Syahnaz.
Syahnaz mendorong Rava hingga cowok itu mundur sampai dua meter jauhnya. "Gue bilang ini bukan urusan lo!"
Setelah mengucapkan kalimat itu, tatapan Syahnaz berubah menjadi sendu. Syahnaz berlari meninggalkan Rava yang terdiam.
*--*
Syahnaz menangis di salah satu bilik toilet sekolah. Terhitung dari setengah jam lalu dia bersembunyi di tempat ini. Ponselnya daritadi berdering dan menampilkan satu nama yang ia tangisi karena perasaan bersalah.
Deretan pesan tertuju padanya. Kalimat yang menunjukkan kekhawatiran tersebut membuatnya terus menitikan air mata, rasa takut itu kembali menguasai dirinya.
"Maafin aku Rava. Aku takut kamu disakiti dia. Maaf." Mulutnya bergetar menahan suara tangisan keluar dari mulutnya.
Syahnaz keluar dari bilik toilet itu. Ia berjalan ke kaca yang tersedia di tempat ini. Ia menatap nanar pantulan dirinya di kaca yang berbeda dengan keadaanya, di kaca orang itu memberikan tatapan angkuh.
"Kenapa kamu balik lagi?" tanya Syahnaz dengan suara bergetar. "Aku capek. Aku benci kamu."
"Gue benci kelemahan lo." Suara bisikan itu memasuki telinga Syahnaz.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...