Sudah minggu kedua setelah kontrak Syahnaz disetujui. Syahnaz mulai disibukkan dengan semua pemotretan sebagai model dari barang-barang branded. Pemotretan hari ini ditemani oleh Ryan. Mata Ryan mengintimidasi orang-orang sekitar. Para staf yang bekerja di tempat ini sibuk bergosip soal kecantikan alami Syahnaz. Tak luput juga nyinyiran mereka yang mengatakan bahwa seharusnya Rendra tidak mempekerjakan Syahnaz sebagai model di sini.
"Rendra suka sama bocah itu mungkin. Lo liat nggak sih tatapan dia itu seperti melihat gadis incaran," ujar salah satu dari kumpulan staf itu.
"Pasti dia cewek ganjen tuh. Sementang Rendra CEO di tempat ini dia kecentilan sama Rendra," sahut yang lain.
Ryan memandang lurus anak gadisnya yang sedang membuat pose yang menarik. Namun salah satu office boy mendatangi Ryan dan bertanya mengapa Ryan bisa masuk di ruangan ini. Ryan hanya tersenyum dan sang OB pun mengerti maksudnya sehingga kembali meninggalkan Ryan sendiri.
"Eh Syahnaz pasti simpanannya om sebelah ini deh," ucap satu orang yang memanasi kumpulan mereka. "Tadi Bani nanya om itu tapi cuma dibales senyum doang. Gue curiga mereka ada hubungan."
Ryan menghela napas. Ingin sekali menyumpal mulut para tukang gosip tersebut. Tapi Syahnaz tidak menyukai Ryan berulah di tempat kerjanya.
My wife is calling...
"Halo, Yana. Kenapa nelpon jam segini? Aku udah bilang 'kan di sini lagi sibuk." Ryan melirik para tukang gosip. Memancing orang-orang tersebut. Tersenyum miring karena mereka mulai memakan umpan. "Iya, aku lagi nemenin Syahnaz. Udah dulu ya."
Syahnaz mengusap peluh karena kepanasan berlama-lama di bawah lampu sorot. Senyumnya mengembang karena melihat Ayahnya duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri. Memamerkan minuman dingin pada Syahnaz.
"Capek ya? Nih diminum dulu, sayang." Ryan memberikan minuman tersebut pada Syahnaz yang sudah duduk di sampingnya. Ryan tersenyum pada sekumpulan perempuan yang menatapnya intens. "Kalian mau juga?"
"Nggak usah om. Kita nggak mau ganggu kalian kok."
Syahnaz tersenyum pada mereka. "Nggak ganggu kok. Ini banyak banget yang dibeli."
"Nggak tau malu," ceplos salah satu dari mereka.
Syahnaz mengernyit bingung dengan ucapan yang lolos begitu saja. "Maksud kamu apa?"
"Ayah, aku harus malu karena apa?" tanya Syahnaz pada Ryan.
Alunan lagu dari penyanyi terkenal membuat Syahnaz mengangkat panggilan dari Bunda. Raut wajahnya berubah ketika suara Liana memasuki indera pendengarannya.
"Ayah ada di sini kok. Bunda mau ngomong ya." Syahnaz memberikan ponsel itu pada Ryan yang sibuk menatap tajam orang-orang yang mengatai anaknya tadi.
"Kita bicara di rumah aja ya, Yana." Ryan mematikan panggilan tersebut dan mengembalikan ponsel anaknya.
"Saya tidak ingin melihat kalian lagi di sekitaran anak saya."
Para staf tersebut menunduk ketika Ryan berbicara seperti itu. Ryan beranjak dari duduknya kemudian mengajak Syahnaz untuk pulang. Syahnaz menatap Ayahnya dengan sejumlah pertanyaan yang tersimpan di otaknya.
"Ayah selalu dukung kemauan kamu tanpa membandingkan kamu dengan orang lain supaya kamu bisa begitu sama cucu ayah nanti. Ayah nggak mau kamu seperti mereka," ucap Ryan seraya menepuk pelan rambut putih Syahnaz.
Syahnaz menoleh. Menatap Ryan yang menampilkan senyum. "Emangnya mereka kenapa, Yah?"
"Generasi julid. Merasa diri yang paling sempurna."
*--*
Rendra melihat jalanan yang padat. Lelah dengan kegiatannya satu hari ini. Tapi penatnya tidak begitu dirasakannya karena melihat hasil kerja Syahnaz yang terlihat cantik saat itu. Bibirnya melengkung melihat wajah gadis yang menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu.
"Andai lo bukan pacar anak tengil itu. Udah gue klaim jadi hak milik." Rendra mengacak rambutnya. "Kalau aja lo ketemu gue duluan, bukan Si Bangsat itu."
Matanya tidak sengaja menangkap Syahnaz sedang berjalan menuju mobil berwarna merah. Senyum gadis itu mengembang ketika seorang cowok memeluknya sangat erat lalu membukakan pintu mobil untuknya. Tanpa sadar Rendra mengepalkan tangan melihat interaksi dua insan tersebut. Rencana licik berputar di kepalanya.
"Mari kita bermain."
*--*
"Kenapa tadi kamu nggak masuk? Padahal aku udah nunggu loh di dalam sana." Wajah Syahnaz cemberut karena Rava tidak menemaninya saat pemotretan.
"Takut ganggu," ucap Rava singkat. Menyuruh Syahnaz untuk masuk ke dalam mobil. Matanya memicing pada gedung lantai empat. Terdapat Rendra dengan raut wajah jengkelnya. Jari tengah Rava mengacung pada adik dari ayahnya.
Rava berputar mengitari mobilnya. Menyalakan mesin mobil lalu tancap gas dan membelah jalan raya. Matanya melirik Syahnaz yang masih cemberut. Matanya memancarkan kesedihan. Rava mengulurkan tangan menyentuh rambut gadis itu.
"Maaf." Syahnaz menoleh setelah tangan Rava berada di atas telapak tangannya. "Nggak apa-apa. Aku ngerti kok kamu lagi nahan diri buat nggak ketemu aku." Syahnaz tersenyum lebar. Menautkan jemari mereka. Gadis itu mengusap jari Rava.
"Gue, eh, aku nggak bermaksud menghindar. Males aja. Nanti ketemu Rendra di sana."
Rava membawa tangan Syahnaz ke atas pahanya. Matanya tetap fokus pada jalanan yang tidak seramai tadi. Rintik hujan mulai membasahi jalanan. Lengkungan manis tercipta di wajah Syahnaz.
Syahnaz menolehkan kepalanya. "Punya masalah sama Rendra ya?" tanya gadis itu. Hanya gumaman tak jelas yang diterima Syahnaz.
"Nggak masalah kok kamu nggak mau cerita. Aku ngerti." Syahnaz menatap hidung mancung pacarnya tersebut.
Rava mengelus rambut Syahnaz. Membiarkan gadis itu tetap tenang di tempatnya. Manik ungu gadis itu memancarkan kesedihan. Rava menepikan mobilnya karena melihat Syahnaz seperti itu.
"Mau es krim?" Rava menawarkan makanan kesukaan gadisnya. "Eh tapi hujan. Yang anget-anget aja deh. Mie ayam? Bakso? Ramen?"
Syahnaz tiba-tiba memberi pelukan. Menghirup aroma parfum milik lelaki itu. Mata Syahnaz mengeluarkan air. Membasahi baju orang yang dipeluknya.
"Jangan pergi. Aku selalu butuh kamu." Setelah kalimat tersebut terlontar, isakan mulai keluar dari bibir gadis itu.
---------
Terlalu pendek ya?
Gara-gara terlalu asyik di acara semalam sampe lupa mau up cerita ini. Jadi hari ini aku up-nya ya walaupun pendek, nggak sampe 1000 kata :(
HapSun semuanya!

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBINO
Teen FictionDunia akan menjadi baik jika lo tetap bersama gue. *--* Kisah gadis albino yang belum berdamai dengan masa lalu. Menyebabkan dirinya takut untuk terbuka dengan sekitar. Namun, hari itu. Hari pertama ia masuk SMA Oxigar. Ia perlahan mulai melawan ras...