Syahnaz bersorak riang ketika mendengar dirinya akan dikontrak selama dua tahun ke depan. Ia sampai memeluk Rava sangat erat untuk menyalurkan kegembiraan yang dirasakannya. Menyampaikan bahwa Syahnaz senang sekali dengan berita ini. Senyum itu mulai terbit lagi. Hati Rava mendadak lega melihatnya.
"Jangan terlalu capek. Aku nggak bisa jaga kamu setiap saat mulai besok." Rava menepuk pelan kepala Syahnaz. Gemas sekali rasanya melihat Syahnaz saat ini. Seperti melihat anak kucing yang bermanja dengan majikannya.
"Aku bakal jaga diri. Aku janji!" Syahnaz semakin menenggelamkan wajah dibalik dada bidang Rava.
Rava memaklumi perilaku kekanakan orang tersayangnya tersebut. Wajah cerah Syahnaz menular pada Rava sehingga dia ikut tersenyum bersama Syahnaz. Rava mengangkat tubuh Syahnaz yang terbilang mungil itu lalu berputar-putar. Gadisnya tertawa ringan karena kepalanya menjadi pusing akibat ulah Rava.
"Aku traktir kamu, ya, Raena."
Rava membawa tubuh Syahnaz ke mall yang terletak tidak jauh dari gedung agensi itu. Berjalan mencari foodcourt yang menjadi andalan mall ini. Rava yang tahu kesukaan kekasihnya langsung pergi ke stan es krim juga minuman yang sedang naik daun. Rava memesan beberapa es krim tanpa bertanya dengan Syahnaz. Membuat Syahnaz memanyunkan bibir.
Syahnaz menarik lengan Rava, menyuruh Rava untuk menunduk. "Banyak banget. Aku nggak sanggup buat ngehabisin semua."
"Terus apa gunanya aku ada di samping kamu?"
Pipi Syahnaz menampilkan warna kemerahan khas seseorang yang sedang salah tingkah. Syahnaz memukul ringan bahu Rava untuk mengalihkan pandangan cowok tersebut.
"Kamu selalu begitu kalau lagi salah tingkah. Lucu banget tau."
Lelaki ini bisa tidak berhenti menggoda pacarnya? Syahnaz benar-benar malu.
*--*
Liana menggulirkan layar ponsel yang menampilkan aplikasi tempat orang-orang terkenal melakukan endorse. Mencari informasi terkini yang disediakan oleh akun-akun gosip. Matanya membulat begitu melihat foto anaknya terpajang cantik di salah satu grid pencarian. Liana berteriak memanggil Ryan yang berada di kamar. Sehingga Ryan berjalan tergesa-gesa dari tempat tidur.
"Kenapa sih? Ini rumah bukan hutan," celetuk Ryan yang langsung rebahan di sofa panjang.
"Liat deh anak kita. Cantik banget!"
Liana memberikan ponselnya yang menampilkan foto Syahnaz dengan sedikit polesan make-up yang membuatnya terlihat sangat cantik dari biasanya. Mata Syahnaz yang tertutup tetap menampilkan kesan imut serta cantik di foto tersebut. Slide selanjutnya mata Syahnaz terbuka dan memperlihatkan permata yang disembunyikannya tadi. Komentar kagum juga pujian dilontarkan pada kolom komentar. Rata-rata menyebutkan bahwa albino tidak seaneh perkiraan mereka. Bahkan banyak yang mention akun Syahnaz. Followers Syahnaz langsung melejit dalam hitungan menit.
"Kita harus memperketat penjagaan Syahnaz." Ryan mengembalikkan telepon genggam Liana. "Hidup dia tidak akan sebebas sebelumnya."
Liana berhenti tersenyum dan digantikan dengan raut khawatir jika Resty akan berulah untuk menjatuhkan Syahnaz lagi. Segera dia menelpon Syahnaz yang belum pulang. Menanti dengan cemas di depan pintu. Takut kalau Syahnaz terkena musibah di luar sana.
*--*
Resty membuka paksa pintu kamar Dasha. Napasnya memburu sembari mencampakkan ponsel yang menampilkan berita Syahnaz. Dasha dengan sigap menangkap benda mahal tersebut. Alis Dasha bertaut, bingung dengan sikap Mamanya hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...